Komunikasi
Komunikasi secara umum didefinisikan sebagai proses penyampaian informasi. Namun, batasan makna yang tepat mengenai komunikasi sering kali diperdebatkan; para ahli berbeda pandangan mengenai apakah tindakan tanpa sengaja atau penyampaian yang gagal termasuk di dalamnya, serta apakah komunikasi semata-mata menyampaikan makna atau juga turut menciptakannya. Model-model komunikasi merupakan gambaran ringkas yang menyederhanakan unsur-unsur utama komunikasi beserta interaksinya. Banyak model yang mengemukakan bahwa suatu sumber menggunakan sistem pengkodean untuk mengekspresikan informasi dalam bentuk pesan. Pesan tersebut kemudian dikirim melalui suatu saluran kepada penerima yang harus melakukan dekode agar dapat memahaminya. Bidang kajian utama yang meneliti proses komunikasi dikenal sebagai ilmu komunikasi.
Salah satu cara umum untuk menggolongkan komunikasi adalah berdasarkan kepada apakah informasi dipertukarkan antar-manusia, antar-anggota spesies lain, atau di antara entitas tak hidup seperti komputer. Dalam konteks komunikasi manusia, pembedaan utama terletak antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal melibatkan pertukaran pesan dalam bentuk linguistik, meliputi pesan lisan maupun tulisan, serta bahasa isyarat. Sebaliknya, komunikasi nonverbal berlangsung tanpa penggunaan sistem linguistik, misalnya melalui bahasa tubuh, sentuhan, dan ekspresi wajah. Pembedaan lainnya terdapat pada komunikasi antarpribadi, yakni komunikasi yang terjadi antara individu yang berbeda, dan komunikasi intrapribadi, yaitu komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Kompetensi komunikatif mengacu pada kemampuan berkomunikasi secara efektif, mencakup keterampilan dalam merumuskan serta memahami pesan dengan baik.
Bentuk komunikasi non-manusia mencakup komunikasi hewan dan komunikasi tumbuhan. Para peneliti di bidang ini sering memperluas definisi perilaku komunikatif dengan memasukkan kriteria adanya respons yang dapat diamati serta adanya manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pertukaran tersebut. Komunikasi hewan digunakan dalam konteks seperti peragaan percumbuan dan reproduksi, hubungan antara induk dan anak, navigasi, serta pertahanan diri. Komunikasi melalui zat kimia memiliki peranan penting bagi tumbuhan yang relatif tidak dapat bergerak. Sebagai contoh, pohon maple melepaskan senyawa yang dikenal sebagai senyawa organik mudah menguap ke udara untuk memperingatkan tumbuhan lain akan adanya serangan herbivora. Sebagian besar komunikasi terjadi di antara anggota spesies yang sama, sebab tujuan komunikasi umumnya berkaitan dengan bentuk-bentuk kerja sama yang jarang dijumpai di antara spesies berbeda. Komunikasi antarspesies biasanya terjadi dalam konteks hubungan simbiosis. Misalnya, banyak bunga memiliki bentuk simetris dan warna khas untuk memberi isyarat kepada serangga mengenai lokasi nektar. Manusia juga terlibat dalam komunikasi antarspesies ketika berinteraksi dengan hewan peliharaan maupun hewan pekerja.
Komunikasi manusia memiliki sejarah yang panjang, dan cara manusia bertukar informasi telah mengalami perubahan seiring waktu. Perubahan tersebut umumnya dipicu oleh perkembangan teknologi komunikasi. Contohnya meliputi penemuan sistem tulisan, munculnya teknik percetakan massal, penggunaan radio dan televisi, serta penemuan internet. Kemajuan teknologi ini juga melahirkan bentuk-bentuk komunikasi baru, seperti pertukaran data antar-komputer.
Definisi
[sunting | sunting sumber]Kata komunikasi berakar dari verba Latin communicare, yang bermakna 'berbagi' atau 'membuat menjadi milik bersama'.[1] Secara umum, komunikasi dipahami sebagai proses penyampaian informasi:[2] yakni proses di mana sebuah pesan disampaikan dari pengirim kepada penerima melalui suatu medium, seperti suara, tanda-tanda tertulis, gerak tubuh, atau bahkan aliran listrik.[3] Pengirim dan penerima umumnya adalah individu yang berbeda, meski dalam beberapa kasus seseorang juga dapat berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Terkadang pula, pengirim dan penerima bukanlah individu, melainkan kelompok seperti organisasi, kelas sosial, atau bangsa.[4] Dalam pengertian lain, istilah komunikasi dapat pula merujuk pada pesan yang disampaikan, atau pada bidang kajian yang meneliti fenomena komunikatif.[5]
Ciri dan batasan komunikasi yang tepat sering kali menjadi bahan perdebatan. Banyak sarjana berpendapat bahwa tidak ada satu definisi tunggal yang dapat menangkap makna istilah ini secara menyeluruh. Kesulitan ini muncul karena istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena dalam konteks yang beragam, sering kali dengan perbedaan makna yang halus.[6] Masalah mengenai definisi yang tepat berdampak pada proses penelitian di berbagai tingkat, mulai dari fenomena empiris yang diamati, cara pengelompokan data, perumusan hipotesis dan hukum, hingga penyusunan teori-teori sistematis yang bertumpu pada langkah-langkah tersebut.[7]
Beberapa definisi bersifat luas, mencakup perilaku tidak sadar maupun non-manusia.[8] Dalam kerangka definisi yang luas, banyak hewan yang berkomunikasi di antara sesamanya, dan bunga pun berkomunikasi dengan memberi isyarat lokasi nektar kepada lebah melalui warna serta bentuknya.[9] Definisi lain membatasi komunikasi hanya pada interaksi sadar di antara manusia.[10] Sebagian pendekatan menitikberatkan pada penggunaan simbol dan tanda, sementara yang lain menekankan aspek pemahaman, interaksi, kekuasaan, atau penyebaran gagasan. Beragam karakterisasi juga menempatkan intensi komunikator sebagai unsur sentral: dalam pandangan ini, penyampaian informasi tidak dianggap sebagai komunikasi jika berlangsung tanpa kesengajaan.[11] Filsuf Paul Grice mengembangkan pandangan ini dengan menyatakan bahwa komunikasi adalah bentuk tindakan yang bertujuan membuat penerima menyadari maksud komunikator.[12] Salah satu pertanyaan penting yang muncul dari pandangan ini ialah apakah hanya penyampaian informasi yang berhasil dapat disebut sebagai komunikasi.[13] Misalnya, gangguan atau distorsi dapat mengubah pesan sehingga tidak lagi sama dengan maksud semula.[14] Permasalahan yang berdekatan dengan hal ini ialah apakah tindakan penipuan yang disengaja dapat dianggap sebagai bentuk komunikasi.[15]
Menurut definisi luas yang dikemukakan oleh kritikus sastra I. A. Richards, komunikasi terjadi ketika satu pikiran memengaruhi lingkungannya untuk menyampaikan pengalamannya kepada pikiran lain.[16] Penafsiran lain datang dari para teoritikus komunikasi Claude Shannon dan Warren Weaver, yang memandang komunikasi sebagai proses transmisi informasi yang terjadi melalui interaksi berbagai komponen, yakni sumber, pesan, pengode, saluran, pengode balik, dan penerima.[17] Pandangan transmisi ini ditentang oleh pandangan transaksional dan konstitutif, yang menegaskan bahwa komunikasi tidak sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga menciptakan makna. Dalam perspektif ini, komunikasi membentuk pengalaman para pesertanya dengan membantu mereka mengonseptualisasikan dunia serta memahami lingkungan dan diri mereka sendiri.[18] Sementara itu, para peneliti yang mempelajari komunikasi hewan dan tumbuhan cenderung kurang menekankan aspek penciptaan makna. Mereka lebih sering mendefinisikan perilaku komunikatif berdasarkan ciri-ciri lain, seperti perannya yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup dan reproduksi, atau karena adanya respons yang dapat diamati.[19]
Model-model komunikasi
[sunting | sunting sumber]Model komunikasi merupakan representasi konseptual dari proses komunikasi itu sendiri.[20] Tujuan utama dari model ini adalah memberikan gambaran yang disederhanakan mengenai komponen-komponen utama komunikasi. Dengan penyederhanaan tersebut, para peneliti dapat lebih mudah merumuskan hipotesis, menerapkan konsep-konsep komunikasi pada kasus nyata, serta menguji prediksi yang dihasilkan.[21] Namun, karena bentuknya yang ringkas, model semacam ini sering kali kehilangan kerumitan konseptual yang diperlukan untuk memahami komunikasi secara utuh. Umumnya, model komunikasi disajikan secara visual dalam bentuk diagram yang memperlihatkan komponen-komponen dasar serta hubungan antarunsurnya.[22]
Model komunikasi sering diklasifikasikan berdasarkan tujuan penerapannya dan cara masing-masing memandang hakikat komunikasi. Sebagian model bersifat umum dan dapat diterapkan pada segala bentuk komunikasi, sementara model yang lebih khusus berupaya menjelaskan bentuk tertentu, seperti model komunikasi massa.[23]
Salah satu cara paling berpengaruh untuk mengelompokkan model komunikasi adalah dengan membedakan antara model transmisi linear, model interaksi, dan model transaksi.[24] Model transmisi linear menitikberatkan pada bagaimana pengirim menyampaikan informasi kepada penerima. Disebut linear karena aliran informasi hanya berlangsung dalam satu arah.[25] Pandangan ini kemudian ditolak oleh model interaksi, yang menambahkan unsur umpan balik (feedback). Umpan balik diperlukan untuk menjelaskan berbagai bentuk komunikasi dua arah, seperti percakapan, di mana pendengar dapat merespons pembicara dengan pendapat atau pertanyaan klarifikasi. Model interaksi memandang komunikasi sebagai proses komunikasi dua arah, di mana para komunikator secara bergantian mengirim dan menerima pesan.[26] Model transaksi memperhalus pandangan ini dengan memungkinkan penggambaran proses mengirim dan merespons pesan secara bersamaan. Hal ini penting, misalnya, untuk menggambarkan bagaimana seorang pendengar dapat memberikan umpan balik non-verbal saat lawan bicaranya sedang berbicara, melalui bahasa tubuh atau ekspresi wajah. Model transaksi juga berpendapat bahwa makna tidak hanya disampaikan, melainkan juga diciptakan selama proses komunikasi itu sendiri.[27]

