Ilmu pendidikan
Ilmu Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Ilmu pendidikan adalah disiplin ilmiah yang mempelajari proses pendidikan, pembelajaran, perkembangan manusia, serta sistem, metode, dan tujuan pendidikan dalam berbagai konteks sosial, budaya, dan institusional.[1][2]
Bidang ini mencakup kajian tentang teori pendidikan, kurikulum, pedagogi, teknologi pendidikan, evaluasi, serta hubungan antara pendidikan dan masyarakat.[3]
Ruang Lingkup
[sunting | sunting sumber]Ilmu pendidikan mencakup berbagai cabang studi, antara lain:
- Filsafat pendidikan — kajian dasar filosofis tujuan dan nilai pendidikan.
- Psikologi pendidikan — kajian proses belajar, motivasi, dan perkembangan peserta didik.[4]
- Sosiologi pendidikan — analisis hubungan antara pendidikan dan struktur sosial.[5]
- Kebijakan pendidikan — perumusan dan evaluasi kebijakan pendidikan publik.
- Teknologi pendidikan — penerapan teknologi dalam pembelajaran dan pengajaran.
- Administrasi pendidikan — manajemen dan kepemimpinan lembaga pendidikan.
Filosofi Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Pemikiran pendidikan tidak selalu berkaitan dengan konstruksi teori, melainkan "pemeriksaan reflektif terhadap isu dan masalah pendidikan dari perspektif berbagai disiplin ilmu."[6]
Sebagai contoh, teori budaya pendidikan mempertimbangkan bagaimana pendidikan terjadi melalui keseluruhan budaya, termasuk penjara, rumah tangga, dan lembaga keagamaan serta sekolah.[7][8] Contoh lainnya adalah teori pendidikan behavioris yang berasal dari psikologi pendidikan dan teori pendidikan fungsionalis yang berasal dari sosiologi pendidikan.[9]
Teori-teori pendidikan normatif
[sunting | sunting sumber]Teori-teori pendidikan normatif memberikan norma, tujuan, dan standar pendidikan.[10] Sebaliknya, teori-teori pendidikan deskriptif memberikan deskripsi, penjelasan, atau prediksi tentang proses-proses pendidikan.
Filsafat atau teori-teori pendidikan normatif dapat memanfaatkan hasil-hasil pemikiran filosofis dan penyelidikan faktual tentang manusia dan psikologi pembelajaran, tetapi bagaimanapun juga, filsafat atau teori-teori tersebut mengusulkan pandangan tentang seperti apa seharusnya pendidikan, disposisi apa yang harus dikembangkan, mengapa harus dikembangkan, bagaimana dan dalam siapa harus melakukannya, dan apa bentuknya.[11]
Filsafat normatif terdiri dari beberapa jenis berikut: 1. Premis-premis normatif dasar tentang apa yang baik atau benar; 2. Premis-premis faktual dasar tentang kemanusiaan dan dunia; 3. Kesimpulan, berdasarkan kedua jenis premis ini, tentang disposisi-disposisi yang harus dikembangkan oleh pendidikan.[12]
Contoh tujuan sekolah antara lain:[13] mengembangkan penalaran tentang pertanyaan-pertanyaan abadi, menguasai metode-metode penyelidikan ilmiah, menumbuhkan kecerdasan, menciptakan agen-agen perubahan, mengembangkan spiritualitas, dan menjadi model masyarakat demokratis.[14]
Filsafat pendidikan yang umum antara lain: perenialisme pendidikan, progresivisme pendidikan, esensialisme pendidikan, pedagogi kritis, pendidikan Montessori, pendidikan Waldorf, dan pendidikan demokratis.