Semua model komunikasi awal yang dikembangkan pada pertengahan abad ke-20 bersifat linear. Model Lasswell, misalnya, bertumpu pada lima pertanyaan fundamental: "Siapa?", "Mengatakan apa?", "Melalui saluran apa?", "Kepada siapa?", dan "Dengan pengaruh apa?".[28] Pertanyaan-pertanyaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen dasar dalam proses komunikasi: pengirim, pesan, saluran, penerima, dan efek yang ditimbulkan.[29] Awalnya, model Lasswell dikembangkan untuk menjelaskan komunikasi massa, namun penerapannya kemudian meluas ke bidang lain. Beberapa teoritikus komunikasi seperti Richard Braddock bahkan memperluasnya dengan menambahkan pertanyaan baru, seperti "Dalam keadaan bagaimana?" dan "Untuk tujuan apa?".[30]

Model Shannon–Weaver merupakan salah satu model transmisi linear yang paling berpengaruh.[31] Model ini berasumsi bahwa sebuah sumber menciptakan pesan yang kemudian diterjemahkan oleh pemancar menjadi sebuah sinyal. Selama proses transmisi, gangguan (noise) dapat mengintervensi dan mendistorsi sinyal tersebut. Setelah sinyal mencapai penerima, sinyal itu diterjemahkan kembali menjadi pesan dan diteruskan ke tujuan akhir. Sebagai contoh, dalam panggilan telepon kabel, orang yang menelepon bertindak sebagai sumber, sementara perangkat teleponnya berfungsi sebagai pemancar yang mengubah pesan menjadi sinyal listrik yang melintasi kabel sebagai saluran. Penerima panggilan merupakan tujuan akhir, dan teleponnya berperan sebagai penerima sinyal.[32] Model ini juga menyoroti bagaimana gangguan dapat memengaruhi transmisi, serta cara mencapai komunikasi yang efektif meski terdapat gangguan. Salah satu caranya adalah dengan membuat pesan menjadi redundan, sehingga tetap dapat dipahami meski sebagian informasi hilang.[33] Model linear berpengaruh lainnya termasuk model Gerbner dan model Berlo.[34]

Model interaksi pertama dikembangkan oleh ahli komunikasi Wilbur Schramm.[35] Schramm berpendapat bahwa komunikasi dimulai ketika suatu sumber memiliki gagasan dan mengekspresikannya dalam bentuk pesan. Proses ini disebut pengodean (encoding), yang dilakukan melalui suatu kode atau sistem tanda, misalnya melalui isyarat visual maupun bunyi.[36] Pesan kemudian dikirim kepada penerima yang harus menguraikan dan menafsirkannya agar dapat dipahami.[37] Sebagai tanggapan, penerima membentuk gagasannya sendiri, mengodekannya menjadi pesan baru, dan mengirimkannya kembali sebagai bentuk umpan balik. Inovasi lain dari model Schramm adalah penekanannya pada pentingnya pengalaman sebelumnya: keberhasilan komunikasi bergantung pada sejauh mana bidang pengalaman antara pengirim dan penerima saling tumpang tindih.[38]
Model transaksi pertama diperkenalkan oleh teoritikus komunikasi Dean Barnlund pada tahun 1970.[39] Ia memahami komunikasi bukan sebagai "pembuatan pesan", melainkan sebagai "penciptaan makna".[40] Tujuan komunikasi, menurutnya, adalah untuk mengurangi ketidakpastian dan mencapai pemahaman bersama.[41] Proses ini terjadi sebagai respons terhadap rangsangan eksternal maupun internal. Decoding berarti menafsirkan makna dari rangsangan tersebut, sedangkan encoding merupakan proses menghasilkan isyarat atau perilaku baru sebagai tanggapan.[42]
Manusia
[sunting | sunting sumber]Terdapat banyak bentuk komunikasi manusia. Salah satu pembedaan utama dalam kajian ini adalah apakah bahasa digunakan atau tidak, sebagaimana perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal. Pembedaan lain berkaitan dengan kepada siapa komunikasi ditujukan, apakah seseorang berkomunikasi dengan orang lain atau dengan dirinya sendiri, seperti perbedaan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal.[43] Bentuk komunikasi manusia juga dapat dikategorikan berdasarkan saluran atau medium yang digunakan untuk menyampaikan pesan.[44] Bidang ilmu yang meneliti komunikasi manusia dikenal sebagai antroposemiotika.[45]
Verbal
[sunting | sunting sumber]Komunikasi verbal adalah pertukaran pesan dalam bentuk linguistik, yakni melalui bahasa.[46] Dalam penggunaan sehari-hari, komunikasi verbal kadang dipersempit maknanya hanya pada komunikasi lisan, sehingga mengecualikan tulisan dan bahasa isyarat. Namun dalam ranah akademik, istilah ini biasanya digunakan dalam arti yang lebih luas, mencakup segala bentuk komunikasi linguistik, baik melalui ujaran, tulisan, maupun gerak tubuh.[47]
Kesulitan dalam membedakan komunikasi verbal dan nonverbal sering kali muncul karena sulitnya mendefinisikan apa yang dimaksud dengan bahasa itu sendiri. Bahasa umumnya dipahami sebagai suatu sistem simbol dan kaidah konvensional yang digunakan untuk berkomunikasi. Sistem semacam ini disusun dari satuan-satuan makna sederhana yang dapat digabungkan untuk mengekspresikan gagasan yang lebih kompleks. Aturan penggabungan satuan-satuan tersebut menjadi ungkapan majemuk disebut tata bahasa. Kata-kata digabungkan untuk membentuk kalimat.[48]
Salah satu ciri khas bahasa manusia, yang membedakannya dari komunikasi hewan, terletak pada kerumitan dan daya ekspresinya. Bahasa manusia tidak hanya digunakan untuk merujuk pada objek konkret di sekitar dan saat ini, tetapi juga pada objek yang jauh secara ruang dan waktu, bahkan pada gagasan abstrak.[49] Manusia memiliki kecenderungan alami untuk memperoleh bahasa ibunya sejak masa kanak-kanak, dan juga mampu mempelajari bahasa lain di kemudian hari sebagai bahasa kedua. Namun, proses ini biasanya kurang intuitif dan sering kali tidak menghasilkan tingkat kompetensi linguistik yang sama.[50] Disiplin ilmu yang mempelajari bahasa disebut linguistik. Cabang-cabangnya mencakup semantik (kajian makna), morfologi (kajian pembentukan kata), sintaksis (kajian struktur kalimat), pragmatik (kajian penggunaan bahasa), dan fonetik (kajian bunyi dasar).[51]
Pembedaan utama antarbahasa terletak pada bahasa alami dan bahasa buatan atau bahasa rekaan. Bahasa alami seperti bahasa Inggris, bahasa Spanyol, dan bahasa Jepang berkembang secara historis tanpa perencanaan sistematis. Sementara itu, bahasa buatan seperti Esperanto, Quenya, C++, dan bahasa dalam logika orde pertama dirancang secara sengaja dari awal.[52] Sebagian besar komunikasi verbal sehari-hari berlangsung melalui bahasa alami. Bentuk-bentuk utamanya adalah berbicara dan menulis, bersama padanannya yaitu mendengarkan dan membaca.[53] Bahasa lisan menggunakan bunyi untuk membentuk tanda dan menyampaikan makna, sedangkan dalam tulisan, tanda-tanda tersebut diwujudkan melalui goresan pada suatu permukaan.[54] Bahasa isyarat, seperti American Sign Language dan Nicaraguan Sign Language, merupakan bentuk komunikasi verbal lain yang menggunakan media visual, terutama melalui gerakan tangan dan lengan untuk membentuk kalimat dan menyampaikan makna.[55]
Komunikasi verbal memiliki beragam fungsi. Salah satu fungsi utamanya adalah untuk bertukar informasi, yaitu upaya penutur membuat pendengarnya menyadari sesuatu, biasanya suatu peristiwa eksternal. Namun, bahasa juga digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan sikap penutur. Fungsi yang berkaitan erat dengannya adalah membangun dan memelihara hubungan sosial antarindividu. Selain itu, komunikasi verbal juga berperan dalam mengoordinasikan tindakan bersama dan memengaruhi perilaku orang lain. Dalam beberapa kasus, bahasa tidak digunakan untuk tujuan eksternal, melainkan semata-mata untuk hiburan atau kesenangan pribadi.[56] Lebih jauh, komunikasi verbal membantu individu mengonseptualisasi dunia di sekitarnya dan dirinya sendiri. Hal ini memengaruhi cara seseorang menafsirkan peristiwa eksternal, mengelompokkan objek, serta mengorganisasi dan mengaitkan gagasan satu sama lain.[57]
Nonverbal
[sunting | sunting sumber]
Komunikasi nonverbal adalah pertukaran informasi melalui cara-cara nonlinguistik, seperti ekspresi wajah, gestur, dan postur tubuh.[58] Namun, tidak setiap bentuk perilaku nonverbal dapat dianggap sebagai komunikasi nonverbal. Beberapa ahli, seperti Judee Burgoon, berpendapat bahwa suatu perilaku hanya dapat dikategorikan sebagai komunikasi nonverbal apabila terdapat sistem pengkodean sosial yang disepakati bersama untuk menafsirkan maknanya.[59] Komunikasi nonverbal memiliki banyak fungsi; sering kali ia mengandung informasi tentang emosi, sikap, kepribadian, hubungan antarindividu, serta pikiran pribadi seseorang.[60]
Komunikasi nonverbal kerap terjadi secara tidak disengaja dan tanpa kesadaran, seperti berkeringat atau merona, tetapi ada pula bentuk-bentuk yang dilakukan dengan sadar dan sengaja, seperti berjabat tangan atau mengangkat ibu jari.[61] Komunikasi jenis ini sering berlangsung bersamaan dengan komunikasi verbal, dan berfungsi memperkaya penyampaian pesan melalui penekanan, ilustrasi, atau dengan menambahkan informasi tambahan. Isyarat nonverbal dapat memperjelas maksud di balik pesan verbal.[62] Penggunaan berbagai modalitas komunikasi secara serempak umumnya membuat pertukaran pesan menjadi lebih efektif, sejauh pesan dari masing-masing modalitas selaras.[63] Namun, dalam beberapa kasus, modalitas yang berbeda dapat mengandung pesan yang saling bertentangan. Misalnya, seseorang mungkin secara verbal menyatakan persetujuan, tetapi menekan bibirnya rapat-rapat, yang justru menandakan ketidaksetujuan secara nonverbal.[64]
Terdapat beragam bentuk komunikasi nonverbal, antara lain kinestika, proksemika, haptika, parabahasa, kronemika, serta penampilan fisik.[65] Kinestika mempelajari peran perilaku tubuh dalam menyampaikan informasi. Istilah ini sering disebut sebagai bahasa tubuh, meskipun secara ketat bukanlah bahasa dalam arti linguistik, melainkan bentuk komunikasi nonverbal. Kinestika mencakup berbagai bentuk gerak, seperti gestur, postur, gaya berjalan, hingga tarian.[66] Ekspresi wajah seperti tertawa, tersenyum, atau mengerutkan dahi juga termasuk dalam ranah kinestika; bentuk-bentuk ini sangat ekspresif dan fleksibel dalam menyampaikan makna.[67] Okulesika merupakan subkategori kinestika yang berhubungan dengan mata, mencakup bagaimana kontak mata, arah pandangan, frekuensi kedipan, dan pelebaran pupil menjadi bagian dari komunikasi.[68] Sebagian pola kinestik bersifat bawaan dan tidak disengaja, seperti berkedip, sementara yang lain dipelajari dan dilakukan secara sukarela, misalnya memberikan salam militer.[69]
Proksemika mengkaji bagaimana ruang pribadi digunakan dalam komunikasi. Jarak antara para pembicara mencerminkan tingkat keakraban, keintiman, serta status sosial mereka.[70] Haptika menelaah bagaimana sentuhan menyampaikan informasi, seperti melalui jabat tangan, bergandengan tangan, berciuman, atau menepuk bahu. Makna yang terkait dengan haptika dapat mencakup kepedulian, kasih sayang, kemarahan, hingga kekerasan. Misalnya, jabat tangan sering dianggap simbol kesetaraan dan keadilan, sedangkan menolak berjabat tangan dapat menunjukkan sikap agresif. Ciuman sering digunakan sebagai ungkapan kasih dan keintiman erotis.[71]
Parabahasa, juga dikenal sebagai vokalika, meliputi unsur nonverbal dalam tuturan yang menyampaikan informasi. Parabahasa digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang tidak secara eksplisit diucapkan dalam bagian verbal pesan. Fokusnya bukan pada kata yang digunakan, melainkan pada cara pengucapannya, seperti artikulasi, kontrol bibir, ritme, intensitas, tinggi nada, kefasihan, dan volume suara.[72] Sebagai contoh, mengucapkan sesuatu dengan suara lantang dan bernada tinggi akan memberi makna nonverbal yang berbeda dibandingkan dengan membisikkan kata yang sama. Parabahasa terutama berkaitan dengan bahasa lisan, tetapi juga mencakup aspek tulisan seperti penggunaan warna, jenis huruf, serta tata letak paragraf dan tabel.[73] Bunyi-bunyi nonlinguistik juga dapat menyampaikan makna: menangis menunjukkan bahwa bayi sedang tertekan, sementara ocehan bayi memberi informasi tentang kesehatan dan kesejahteraan mereka.[74]
Kronemika berhubungan dengan penggunaan waktu, misalnya, pesan yang disampaikan melalui ketepatan waktu atau keterlambatan seseorang dalam sebuah pertemuan.[75] Penampilan fisik seorang komunikator, seperti tinggi badan, berat, rambut, warna kulit, jenis kelamin, pakaian, tato, dan tindikan, juga membawa makna tertentu.[76] Penampilan berperan penting dalam kesan pertama, meski terbatas sebagai sarana komunikasi karena relatif sulit diubah.[77] Beberapa bentuk komunikasi nonverbal bahkan melibatkan artefak, seperti genderang, asap, tongkat komando, lampu lalu lintas, dan bendera.[78]
Komunikasi nonverbal juga dapat terjadi melalui media visual seperti lukisan dan gambar. Keduanya mampu mengekspresikan rupa seseorang atau objek, serta menyampaikan gagasan dan emosi tertentu. Dalam beberapa kasus, bentuk komunikasi nonverbal ini digunakan bersama komunikasi verbal, misalnya, ketika diagram atau peta disertai label untuk menambahkan informasi linguistik.[79]
Secara tradisional, penelitian lebih banyak berfokus pada komunikasi verbal. Namun, paradigma ini mulai berubah sejak tahun 1950-an, ketika perhatian terhadap komunikasi nonverbal meningkat dan pengaruhnya semakin diakui.[80] Banyak penilaian terhadap sifat dan perilaku seseorang didasarkan pada isyarat nonverbal.[81] Bahkan, komunikasi nonverbal hadir hampir di setiap tindakan komunikatif, dan beberapa unsurnya dipahami secara universal.[82] Pertimbangan ini membuat sejumlah ahli teori komunikasi, seperti Ray Birdwhistell, berpendapat bahwa sebagian besar gagasan dan informasi sebenarnya disampaikan melalui jalur nonverbal.[83] Bahkan ada yang berpendapat bahwa inti komunikasi manusia sejatinya bersifat nonverbal, dan bahwa kata-kata hanya memperoleh makna melalui konteks nonverbal.[84] Bentuk-bentuk komunikasi manusia paling awal, seperti tangisan dan ocehan bayi, merupakan komunikasi nonverbal.[85] Bahkan, beberapa bentuk komunikasi dasar telah terjadi sebelum kelahiran, antara ibu dan embrio, yang meliputi penyampaian informasi tentang nutrisi dan emosi.[86] Kajian mengenai komunikasi nonverbal dilakukan di berbagai bidang ilmu selain studi komunikasi, seperti linguistik, semiotika, antropologi, dan psikologi sosial.[87]
Interpersonal
[sunting | sunting sumber]
Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi yang berlangsung antara individu-individu yang berbeda. Bentuk yang paling lazim dari komunikasi ini adalah komunikasi diadik, yakni interaksi antara dua orang, meskipun istilah tersebut juga dapat merujuk pada komunikasi kelompok.[88] Komunikasi ini bisa berlangsung secara terencana maupun spontan, dan muncul dalam berbagai situasi, seperti ketika menyapa seseorang, bernegosiasi mengenai gaji, atau melakukan panggilan telepon.[89] Beberapa ahli teori komunikasi, seperti Virginia M. McDermott, memahami komunikasi interpersonal sebagai sebuah konsep kabur (fuzzy concept) yang tingkat kemunculannya bervariasi.[90] Dalam pandangan ini, tingkat keinterpersonalan suatu interaksi bergantung pada sejumlah faktor: berapa banyak orang yang terlibat, apakah komunikasi itu berlangsung tatap muka atau melalui media seperti telepon dan surat elektronik, serta sifat hubungan antar pelaku komunikasi.[91] Komunikasi kelompok dan komunikasi massa umumnya dianggap sebagai bentuk yang kurang khas dari komunikasi interpersonal, dan oleh sebagian ahli dikategorikan sebagai jenis yang terpisah.[92]
Komunikasi interpersonal dapat bersifat sinkron atau asinkron. Dalam komunikasi asinkron, para pihak bergantian mengirim dan menerima pesan, seperti dalam pertukaran surat atau surat elektronik. Sebaliknya, komunikasi sinkron terjadi ketika kedua belah pihak berinteraksi secara bersamaan, misalnya ketika seseorang berbicara dan lawan bicaranya memberikan tanggapan non-verbal yang menandakan persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap apa yang dikatakan.[93][94] Beberapa teoretikus komunikasi, seperti Sarah Trenholm dan Arthur Jensen, membedakan antara pesan konten dan pesan relasional. Pesan konten mengekspresikan perasaan pembicara terhadap topik pembicaraan, sedangkan pesan relasional mengungkapkan perasaan pembicara terhadap hubungan mereka dengan lawan bicara.[95]
Beragam teori telah diajukan untuk menjelaskan fungsi komunikasi interpersonal. Sebagian berfokus pada perannya dalam membantu individu memahami dunia mereka dan membangun tatanan sosial. Teori lain berpendapat bahwa tujuan utama komunikasi interpersonal adalah untuk memahami alasan di balik perilaku orang lain dan menyesuaikan tindakan diri sendiri dengan hal itu.[96] Pendekatan lain menekankan peran komunikasi interpersonal dalam mengurangi ketidakpastian tentang orang lain maupun peristiwa eksternal.[97] Dari sudut pandang kebutuhan manusia, komunikasi interpersonal berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan kebersamaan, penerimaan sosial, kasih sayang, pemeliharaan hubungan, dan pengaruh terhadap perilaku orang lain.[98] Secara praktis, komunikasi interpersonal digunakan untuk menyelaraskan tindakan seseorang dengan tindakan orang lain demi mencapai suatu tujuan bersama.[99] Penelitian di bidang ini mencakup bagaimana manusia membangun, mempertahankan, dan mengakhiri hubungan melalui komunikasi; mengapa seseorang memilih pesan tertentu dibanding yang lain; serta bagaimana pesan-pesan tersebut memengaruhi para pelaku komunikasi dan hubungan di antara mereka. Kajian lain mencoba memprediksi faktor-faktor yang menentukan apakah dua orang akan saling menyukai.[100]
Intrapersonal
[sunting | sunting sumber]
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri seseorang.[101] Dalam beberapa kasus, komunikasi ini tampak dalam bentuk eksternal, seperti ketika seseorang melakukan monolog, menulis catatan, menyoroti teks, atau membuat daftar belanja. Namun sebagian besar komunikasi intrapersonal terjadi secara internal, sebagai dialog batin seseorang dengan dirinya sendiri, misalnya saat berpikir, merenung, atau melamun.[102] Bentuk komunikasi yang mirip juga dapat terjadi di tingkat subpersonal, seperti pertukaran informasi antarorgan atau antarsel dalam tubuh.[103]
Komunikasi intrapersonal dapat dipicu oleh rangsangan internal maupun eksternal. Ia dapat berupa upaya mengucapkan suatu kalimat dalam hati sebelum diungkapkan secara lisan, merancang rencana masa depan, atau menenangkan diri dalam situasi penuh tekanan.[104] Komunikasi jenis ini membantu seseorang mengatur aktivitas mental dan perilaku eksternal, serta menginternalisasi norma budaya dan pola berpikir sosial.[105] Bentuk eksternal komunikasi intrapersonal juga berfungsi mendukung daya ingat, seperti saat seseorang menulis daftar untuk mengingat sesuatu. Ia juga berperan dalam penyelesaian masalah kompleks, misalnya ketika memecahkan persoalan matematika langkah demi langkah, dan dalam proses pembelajaran, seperti mengulang kosakata baru secara mandiri. Karena peran-peran tersebut, komunikasi intrapersonal kerap disebut sebagai "alat berpikir yang sangat kuat dan meresap."[106]