Teori Kurikulum Normatif
[sunting | sunting sumber]Teori kurikulum normatif bertujuan untuk "menggambarkan, atau menetapkan norma, untuk kondisi yang melingkupi banyak konsep dan konstruk" yang mendefinisikan kurikulum.[15] Proposisi normatif ini berbeda dari yang di atas karena teori kurikulum normatif belum tentu tidak dapat diuji.[15] Pertanyaan sentral yang diajukan oleh teori kurikulum normatif adalah: dengan filosofi pendidikan tertentu, apa yang layak diketahui dan mengapa? Beberapa contohnya adalah: pemahaman mendalam tentang Kitab-Kitab Suci, pengalaman langsung yang didorong oleh minat siswa, pemahaman dangkal tentang berbagai pengetahuan (misalnya, Pengetahuan Inti), masalah dan isu sosial dan komunitas, pengetahuan dan pemahaman yang spesifik terhadap budaya dan pencapaiannya (misalnya, Pendidikan yang Berpusat pada Afrika).
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Kajian ilmiah tentang pendidikan berkembang sejak filsuf kuno seperti Plato dan Aristoteles yang membahas peran pendidikan dalam pembentukan karakter dan negara.[16]
Pada abad ke-18 dan 19, gagasan pendidikan modern dipengaruhi oleh pemikir seperti:
- Jean-Jacques Rousseau — pendidikan alami dan perkembangan anak.
- Johann Heinrich Pestalozzi
- Friedrich Froebel — pendiri konsep taman kanak-kanak.
- John Dewey — pendidikan progresif dan demokrasi.[2]
Pada abad ke-20, pendidikan berkembang menjadi disiplin ilmiah formal, ditandai dengan penelitian empiris, teori pembelajaran, dan kebijakan pendidikan nasional serta internasional.[17]
Perkembangan Era Modern
[sunting | sunting sumber]Memasuki abad ke-21, perkembangan teknologi digital membawa perubahan signifikan dalam ilmu pendidikan. Konsep Education 4.0 muncul seiring revolusi industri 4.0, menekankan integrasi teknologi informasi, kecerdasan buatan (Artificial InteIligence/AI), dan analitik data dalam proses pembelajaran serta manajemen pendidikan. Teknologi pendidikan memungkinkan personalisasi pembelajaran, pembelajaran jarak jauh (e-learning), serta penggunaan perangkat lunak adaptif untuk mengukur kemampuan dan memberikan materi secara individual.[18]
AI dalam pendidikan berperan dalam pengembangan Intelligent Tutoring Systems (ITS), learning analytics, serta predictive analytics untuk memantau perkembangan peserta didik dan mendukung pengambilan keputusan pendidikan berbasis data. Teknologi seperti machine learning, natural language processing (NLP), dan automated feedback systems telah diimplementasikan dalam berbagai platform pembelajaran, membantu meningkatkan keterlibatan dan efektivitas belajar.[19]
Selain itu, pandemi COVID-19 mempercepat adopsi teknologi digital dalam sistem pendidikan global. Platform konferensi video, sistem manajemen pembelajaran (LMS), serta aplikasi berbasis AI digunakan untuk mempertahankan kegiatan pembelajaran. Fenomena ini menegaskan pentingnya kompetensi digital bagi pendidik dan peserta didik, serta memperlihatkan potensi dan tantangan transformasi digital pendidikan, termasuk kesenjangan akses teknologi dan isu etika penggunaan data pelajar.[20]
Paradigma dan Teori Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Pendekatan dalam ilmu pendidikan merujuk pada kerangka teoretis dan filosofis yang digunakan untuk memahami proses belajar-mengajar, perkembangan peserta didik, serta tujuan dari pendidikan itu sendiri. Pendekatan ini berkembang dari disiplin seperti psikologi, filsafat, dan sosiologi. Setiap pendekatan memiliki pandangan tersendiri tentang bagaimana manusia belajar, peran guru, serta kondisi pembelajaran yang efektif.[21]
- Progresivisme, bahwa Progresivisme berakar pada pemikiran John Dewey dan menekankan pengalaman langsung, pembelajaran aktif, serta pemecahan masalah sebagai inti pendidikan. Sekolah dipandang sebagai lingkungan sosial demokratis yang memfasilitasi cara berpikir kritis.[22] Pendekatan ini menolak pembelajaran pasif dan memprioritaskan partisipasi peserta didik secara aktif dalam lingkungan belajar.[23]