Berdasarkan fungsinya dalam pengendalian diri, sebagian ahli berpendapat bahwa komunikasi intrapersonal merupakan bentuk komunikasi yang paling mendasar. Anak-anak kecil, misalnya, sering menggunakan wacana egosentris saat bermain untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri. Dalam pandangan ini, komunikasi interpersonal berkembang kemudian, ketika anak beralih dari cara pandang egosentris ke perspektif sosial yang lebih matang.[107] Namun, ada pula pandangan yang berlawanan: komunikasi interpersonal justru dianggap lebih mendasar karena mula-mula digunakan oleh orang tua untuk mengatur perilaku anak mereka. Setelah pola ini dipelajari, anak akan menirunya untuk mengatur perilaku diri sendiri secara mandiri.[108]
Saluran
[sunting | sunting sumber]Agar suatu komunikasi dapat berlangsung dengan baik, pesan harus berpindah dari pengirim kepada penerima. Saluran merupakan jalur atau cara yang memungkinkan proses perpindahan ini terjadi. Saluran tidak berurusan dengan makna pesan itu sendiri, melainkan dengan cara teknis bagaimana makna tersebut disampaikan.[109]
Saluran sering kali dipahami berdasarkan indra yang digunakan untuk menangkap pesan, yakni pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, dan pengecapan.[110] Namun, dalam pengertian yang lebih luas, istilah saluran juga mencakup segala bentuk media transmisi, termasuk sarana teknologi seperti buku, kabel, gelombang radio, telepon, maupun televisi.[111]
Pesan yang disampaikan melalui saluran alami biasanya cepat memudar, sedangkan pesan yang disalurkan melalui media buatan dapat bertahan jauh lebih lama, seperti pada buku atau karya patung yang mampu menembus batas waktu.[112]
Karakteristik fisik suatu saluran memengaruhi bentuk kode dan petunjuk (cues) yang dapat digunakan untuk mengekspresikan informasi. Sebagai contoh, komunikasi lewat telepon umumnya terbatas pada bahasa verbal dan parabahasa, sementara ekspresi wajah tidak dapat tersampaikan. Sering kali, pesan dapat diterjemahkan dari satu kode ke kode lain agar dapat digunakan dalam saluran yang berbeda, misalnya dengan menuliskan pesan yang semula diucapkan, atau menyampaikannya melalui bahasa isyarat.[113]
Penyampaian informasi juga dapat berlangsung melalui beberapa saluran sekaligus. Dalam komunikasi tatap muka, misalnya, saluran pendengaran digunakan untuk menyampaikan informasi verbal, sementara saluran penglihatan digunakan untuk menyampaikan informasi nonverbal melalui gerak tubuh dan ekspresi wajah. Penggunaan beberapa saluran secara bersamaan dapat meningkatkan efektivitas komunikasi karena membantu penerima memahami pesan dengan lebih utuh.[114]
Pemilihan saluran komunikasi sering kali sangat penting karena kemampuan penerima dalam memahami pesan dapat bergantung pada jenis saluran yang digunakan. Misalnya, seorang guru dapat memilih untuk menyampaikan sebagian informasi secara lisan dan sebagian lainnya secara visual, tergantung pada isi materi serta gaya belajar muridnya. Hal ini menegaskan pentingnya pendekatan yang selaras dengan kecukupan media (media adequacy).[115]
Kompetensi komunikatif
[sunting | sunting sumber]Kompetensi komunikatif adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif, atau memilih perilaku komunikasi yang paling tepat dalam suatu situasi tertentu.[116] Konsep ini mencakup pengetahuan tentang apa yang harus dikatakan, kapan waktu yang tepat untuk mengatakannya, serta bagaimana cara terbaik untuk mengungkapkannya.[117] Selain itu, kompetensi komunikatif juga meliputi kemampuan untuk menerima dan memahami pesan yang diterima.[118]
Dalam kajian komunikasi, istilah kompetensi sering dibandingkan dengan kinerja (performance), di mana kompetensi dapat dimiliki tanpa harus diwujudkan, sedangkan kinerja merupakan perwujudan nyata dari kompetensi tersebut.[119] Namun, sejumlah teoretikus menolak pemisahan tajam antara keduanya dan berpendapat bahwa kinerja merupakan aspek yang dapat diamati dari kompetensi, serta menjadi dasar untuk menilai kemampuan seseorang dalam komunikasi mendatang.[120]
Dua komponen utama dalam kompetensi komunikatif adalah efektivitas dan ketepatan (appropriateness).[121] Efektivitas berkaitan dengan sejauh mana pembicara mampu mencapai tujuan komunikatifnya, atau sejauh mana hasil yang diharapkan dapat terwujud.[122] Artinya, keberhasilan komunikasi tidak hanya bergantung pada hasil akhir, tetapi juga pada niat pembicara, apakah hasil tersebut sesuai dengan yang ia maksudkan. Karena itu, beberapa teoretikus menekankan bahwa pembicara yang efektif juga harus mampu menjelaskan alasan di balik pemilihan perilaku komunikatif tertentu.[123] Efektivitas juga berhubungan erat dengan efisiensi, meskipun keduanya berbeda: efektivitas menitikberatkan pada pencapaian tujuan, sedangkan efisiensi berkaitan dengan seberapa hemat seseorang menggunakan sumber daya seperti waktu, tenaga, atau biaya.[124]
Ketepatan, di sisi lain, mengacu pada sejauh mana perilaku komunikatif sesuai dengan norma dan harapan sosial.[125] Ahli komunikasi Brian H. Spitzberg mendefinisikannya sebagai "legitimasi atau keberterimaan perilaku sebagaimana dipersepsi dalam suatu konteks tertentu".[126] Dengan kata lain, pembicara perlu memahami konteks sosial dan budaya agar mampu menyesuaikan cara penyampaian pesan sehingga dianggap pantas dalam situasi yang dihadapi.[127] Sebagai contoh, seorang siswa mungkin akan berpamitan kepada gurunya dengan ungkapan "Selamat tinggal, Pak," tetapi kepada temannya ia bisa saja berkata, "Gue cabut dulu, ya."[128] Maka, komunikasi yang efektif sekaligus tepat adalah komunikasi yang mampu mencapai tujuan tanpa menyimpang dari norma sosial yang berlaku.[129] Beberapa definisi kompetensi komunikatif lebih menekankan pada salah satu aspek ini, sementara yang lain memadukan keduanya.[130]
Berbagai unsur tambahan juga dianggap sebagai bagian dari kompetensi komunikatif, seperti empati, kendali diri, fleksibilitas, kepekaan, dan pengetahuan.[131] Kompetensi ini sering dibahas dalam konteks keterampilan individu yang digunakan selama proses komunikasi, yakni perilaku konkret yang membentuk keseluruhan kemampuan komunikatif.[132] Keterampilan produksi pesan mencakup kemampuan membaca dan menulis, yang berhubungan erat dengan keterampilan reseptif seperti mendengar dan memahami bacaan.[133] Baik keterampilan verbal maupun nonverbal memainkan peran penting.[134] Misalnya, keterampilan komunikasi verbal mencakup penguasaan terhadap fonologi, ortografi, sintaksis, leksikon, dan semantik suatu bahasa.[135]
Sebagian besar aspek kehidupan manusia bergantung pada keberhasilan komunikasi, mulai dari pemenuhan kebutuhan dasar hingga pembentukan dan pemeliharaan hubungan sosial.[136] Kompetensi komunikatif merupakan faktor penting yang menentukan apakah seseorang mampu mencapai tujuannya dalam kehidupan sosial, seperti meraih karier yang sukses atau menemukan pasangan hidup yang serasi.[137] Oleh karena itu, kompetensi komunikatif berpengaruh besar terhadap kesejahteraan individu.[138] Kekurangan dalam kompetensi ini dapat menimbulkan berbagai masalah, baik pada tingkat individu maupun sosial, termasuk masalah profesional, akademik, dan kesehatan.[139]
Hambatan dalam komunikasi yang efektif dapat mendistorsi pesan, menyebabkan kegagalan komunikasi, dan menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Hal ini dapat terjadi apabila pesan disampaikan dengan istilah yang tidak dipahami penerima, tidak relevan dengan kebutuhannya, atau mengandung informasi yang terlalu sedikit maupun berlebihan. Gangguan seperti distraksi, persepsi selektif, dan kurangnya perhatian terhadap umpan balik juga dapat menjadi penyebabnya.[140]
Noise atau gangguan adalah faktor penghambat lain dalam komunikasi, yakni segala pengaruh yang mengintervensi pesan dalam perjalanannya menuju penerima dan menyebabkan distorsi.[141] Misalnya, suara berderak saat panggilan telepon merupakan bentuk gangguan fisik. Ungkapan yang ambigu juga dapat menghambat komunikasi efektif dan menuntut adanya disambiguasi untuk memperjelas maksud pembicara.[142]
Selain itu, perbedaan budaya yang signifikan juga dapat menjadi rintangan tambahan, meningkatkan kemungkinan terjadinya salah tafsir terhadap pesan.[143]
Spesies lain
[sunting | sunting sumber]
Selain komunikasi manusia, terdapat pula berbagai bentuk komunikasi lain yang ditemukan di dalam kerajaan hewan maupun pada tumbuhan. Bentuk-bentuk komunikasi ini menjadi objek kajian dalam bidang seperti biokomunikasi dan biosemiotika.[144] Dalam ranah ini, para peneliti menghadapi berbagai tantangan tambahan dalam menentukan apakah komunikasi benar-benar terjadi antara dua individu. Sinyal akustik sering kali mudah diamati dan dianalisis oleh para ilmuwan, tetapi jauh lebih sulit untuk menilai apakah perubahan taktil atau kimiawi harus dipahami sebagai sinyal komunikatif, atau sekadar sebagai bagian dari proses biologis lain.[145]
Oleh karena itu, para peneliti kerap menggunakan definisi komunikasi yang sedikit dimodifikasi agar lebih sesuai dengan kebutuhan penelitian mereka. Salah satu asumsi umum yang banyak digunakan bersumber dari biologi evolusioner, yakni bahwa komunikasi, dengan suatu cara, seharusnya memberikan keuntungan bagi para pelaku komunikasi dalam konteks seleksi alam.[146] Dua ahli biologi, Rumsaïs Blatrix dan Veronika Mayer, mendefinisikan komunikasi sebagai "pertukaran informasi antara individu, di mana baik pengirim sinyal maupun penerima dapat mengharapkan manfaat dari pertukaran tersebut."[147] Dalam pandangan ini, pengirim sinyal memperoleh keuntungan dengan memengaruhi perilaku penerima, sementara penerima diuntungkan dengan mampu merespons sinyal tersebut. Manfaat ini tidak harus muncul pada setiap kasus tunggal, tetapi cukup bila terjadi secara rata-rata. Dengan demikian, bahkan sinyal yang bersifat menipu pun dapat dipahami sebagai bentuk komunikasi.
Namun, pendekatan evolusioner ini menghadapi kesulitan tersendiri karena dampak perilaku semacam itu terhadap seleksi alam sering kali sulit untuk diukur secara tepat.[148] Keterbatasan pragmatis lain yang umum digunakan dalam penelitian adalah syarat bahwa suatu bentuk komunikasi dianggap terjadi bila dapat diamati adanya respons dari penerima setelah sinyal dikirimkan.[149]
Hewan
[sunting | sunting sumber]Komunikasi hewan adalah proses pertukaran dan penerimaan informasi di antara hewan.[150] Bidang yang secara khusus mempelajari komunikasi hewan disebut zoosemiotika.[151] Dalam banyak hal, komunikasi hewan memiliki kemiripan dengan komunikasi manusia. Misalnya, manusia dan banyak spesies hewan mengekspresikan empati dengan cara menyelaraskan gerakan dan postur tubuh mereka.[152] Namun demikian, terdapat pula perbedaan mendasar, salah satunya adalah bahwa manusia berkomunikasi secara verbal menggunakan bahasa, sementara komunikasi hewan terbatas pada bentuk nonverbal (yakni tanpa sistem linguistik).[153]
Beberapa ahli berpendapat bahwa komunikasi hewan dapat dibedakan dari komunikasi manusia karena dianggap tidak memiliki fungsi referensial, yakni kemampuan untuk merujuk pada fenomena eksternal. Namun, berbagai pengamatan lapangan menunjukkan sebaliknya. Misalnya, monyet vervet, anjing padang Gunnison, dan tupai merah diketahui mengeluarkan sinyal peringatan berbeda untuk menandai jenis predator yang berbeda.[154] Pendekatan lain untuk membedakannya menyoroti kompleksitas bahasa manusia, khususnya kemampuannya yang hampir tak terbatas dalam mengombinasikan unit-unit dasar makna menjadi struktur makna yang lebih kompleks. Salah satu pandangan menyatakan bahwa kemampuan rekursi merupakan ciri khas bahasa manusia yang tidak dimiliki oleh sistem komunikasi non-manusia.[155] Perbedaan lainnya adalah bahwa komunikasi manusia sering kali didasari oleh niat sadar untuk menyampaikan informasi, sedangkan dalam komunikasi hewan, niat seperti itu sering kali sulit diidentifikasi.[156] Kendati demikian, beberapa teoretikus tetap menggunakan istilah "bahasa hewan" untuk menggambarkan pola-pola perilaku komunikatif tertentu pada hewan yang menunjukkan kemiripan dengan bahasa manusia.[157]

Komunikasi hewan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, antara lain komunikasi visual, auditori, taktil, olfaktori, dan gustatori. Komunikasi visual terjadi melalui gerakan, gestur, ekspresi wajah, dan warna tubuh. Contohnya dapat ditemukan pada gerakan dalam tarian kawin, warna bulu burung yang mencolok, atau cahaya berirama yang dipancarkan kunang-kunang. Komunikasi auditori berlangsung melalui vokalisasi yang dilakukan oleh spesies seperti burung, primata, dan anjing. Sinyal auditori kerap digunakan sebagai bentuk peringatan atau alarm. Pada organisme yang lebih sederhana, respons terhadap pesan suara cenderung bersifat sederhana, seperti mendekat atau menjauh dari sumber bunyi.[158] Hewan dengan sistem saraf lebih kompleks menunjukkan pola respons yang lebih beragam. Misalnya, beberapa spesies primata menggunakan satu jenis sinyal untuk predator yang terbang dan sinyal lain untuk predator di darat.[159]
Komunikasi taktil terjadi melalui sentuhan, getaran, belaian, gesekan, atau tekanan. Bentuk ini sangat penting dalam hubungan antara induk dan anak, upaya menarik pasangan, salam sosial, serta pertahanan diri. Sementara itu, komunikasi olfaktori dan gustatori berlangsung secara kimiawi melalui bau dan rasa.[160]
Terdapat perbedaan besar antarspesies dalam hal fungsi komunikasi, intensitas penggunaannya, serta perilaku yang digunakan untuk berkomunikasi.[161] Fungsi yang umum mencakup menarik lawan jenis dan perkawinan, hubungan antara induk dan anak, relasi sosial, navigasi, pertahanan diri, dan teritorialitas.[162] Salah satu aspek utama komunikasi dalam konteks reproduksi adalah pengenalan dan penarikan pasangan potensial. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara: belalang dan jangkrik berkomunikasi secara akustik melalui nyanyian, ngengat menggunakan isyarat kimiawi dengan melepaskan feromon, sementara kunang-kunang menyampaikan pesan visual melalui kilauan cahaya.[163] Bagi sebagian spesies, keturunan bergantung pada induk untuk kelangsungan hidupnya, dan salah satu fungsi utama komunikasi antara induk dan anak adalah saling mengenali. Dalam beberapa kasus, induk juga mampu mengarahkan perilaku anaknya.[164]
Hewan sosial seperti simpanse, bonobo, serigala, dan anjing menggunakan berbagai bentuk komunikasi untuk mengekspresikan emosi serta membangun hubungan sosial.[165] Komunikasi juga membantu hewan menavigasi lingkungannya secara efektif, misalnya, untuk menemukan makanan, menghindari musuh, atau mengikuti kelompok. Pada kelelawar, hal ini dilakukan melalui ekolokasi, yakni dengan memancarkan sinyal suara dan memproses pantulan gelombangnya. Lebah merupakan contoh klasik lain: mereka melakukan tarian waggle untuk memberi tahu lebah lain lokasi bunga yang kaya nektar.[166] Dalam konteks pertahanan diri, komunikasi berfungsi untuk memberi peringatan serta menilai apakah konfrontasi yang berisiko dapat dihindari.[167] Selain itu, komunikasi juga digunakan untuk menandai dan mengklaim wilayah yang penting bagi makanan atau reproduksi. Misalnya, beberapa burung jantan menandai area semak atau padang rumput dengan nyanyian guna mengusir pesaing dan menarik betina.[168]
Dua teori utama dalam kajian komunikasi hewan adalah teori alamiah dan asuhan. Perdebatan ini berkisar pada sejauh mana komunikasi hewan merupakan hasil dari pemrograman genetik sebagai bentuk adaptasi, dibandingkan hasil dari pengalaman belajar melalui pengondisian.[169] Jika komunikasi tersebut dipelajari, prosesnya umumnya terjadi melalui imprinting, yakni bentuk pembelajaran yang hanya dapat terjadi pada fase perkembangan tertentu dan biasanya bersifat tidak dapat diubah setelahnya.[170]
Tumbuhan, jamur, dan bakteri
[sunting | sunting sumber]Komunikasi tumbuhan merujuk pada berbagai proses dalam tumbuhan yang melibatkan pengiriman dan penerimaan informasi.[171] Bidang ilmu yang mempelajari komunikasi tumbuhan dikenal dengan nama fitosemiotika.[172] Kajian ini menghadirkan tantangan tersendiri bagi para peneliti, sebab tumbuhan berbeda secara mendasar dari manusia dan hewan: mereka tidak memiliki sistem saraf pusat dan dinding selnya bersifat kaku.[173] Kekakuan ini membatasi gerakan dan umumnya menghambat kemampuan tumbuhan untuk mengirim atau menerima sinyal yang bergantung pada pergerakan cepat.[174]
Namun demikian, terdapat sejumlah kesamaan mendasar antara tumbuhan dan hewan, sebab keduanya menghadapi tantangan evolusioner yang serupa: memperoleh sumber daya, menghindari pemangsa dan patogen, menemukan pasangan, serta memastikan kelangsungan hidup keturunannya.[175] Banyak tanggapan evolusioner terhadap tantangan tersebut yang sejajar dengan strategi hewan, meski diwujudkan melalui mekanisme yang berbeda.[176] Salah satu perbedaan utama ialah bahwa komunikasi kimia jauh lebih dominan di dunia tumbuhan, sementara pada hewan, komunikasi visual dan auditori memegang peranan yang lebih penting.[177]

Dalam konteks tumbuhan, istilah perilaku umumnya tidak diartikan sebagai gerakan fisik seperti pada hewan, melainkan sebagai respons biokimia terhadap suatu rangsangan. Respons ini harus terjadi dalam rentang waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan usia hidup tumbuhan. Komunikasi merupakan bentuk perilaku khusus yang melibatkan penyampaian informasi dari pengirim kepada penerima, dan dibedakan dari perilaku lain seperti reaksi pertahanan atau sekadar persepsi pasif.[178]
Sebagaimana dalam studi komunikasi hewan, para peneliti komunikasi tumbuhan sering menetapkan kriteria tambahan bahwa harus terdapat respons tertentu dari penerima, serta bahwa perilaku komunikatif tersebut memberi keuntungan bagi kedua pihak, baik pengirim maupun penerima.[179] Ahli biologi Richard Karban membedakan tiga tahapan utama dalam komunikasi tumbuhan: emisi sinyal oleh pengirim, persepsi sinyal oleh penerima, dan munculnya respons dari penerima.[180] Dalam konteks ini, intensi sadar dalam pengiriman sinyal tidak menjadi pertimbangan utama; yang penting adalah bahwa penerima memiliki kemampuan untuk mengabaikan sinyal tersebut. Kriteria ini digunakan untuk membedakan antara respons terhadap sinyal dan reaksi pertahanan terhadap perubahan lingkungan yang tidak diinginkan, seperti paparan panas ekstrem.[181]
Komunikasi pada tumbuhan terjadi dalam berbagai bentuk. Ini mencakup komunikasi internal di dalam tubuh tumbuhan, yakni antarsel tumbuhan maupun antarsel, komunikasi antarindividu tumbuhan dari spesies yang sama atau berkerabat, serta komunikasi antara tumbuhan dan organisme non-tumbuhan, khususnya di wilayah zona akar.[182] Salah satu bentuk komunikasi yang menonjol adalah komunikasi udara melalui senyawa organik volatil (VOCs). Sebagai contoh, pohon maple melepaskan VOC ketika diserang oleh herbivora, untuk memperingatkan tumbuhan di sekitarnya yang kemudian menyesuaikan mekanisme pertahanannya.[183]
Bentuk komunikasi lain terjadi melalui jamur mikoriza. Jamur ini membentuk jaringan bawah tanah yang secara populer disebut Wood-Wide Web, yang menghubungkan akar berbagai tumbuhan. Melalui jaringan ini, tumbuhan dapat saling mengirim pesan, misalnya untuk memperingatkan akan adanya serangan hama, dan membantu tumbuhan lain mempersiapkan pertahanannya.[184]