- Konstruktivisme, Konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibangun secara aktif melalui interaksi dengan lingkungan dan refleksi atas pengalaman. Jean Piaget menekankan tahapan perkembangan kognitif individu,[24] sementara Lev Vygotsky menyoroti aspek sosial, khususnya melalui konsep zone of proximal development dan scaffolding.[25] Pendekatan ini menjadi pondas bagi model pembelajaran kolaboratif dan berbasis inkuiri di kelas modern.[26][27]
- Pendidikan Kritis, dipelopori oleh Paulo Freire, memandang pendidikan sebagai proses pembebasan sosial melalui kesadaran kritis (conscientization) dan refleksi dialogis.[28] Model ini menolak pendidikan yang bersifat "perbankan" di mana siswa diperlakukan sebagai objek pasif, dan mendorong partisipasi aktif dalam memahami dan mengubah realitas sosial.[29][30]
- Humanistik, Pendekatan humanistik berfokus pada pengembangan manusia secara utuh, dengan mempertimbangkan kebutuhan emosional, sosial, dan psikologis peserta didik. Abraham Maslow memperkenalkan hierarki kebutuhan manusia,[31] sedangkan Carl Rogers menekankan pentingnya hubungan empatik antara pendidik dan peserta didik.[32] Pendekatan ini menekankan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan aktualisasi diri.[33]
- Behaviorisme, Behaviorisme memandang belajar sebagai perubahan perilaku yang dapat diamati sebagai respons terhadap stimulus eksternal. B. F. Skinner mengembangkan teori pengkondisian operan, yang menekankan pentingnya penguatan dalam mengembangkan perilaku tertentu.[34] Pendekatan ini menjadi dasar sistem pembelajaran berbasis penguatan, modulasi stimulus, dan penilaian bertahap.[35]
- Sosiokultural, Pendekatan sosiokultural memandang proses belajar sebagai hasil interaksi dalam konteks sosial dan budaya. Urie Bronfenbrenner melalui teori ekologi perkembangan menjelaskan peran berbagai sistem sosial dalam memengaruhi perkembangan individu, mulai dari keluarga hingga kebijakan publik.[36] Perspektif ini menekankan pentingnya lingkungan belajar yang kontekstual dan responsif terhadap kondisi sosial peserta didik.[37]
Metodologi Penelitian
[sunting | sunting sumber]Ilmu pendidikan menggunakan pendekatan:
- Penelitian kuantitatif
- Penelitian kualitatif
- Penelitian tindakan
- Metode campuran
Penelitian dapat berupa studi kelas, evaluasi kebijakan, studi longitudinal, hingga penelitian teknologi pendidikan.
Perkembangan Kontemporer
[sunting | sunting sumber]Perkembangan modern dalam ilmu pendidikan meliputi:
- Teknologi pembelajaran dan pembelajaran daring
- Pendidikan inklusif
- Pendidikan berbasis kompetensi
- Literasi digital dan kecakapan abad 21
- Globalisasi pendidikan dan kerja sama internasional[38]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ↑ Rethinking Education: Towards a Global Common Good?. UNESCO Publishing. 2015.
- 1 2 Dewey, John (1916). Democracy and Education. Macmillan.
- ↑ Ornstein, Allan C. (2007). Foundations of Education. Wadsworth.
- ↑ Santrock, John W. (2018). Educational Psychology. McGraw-Hill.
- ↑ Bourdieu, Pierre (1990). Theoretical Tools. Stanford University Press.
- ↑ "Journal of Thought" (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-11-04.
- ↑ Philip H. Phenix (January 1963). "Educational Theory and Inspiration". Educational Theory. 13 (1): 1–64. doi:10.1111/j.1741-5446.1963.tb00101.x.
- ↑ Gearing, Frederick (1975). A Cultural Theory of Education. Council on Anthropology and Education Quarterly. Vol. 6, no. 2. American Anthropological Association. pp. 1–9. JSTOR 3195516
- ↑ Webb, DL, A Metha, and KF Jordan (2010). Foundations of American Education, 6th Ed. Upper Saddle River, NJ: Merill, pp. 77–80, 192–193.