Komunikasi juga diamati pada jamur dan bakteri. Beberapa spesies jamur berkomunikasi dengan melepaskan feromon ke lingkungan eksternal. Sebagai contoh, mekanisme ini digunakan untuk memfasilitasi interaksi seksual pada sejumlah spesies jamur air.[185]
Sementara itu, salah satu bentuk komunikasi antar bakteri dikenal sebagai quorum sensing. Proses ini terjadi melalui pelepasan molekul menyerupai hormon, yang kemudian dideteksi dan direspons oleh bakteri lain. Mekanisme ini memungkinkan bakteri untuk memantau kepadatan populasi di lingkungannya dan menyesuaikan ekspresi gen secara kolektif. Respons lainnya dapat mencakup induksi bioluminesensi serta pembentukan biofilm.[186]
Antarspesies
[sunting | sunting sumber]Sebagian besar bentuk komunikasi terjadi di antara individu dalam satu spesies yang sama, yang disebut sebagai komunikasi intraspesies. Hal ini disebabkan karena tujuan utama komunikasi umumnya berkaitan dengan bentuk kerja sama tertentu. Kerja sama paling sering terjadi di dalam satu spesies, sementara hubungan antarspesies kerap ditandai oleh konflik, terutama karena kompetisi terhadap sumber daya yang terbatas.[187] Meskipun demikian, terdapat pula berbagai bentuk komunikasi antarspesies.[188] Fenomena ini paling banyak ditemukan dalam hubungan simbiosis dan jauh lebih jarang dalam relasi parasitisme maupun hubungan predator–mangsa.[189]

Komunikasi antarspesies memainkan peran penting bagi tumbuhan yang bergantung pada agen eksternal untuk bereproduksi.[190] Sebagai contoh, bunga membutuhkan serangga untuk proses penyerbukan, dan sebagai imbalannya, bunga menyediakan sumber daya seperti nektar dan berbagai bentuk hadiah biologis lainnya.[191] Bunga menggunakan strategi komunikasi untuk menandakan keberadaan manfaat tersebut serta menarik perhatian pengunjung, antara lain melalui warna-warna yang khas dan bentuk simetri yang menonjol dari lingkungannya.[192] Bentuk "periklanan alami" ini menjadi penting karena bunga-bunga saling bersaing dalam menarik kunjungan penyerbuk.[193]
Banyak tumbuhan penghasil buah juga mengandalkan komunikasi antara tumbuhan dan hewan untuk menyebarkan bijinya ke lokasi yang lebih menguntungkan.[194] Mekanisme ini berlangsung dengan menyediakan buah yang bergizi bagi hewan; biji dikonsumsi bersama daging buah, lalu dikeluarkan kembali di tempat lain melalui ekskresi.[195] Komunikasi membantu hewan mengenali lokasi buah serta menentukan apakah buah tersebut telah matang. Pada banyak spesies, hal ini disampaikan melalui warna buah: sebelum matang, buah biasanya berwarna hijau samar, lalu berubah menjadi warna kontras yang mudah dikenali setelah matang.[196]
Contoh lain komunikasi antarspesies terdapat dalam hubungan antara semut dan tumbuhan.[197] Hubungan ini mencakup berbagai bentuk interaksi, seperti pemilihan biji oleh semut untuk membangun kebun semut mereka, pemangkasan vegetasi asing di sekitarnya, serta perlindungan tumbuhan oleh koloni semut.[198] Beberapa spesies hewan juga menunjukkan bentuk komunikasi antarspesies, seperti pada kera besar, paus, lumba-lumba, gajah, dan anjing.[199] Sebagai contoh, berbagai spesies monyet diketahui menggunakan sinyal umum untuk bekerja sama ketika menghadapi ancaman dari predator yang sama.[200]
Manusia pun terlibat dalam komunikasi antarspesies, terutama melalui interaksi dengan hewan peliharaan maupun hewan pekerja.[201] Dalam hal ini, sinyal akustik memainkan peran penting, misalnya dalam komunikasi dengan anjing. Anjing dapat belajar merespons berbagai perintah seperti "duduk" dan "kemari", bahkan mampu memahami kombinasi sintaksis pendek seperti "ambil X" atau "taruh X di kotak". Mereka juga peka terhadap nada dan frekuensi suara manusia untuk mengenali emosi, dominasi, maupun ketidakpastian. Sebaliknya, anjing pun menggunakan berbagai pola perilaku untuk mengomunikasikan emosinya kepada manusia, baik untuk menunjukkan agresi, ketakutan, maupun keinginan bermain.[202]
Komputer
[sunting | sunting sumber]
Komunikasi komputer berkaitan dengan pertukaran data antara komputer dan perangkat sejenis lainnya.[204] Agar pertukaran ini dapat terjadi, perangkat-perangkat tersebut harus terhubung melalui suatu sistem transmisi yang membentuk jaringan di antara mereka. Sebuah pemancar diperlukan untuk mengirim pesan, sedangkan penerima dibutuhkan untuk menerimanya. Sebagai contoh, sebuah komputer pribadi dapat menggunakan modem sebagai pemancar untuk mengirimkan informasi kepada server melalui jaringan telepon publik sebagai sistem transmisinya. Server tersebut, pada gilirannya, dapat menggunakan modem sebagai penerimanya.[205] Untuk mentransmisikan data, informasi tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi sinyal listrik.[206] Saluran komunikasi yang digunakan untuk transmisi dapat bersifat analog maupun digital, dan masing-masing memiliki karakteristik seperti lebar pita dan latensi.[207]
Terdapat beragam bentuk jaringan komputer. Jenis yang paling umum dibahas adalah LAN dan WAN. LAN (local area network) merupakan jaringan komputer yang mencakup wilayah terbatas, biasanya dengan jarak kurang dari satu kilometer.[208] Contohnya adalah ketika dua komputer dihubungkan dalam satu rumah atau gedung perkantoran. LAN dapat dibangun dengan koneksi kabel, seperti Ethernet, atau dengan koneksi nirkabel, seperti Wi-Fi.[209]
Sebaliknya, WAN (wide area network) adalah jaringan komputer berskala luas yang mencakup wilayah geografis yang besar, seperti internet.[210] Struktur jaringan WAN lebih kompleks dan sering kali menggunakan sejumlah simpul penghubung (intermediate nodes) untuk memindahkan informasi dari satu titik ke titik lain.[211] Selain kedua jenis tersebut, terdapat pula beberapa tipe jaringan komputer lain seperti PAN (personal area network), CAN (campus area network), dan MAN (metropolitan area network).[212]
Agar komunikasi komputer dapat berlangsung dengan sukses, perangkat-perangkat yang terlibat harus mematuhi seperangkat aturan bersama yang mengatur proses pertukaran data di antara mereka. Aturan-aturan ini dikenal sebagai protokol komunikasi. Protokol tersebut mencakup berbagai aspek pertukaran informasi, seperti format pesan dan cara menanggapi kesalahan transmisi. Protokol juga mengatur bagaimana kedua sistem disinkronkan, misalnya, bagaimana penerima mengenali awal dan akhir suatu sinyal.[213] Berdasarkan arah dan pola aliran informasi, sistem komunikasi komputer diklasifikasikan menjadi tiga jenis: simplex, half-duplex, dan full-duplex. Pada sistem simpleks, sinyal hanya mengalir satu arah, dari pengirim ke penerima, seperti pada radio, televisi kabel, atau layar informasi keberangkatan dan kedatangan di bandara.[214] Sistem semi-dupleks memungkinkan pertukaran dua arah, tetapi sinyal hanya dapat mengalir satu arah pada satu waktu, sebagaimana yang terjadi pada walkie-talkie dan radio polisi. Sedangkan pada sistem dupleks-penuh sinyal dapat mengalir dua arah secara bersamaan, sebagaimana dalam komunikasi telepon biasa maupun internet.[215]
Dalam semua bentuknya, salah satu syarat penting bagi komunikasi yang berhasil adalah bahwa koneksi harus aman, sehingga data yang dikirimkan hanya mencapai tujuan yang diinginkan dan tidak disadap oleh pihak ketiga yang tidak berwenang.[216] Keamanan ini dapat dicapai melalui penggunaan kriptografi, yang mengubah format informasi yang dikirimkan menjadi bentuk yang tidak dapat dibaca oleh penyadap potensial.[217]
Bidang yang sangat berkaitan adalah komunikasi manusia–komputer, yang membahas cara manusia berinteraksi dengan komputer serta bagaimana data dalam bentuk masukan dan keluaran dipertukarkan.[218] Interaksi ini terjadi melalui sebuah antarmuka pengguna, yang mencakup perangkat keras seperti tetikus, papan ketik, dan monitor, serta perangkat lunak yang memungkinkan komunikasi tersebut berlangsung.[219]
Pada sisi perangkat lunak, antarmuka pengguna pada masa awal umumnya berupa antarmuka baris perintah, di mana pengguna harus mengetikkan perintah secara manual untuk berinteraksi dengan komputer.[220] Sebagian besar antarmuka modern kini berbentuk antarmuka pengguna grafis, seperti Microsoft Windows dan macOS, yang jauh lebih mudah digunakan oleh pengguna awam. Antarmuka jenis ini menampilkan elemen-elemen grafis yang dapat dioperasikan pengguna, sering kali dengan menggunakan konsep desain yang dikenal sebagai skeumorfisme, yaitu pendekatan yang meniru objek dunia nyata agar pengguna dapat dengan cepat mengenali dan memahami fungsinya. Contohnya termasuk ikon folder komputer dan ikon tempat sampah (recycle bin) yang digunakan untuk menghapus berkas.[221] Salah satu tujuan utama dalam perancangan antarmuka pengguna adalah menyederhanakan interaksi manusia dengan komputer. Upaya ini bertujuan menjadikan teknologi lebih mudah diakses dan ramah bagi pengguna dari berbagai latar belakang, sekaligus meningkatkan efisiensi serta produktivitas mereka.[222]
Kajian Komunikasi