- ↑ "Philosophy of Education and Wittgenstein's Concept of Language-Games". theradicalacademy.org. Retrieved 2017-11-29.
- ↑ www.coursehero.com https://www.coursehero.com/file/p10uil12/Normative-philosophies-or-theories-of-education-may-make-use-of-the-results-of/. Retrieved 2024-02-29.
- ↑ Frankena, William K.; Raybeck, Nathan; Burbules, Nicholas (2002), "Philosophy of Education", in Guthrie, James W. (ed.), Encyclopedia of Education, 2nd edition, New York, NY: Macmillan Reference, ISBN 0-02-865594-X
- ↑ Webb, DL, A Metha, and KF Jordan (2010). Foundations of American Education, 6th Ed. Upper Saddle River, NJ: Merill, pp. 55–91
- ↑ Barry, W. "Is Modern American Public Education Promoting a Sane Society". International Journal of Science, 2nd Ed.: 69–81. ISSN 2225-7063.
- 1 2 Beauchamp, George A. (Winter 1982). "Curriculum Theory: Meaning, Development, and Use". Theory into Practice. 21 (1): 23–27. doi:10.1080/00405848209542976.
- ↑ Plato (2007). The Republic. Penguin Classics.
- ↑ Peters, R.S. (1966). "The Philosophy of Education". British Journal of Educational Studies. 14 (3): 219–232.
- ↑ Huang, R., Spector, J. M., & Yang, J. (2019). Education 4.0: Smart Learning Environment. Springer.
- ↑ Holmes, W., Bialik, M., & Fadel, C. (2019). Artificial Intelligence in Education: Promises and Implications for Teaching and Learning. Center for Curriculum Redesign.
- ↑ UNESCO. (2020). COVID-19 and Education: From Disruption to Recovery. UNESCO Reports.
- ↑ Ormrod, Jeanne Ellis (2020). Educational Psychology: Developing Learners (Edisi 10th). Pearson. ISBN 978-0134989892.
- ↑ Dewey, John (1916). Democracy and Education. Macmillan.
- ↑ Fallace, Thomas (2018). "John Dewey's Vision for Teachers". Journal of Curriculum Studies. 50 (3): 291–306.
- ↑ Piaget, Jean (1954). The Construction of Reality in the Child. Routledge.
- ↑ Vygotsky, Lev (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Harvard iUniversity Press.
- ↑ Palincsar, A. Sullivan (1998). "Social Constructivist Perspectives on Teaching and Learning". Annual Review of Psychology. 49: 345–375.
- ↑ Vygotsky, Lev (1978). Mind in Society. Harvard University Press.
- ↑ Freire, Paulo (1970). Pedagogy of the Oppressed. Continuum.
- ↑ Giroux, Henry A. (2020). "Critical Pedagogy in Dark Times". Critical Studies in Education. 61 (3): 283–299.
- ↑ Freire, Paulo (1970). Pedagogy of the Oppressed. Continuum.
- ↑ Maslow, Abraham (1954). Motivation and Personality. Harper & Row.
- ↑ Rogers, Carl (1969). Freedom to Learn. Charles Merrill.
- ↑ Hamachek, Don E. (2005). "Encouraging Self-Development in the Classroom". The Humanistic Teacher. 45: 18–25.
- ↑ Skinner, B. F. (1938). The Behavior of Organisms. Appleton-Century.
- ↑ Domjan, Michael (2018). "The Principles of Learning and Behavior". Journal of Learning and Behavior. 46 (3): 215–228.
- ↑ Bronfenbrenner, Urie (1979). The Ecology of Human Development. Harvard University Press.
- ↑ Rogoff, Barbara (2003). "The Cultural Nature of Human Development". American Psychologist. 58 (6): 746–753.
- ↑ Education 2030 Framework for Action (Report). UNESCO. 2016.