[sunting | sunting sumber]Kajian komunikasi, yang juga dikenal sebagai ilmu komunikasi (communication science), merupakan disiplin akademik yang menelaah hakikat komunikasi. Bidang ini memiliki kedekatan dengan semiotika, meskipun keduanya berbeda dalam fokus: kajian komunikasi lebih menitikberatkan pada persoalan teknis mengenai bagaimana pesan dikirim, diterima, dan diproses; sementara semiotika lebih memusatkan perhatian pada persoalan yang lebih abstrak mengenai makna serta bagaimana tanda memperoleh makna tersebut.[223] Cakupan kajian komunikasi sangat luas dan bersinggungan dengan berbagai disiplin lain, seperti biologi, antropologi, psikologi, sosiologi, linguistik, kajian media, dan jurnalisme.[224]
Banyak kontribusi dalam bidang kajian komunikasi berfokus pada pengembangan model dan teori komunikasi. Model komunikasi berupaya memberikan gambaran ringkas mengenai unsur-unsur utama yang terlibat dalam proses komunikasi, sedangkan teori komunikasi berusaha menghadirkan kerangka konseptual yang mampu merepresentasikan komunikasi dalam seluruh kompleksitasnya.[225] Sebagian teori meninjau komunikasi sebagai seni praktis dalam wacana, sementara teori lain menyoroti peran tanda, pengalaman, pemrosesan informasi, serta tujuan membangun tatanan sosial melalui interaksi yang terkoordinasi.[226] Kajian komunikasi juga menaruh perhatian pada fungsi dan dampak komunikasi, antara lain bagaimana komunikasi memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis, membantu membangun hubungan antarmanusia, serta mendukung pengumpulan informasi tentang lingkungan, individu lain, dan diri sendiri.[227] Topik lainnya menelaah bagaimana sistem komunikasi berubah seiring waktu serta bagaimana perubahan tersebut berkorelasi dengan dinamika sosial yang lebih luas.[228] Kajian terkait juga mengulas prinsip-prinsip psikologis yang mendasari perubahan tersebut dan dampaknya terhadap cara manusia saling bertukar gagasan.[229]
Komunikasi telah menjadi objek kajian sejak zaman Yunani Kuno. Teori-teori awal yang berpengaruh dirumuskan oleh Plato dan Aristoteles, yang menekankan pentingnya keterampilan berbicara di depan umum dan pemahaman terhadap retorika. Menurut Aristoteles, misalnya, tujuan utama komunikasi adalah untuk mempersuasi audiens.[230] Bidang kajian komunikasi baru berdiri sebagai disiplin penelitian tersendiri pada abad ke-20, terutama sejak tahun 1940-an.[231] Perkembangan teknologi komunikasi baru, seperti telepon, radio, surat kabar, televisi, dan internet, telah membawa pengaruh besar terhadap praktik komunikasi dan terhadap kajian ilmiah tentang komunikasi itu sendiri.[232]
Pada masa kini, kajian komunikasi telah berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu yang luas dan beragam. Sebagian karya dalam bidang ini berupaya memberikan karakterisasi umum mengenai komunikasi dalam makna yang paling luas, sementara sebagian lainnya berfokus pada analisis mendalam terhadap satu bentuk komunikasi tertentu. Ilmu komunikasi mencakup banyak subbidang: beberapa berfokus pada tema-tema luas seperti komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi verbal, dan komunikasi nonverbal; sementara yang lain meneliti komunikasi dalam konteks-konteks tertentu.[233] Komunikasi organisasi menitikberatkan pada komunikasi antaranggotanya dalam suatu organisasi, seperti perusahaan, organisasi nirlaba, atau usaha kecil. Fokus utamanya terletak pada bagaimana perilaku para anggota tersebut dapat dikoordinasikan, serta bagaimana organisasi berinteraksi dengan pelanggan dan masyarakat umum.[234] Istilah-istilah yang berdekatan dengan bidang ini antara lain komunikasi bisnis, komunikasi korporat, dan komunikasi profesional.[235] Unsur utama dalam komunikasi pemasaran adalah periklanan, tetapi bidang ini juga mencakup berbagai bentuk kegiatan komunikasi lain yang ditujukan untuk mendukung tujuan organisasi kepada khalayak sasarannya, seperti melalui hubungan masyarakat.[236] Komunikasi politik mencakup berbagai topik, seperti kampanye elektoral untuk memengaruhi pemilih serta komunikasi legislatif yang meliputi surat-menyurat dengan kongres atau penyusunan dokumen-dokumen komite. Perhatian khusus sering diberikan pada studi mengenai propaganda dan peran media massa.[237]
Komunikasi antarbudaya memiliki relevansi penting, baik dalam konteks organisasi maupun politik, karena kedua bidang tersebut kerap melibatkan pertukaran pesan antara komunikator yang berasal dari latar belakang budaya berbeda.[238] Latar belakang budaya memengaruhi cara pesan dirumuskan dan ditafsirkan, serta sering kali menjadi sumber kesalahpahaman dalam komunikasi.[239] Bidang ini juga berhubungan dengan komunikasi pembangunan, yaitu pemanfaatan komunikasi untuk mendukung upaya pembangunan, seperti dalam konteks bantuan dari negara dunia pertama kepada negara dunia ketiga.[240] Komunikasi kesehatan menitikberatkan pada komunikasi di bidang pelayanan kesehatan dan upaya promosi kesehatan. Salah satu topik utamanya adalah bagaimana penyedia layanan kesehatan, seperti dokter dan perawat, sebaiknya berkomunikasi dengan pasien mereka.[241]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sejarah komunikasi mempelajari bagaimana proses-proses komunikasi berkembang serta berinteraksi dengan masyarakat, kebudayaan, dan teknologi.[242] Komunikasi manusia memiliki sejarah yang sangat panjang, dan cara manusia berkomunikasi telah mengalami perubahan besar seiring berjalannya waktu. Banyak dari perubahan ini dipicu oleh munculnya teknologi komunikasi baru yang membawa dampak luas terhadap cara manusia bertukar gagasan.[243] Setiap teknologi komunikasi baru biasanya menuntut keterampilan baru yang perlu dikuasai agar dapat digunakan secara efektif.[244]
Dalam literatur akademik, sejarah komunikasi umumnya dibagi ke dalam beberapa masa berdasarkan bentuk komunikasi yang dominan pada masa tersebut. Jumlah masa dan batas periodisasinya masih diperdebatkan. Namun, pembagian tersebut biasanya mencakup era berbicara, menulis, dan percetakan, hingga komunikasi massa elektronik dan era internet.[245] Menurut teori komunikasi yang dikemukakan oleh Marshall Poe, setiap masa dapat dikarakterisasi oleh media dominannya melalui beberapa faktor: jumlah informasi yang dapat disimpan, daya tahan media tersebut, waktu yang dibutuhkan untuk mentransmisikan informasi, serta biaya penggunaannya. Poe berpendapat bahwa tiap era berikutnya umumnya menghadirkan peningkatan dalam satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut.[246]
Menurut sejumlah perkiraan ilmiah, bahasa manusia berkembang sekitar 40.000 tahun yang lalu, meskipun beberapa ahli berpendapat bahwa asal-usulnya jauh lebih tua. Sebelum bahasa muncul, komunikasi manusia menyerupai komunikasi hewan, berupa serangkaian geraman, tangisan, gerak tubuh, dan ekspresi wajah. Kemunculan bahasa memungkinkan manusia purba untuk berorganisasi dan merencanakan kehidupan mereka dengan lebih efisien.[247] Dalam masyarakat awal, bahasa lisan merupakan bentuk utama komunikasi.[248] Pengetahuan diturunkan melalui tuturan, sering kali dalam bentuk cerita atau petuah bijak. Namun bentuk komunikasi ini tidak menghasilkan pengetahuan yang stabil karena bergantung pada ingatan manusia yang terbatas. Akibatnya, banyak rincian yang berubah dari satu penceritaan ke penceritaan berikutnya, serta berbeda antarpendongeng.[249]
Ketika manusia mulai menetap dan membentuk masyarakat agraria, komunitas pun berkembang dan kebutuhan akan pencatatan yang tetap, seperti kepemilikan tanah dan transaksi dagang, semakin meningkat. Hal inilah yang mendorong penemuan tulisan, yang mampu mengatasi berbagai keterbatasan komunikasi lisan.[250] Tulisan jauh lebih efisien dalam melestarikan pengetahuan serta mewariskannya antar generasi karena tidak bergantung pada daya ingat manusia.[251] Sebelum tulisan ditemukan, telah ada bentuk-bentuk proto-tulisan, yakni sistem tanda visual yang tahan lama untuk menyimpan informasi. Contohnya meliputi ukiran pada tembikar, simpul-simpul pada tali untuk menghitung barang, atau cap dan segel untuk menandai kepemilikan.[252]

Sebagian besar bentuk komunikasi tertulis awal dilakukan melalui piktogram. Piktogram adalah simbol grafis yang menyampaikan makna dengan meniru bentuk benda-benda nyata di dunia. Penggunaan simbol-simbol bergambar sederhana untuk mewakili hal-hal seperti hasil pertanian sudah lazim dalam kebudayaan kuno dan bermula sekitar tahun 9000 SM. Sistem tulisan kompleks pertama yang mencakup piktogram dikembangkan sekitar tahun 3500 SM oleh bangsa Sumeria dan dikenal dengan sebutan aksara paku (cuneiform).[253] Piktogram masih digunakan hingga kini, misalnya pada tanda larangan merokok atau simbol laki-laki dan perempuan di pintu kamar mandi.[254]
Salah satu kelemahan utama sistem tulisan berbasis piktogram ialah perlunya ribuan simbol berbeda untuk mewakili seluruh benda atau gagasan yang hendak diungkapkan. Masalah ini teratasi dengan munculnya sistem tulisan lain. Misalnya, dalam sistem tulisan alfabet, simbol-simbol tidak lagi melambangkan benda konkret, melainkan bunyi-bunyi dalam bahasa lisan.[255] Jenis sistem tulisan awal lainnya mencakup tulisan logografis dan ideografis.[256] Salah satu kekurangan bentuk tulisan awal, seperti tablet tanah liat bertulisan paku, adalah sifatnya yang tidak portabel. Berat dan rapuhnya media tersebut menyulitkan pengiriman teks dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagi informasi. Hal ini berubah ketika bangsa Mesir menemukan papirus sekitar tahun 2500 SM, yang kemudian disempurnakan dengan munculnya perkamen dan kertas.[257]
Hingga abad ke-15, hampir seluruh komunikasi tertulis dibuat dengan tangan, sehingga penyebaran teks tertulis terbatas karena proses penyalinan memerlukan waktu dan biaya besar. Perkenalan dan penyebaran teknik percetakan massal pada pertengahan abad ke-15 oleh Johann Gutenberg membawa perubahan drastis. Teknologi ini memungkinkan produksi naskah secara cepat dan luas, sekaligus melahirkan bentuk-bentuk baru media tertulis seperti surat kabar dan pamflet. Dampak lanjutannya ialah meningkatnya tingkat melek huruf di kalangan masyarakat umum. Perkembangan ini menjadi fondasi bagi revolusi besar dalam berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan, politik, dan agama.[258]
Penemuan-penemuan ilmiah pada abad ke-19 dan ke-20 memicu kemajuan pesat dalam sejarah komunikasi. Inovasi seperti telegraf dan telepon memungkinkan penyampaian informasi dengan lebih cepat dan efisien tanpa perlu mengirimkan dokumen fisik.[259] Pada awalnya, teknologi ini bergantung pada jaringan kabel yang harus dipasang terlebih dahulu. Namun, perkembangan selanjutnya memungkinkan transmisi nirkabel melalui gelombang radio, yang membuka jalan bagi penyiaran kepada khalayak luas, menjadikan radio salah satu bentuk utama komunikasi massa.[260] Berbagai kemajuan dalam bidang fotografi kemudian memungkinkan perekaman gambar bergerak pada film, yang menjadi cikal bakal kemunculan sinema dan televisi.[261] Jangkauan komunikasi nirkabel semakin diperluas dengan pengembangan satelit komunikasi, yang memungkinkan penyiaran sinyal radio dan televisi ke seluruh penjuru dunia. Dengan cara ini, informasi dapat disebarkan hampir seketika ke berbagai belahan bumi.[262] Perkembangan internet menandai tonggak penting lain dalam sejarah komunikasi. Teknologi ini memungkinkan manusia bertukar gagasan, bekerja sama, serta mengakses pengetahuan dari mana saja di dunia dengan berbagai cara, melalui situs web, surel, media sosial, hingga konferensi video.[263]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Komunikasi pertanian – menyampaikan informasi melalui pertukaran pikiran, pesan atau informasi
- Komunikasi augmentatif dan alternatif – perangkat lunak
- Komunikasi penerbangan
- Komunikasi bebas bias
- Hak komunikasi
- Transmisi data
- Komunikasi defensif
- Komunikasi lingkungan – penyebaran informasi dan implementasi praktik komunikasi yang berkaitan dengan lingkungan
- Rekayasa informasi
- Komunikasi antardepartemen
- Komunikasi internasional
- Ishin-denshin – menyampaikan informasi melalui pertukaran pikiran, pesan atau informasi
- Hak linguistik
- Komunikasi militer
- Komunikasi tanpa kekerasan
- Komunikasi proaktif – menyampaikan informasi melalui pertukaran pikiran, pesan atau informasi
- Komunikasi risiko
- Komunikasi ilmiah
- Percakapan ringan – menyampaikan informasi melalui pertukaran pikiran, pesan atau informasi
- Masalah Dua Jenderal – menyampaikan informasi melalui pertukaran pikiran, pesan atau informasi
- Komunikasi ke atas
Referensi
[sunting | sunting sumber]Kutipan
[sunting | sunting sumber]- ↑
- Rosengren 2000, hlm. 1–2, 1.1 On communication
- Cobley 2008, hlm. 660–666
- Meinel & Sack 2014, hlm. 89
- ↑
- ↑
- Rosengren 2000, hlm. 1–2, 1.1 On communication
- Munodawafa 2008, hlm. 369–370
- Blackburn 1996a, Meaning and communication
- ↑ Rosengren 2000, hlm. 1–2, 1.1 On communication
- ↑
- ↑
- Dance 1970, hlm. 201–202
- Craig 1999, hlm. 119, 121–122, 133–134
- ↑ Dance 1970, hlm. 201–203
- ↑ Dance 1970, hlm. 207–210
- ↑
- Rosengren 2000, hlm. 1–2, 1.1 On communication
- Ketcham 2020, hlm. 100
- ↑
- Dance 1970, hlm. 207–209
- Rosengren 2000, hlm. 1–2, 1.1 On communication
- ↑
- Dance 1970, hlm. 207–209
- Miller 1966, hlm. 92–93
- ↑ Blackburn 1996, Intention and communication
- ↑ Dance 1970, hlm. 208–209
- ↑ Munodawafa 2008, hlm. 369–370
- ↑ Dance 1970, hlm. 209
- ↑
- ↑
- ↑
- Barnlund 2013, hlm. 48
- Nicotera 2009, hlm. 176, 179
- ISU staff 2016, 3.4: Functions of Verbal Communication
- Reisinger 2010, hlm. 166–167
- National Communication Association 2016
- Chandler & Munday 2011, hlm. 438, transmission models
- ↑
- Schenk & Seabloom 2010, hlm. 1, 3
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 7
- Karban 2015, hlm. 5
- ↑ Ruben 2001, hlm. 607–608, Models Of Communication
- ↑
- McQuail 2008, hlm. 3143–3149, Models of communication
- Narula 2006, hlm. 23, 1. Basic Communication Models
- ↑
- McQuail 2008, hlm. 3143–3149, Models of communication
- UMN staff 2016a, 1.2 The Communication Process
- Cobley & Schulz 2013, hlm. 7–8, Introduction
- ↑ Fiske 2011a, hlm. 24, 30, 2. Other models
- ↑
- McQuail 2008, hlm. 3143–3149, Models of communication
- Narula 2006, hlm. 15, 1. Basic Communication Models
- Chandler & Munday 2011, hlm. 438, transmission models
- ↑
- ↑
- UMN staff 2016a, 1.2 The Communication Process
- Kastberg 2019, hlm. 56
- Nicotera 2009, hlm. 176
- Fielding 2006, hlm. 24
- ↑
- UMN staff 2016a, 1.2 The Communication Process
- Nicotera 2009, hlm. 176
- Barnlund 2013, hlm. 48
- ↑
- Fiske 2011a, hlm. 30–31, 2. Other models
- Watson & Hill 2012, hlm. 154, Lasswell's model of communication
- Wenxiu 2015, hlm. 245–249
- ↑
- Steinberg 2007, hlm. 52–53
- Tengan, Aigbavboa & Thwala 2021, hlm. 110
- Berger 1995, hlm. 12–13
- ↑
- Sapienza, Iyer & Veenstra 2015, §Misconception 1: it's a static model with fixed categories
- Feicheng 2022, hlm. 24
- Braddock 1958, hlm. 88–93
- ↑
- McQuail 2008, hlm. 3143–3149, Models of communication
- Chandler & Munday 2011, hlm. 387, Shannon and Weaver's model
- Li 2007, hlm. 5439–5442
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 387, Shannon and Weaver's model
- Fiske 2011, hlm. 6–10, 1. Communication theory
- Shannon 1948, hlm. 380–382
- ↑
- Fiske 2011, hlm. 10–15, 1. Communication theory
- Weaver 1998, hlm. 4–9, 18–19, Recent Contributions to the Mathematical Theory of Communication
- Januszewski 2001, hlm. 29
- ↑
- Watson & Hill 2012, hlm. 112–113, Gerbner's model of communication
- Melkote & Steeves 2001, hlm. 108
- Straubhaar, LaRose & Davenport 2015, hlm. 18–19
- ↑
- Nicotera 2009, hlm. 176
- Steinberg 1995, hlm. 18
- Bowman & Targowski 1987, hlm. 25–26
- ↑
- Nicotera 2009, hlm. 176
- Wisely 1994, hlm. 90–91
- Schramm 1954, hlm. 3–5, How communication works
- ↑
- Schramm 1954, hlm. 3–5, How communication works
- Blythe 2009, hlm. 188
- ↑
- Wisely 1994, hlm. 90–91
- Meng 2020, hlm. 120
- Schramm 1954, hlm. 5–7, How communication works
- ↑ Hamilton, Kroll & Creel 2023, hlm. 46
- ↑
- Nicotera 2009, hlm. 176
- Barnlund 2013, hlm. 48
- ↑
- Barnlund 2013, hlm. 47
- Watson & Hill 2015, hlm. 20–22
- Lawson et al. 2019, hlm. 76–77
- ↑
- Watson & Hill 2015, hlm. 20–22
- Dwyer 2012, hlm. 12
- Barnlund 2013, hlm. 57–60
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 58
- Burton & Dimbleby 2002, hlm. 126
- Sinding & Waldstrom 2014, hlm. 153
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 44, channels
- Fiske 2011, hlm. 17–18, 1. Communication theory
- ↑
- Beynon-Davies 2010, hlm. 52
- Bussmann 2006, hlm. 65–66
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 448
- Danesi 2000, hlm. 58–59
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 448
- Kyle et al. 1988, hlm. 59
- Butterfield 2016, hlm. 2–3
- ↑
- Lyons 1981, hlm. 3, 6
- Harley 2014, hlm. 5–6
- ↑
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 11, 13–14
- Kiggins, Comins & Gentner 2013
- ↑
- Meisel 2011, hlm. 1
- Montrul 2004, hlm. 20
- ↑ Harley 2014, hlm. 5–6
- ↑ Thomason 2006, hlm. 342–345, Artificial And Natural Languages
- ↑
- Champoux 2016, hlm. 327–328
- Berlo 1960, hlm. 41–42
- ↑
- Champoux 2016, hlm. 327–328
- Danesi 2009, hlm. 306
- Kyle et al. 1988, hlm. 59
- ↑
- Champoux 2016, hlm. 327–328
- Kyle et al. 1988, hlm. 59
- ↑
- Danesi 2000, hlm. 58–59
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 6
- Berlo 1960, hlm. 7–8
- ↑
- ↑ Danesi 2013a, hlm. 492
- ↑ Giri 2009, hlm. 690
- ↑
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 107
- Giri 2009, hlm. 690
- Chandler & Munday 2011, hlm. 297
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 297
- Giri 2009, hlm. 690
- Danesi 2013a, hlm. 493
- ↑ Håkansson & Westander 2013, hlm. 107
- ↑
- Giri 2009, hlm. 691
- Taylor 1962, hlm. 8–10
- ↑ Danesi 2013a, hlm. 493
- ↑
- Giri 2009, hlm. 692–694
- Chandler & Munday 2011, hlm. 297
- ↑
- Giri 2009, hlm. 690
- Chandler & Munday 2011, hlm. 297
- Danesi 2013a, hlm. 493–495
- ↑ Giri 2009, hlm. 693
- ↑ Giri 2009, hlm. 692
- ↑ Danesi 2013a, hlm. 493
- ↑ Giri 2009, hlm. 692
- ↑
- Giri 2009, hlm. 692
- Danesi 2013a, hlm. 494
- ↑
- Giri 2009, hlm. 694
- Chandler & Munday 2011, hlm. 297
- Papa, Daniels & Spiker 2008, hlm. 27
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 310
- Papa, Daniels & Spiker 2008, hlm. 27
- ↑
- McCormack, McLeod & Harrison 2017, hlm. 60
- Bornstein 2013, hlm. 151
- ↑ Giri 2009, hlm. 692–693
- ↑
- Giri 2009, hlm. 693–694
- Danesi 2013a, hlm. 492
- ↑ Giri 2009, hlm. 693–694
- ↑
- Givens & White 2021, hlm. 28, 55
- Chan 2020, hlm. 180
- ↑
- Krémer & Quijano 2017, hlm. 121–122
- du Plessis et al. 2007, hlm. 124–216
- Ongaro 2020, hlm. 216
- Jeanrond 1991, hlm. 7–8
- ↑
- Clough & Duff 2020, hlm. 323
- Chandler & Munday 2011, hlm. 244, Logocentrism
- Mills 2015, hlm. 132–133
- ↑ Giri 2009, hlm. 690
- ↑ Burgoon, Manusov & Guerrero 2016, hlm. 3–4
- ↑
- Danesi 2013a, hlm. 492–493
- Giri 2009, hlm. 690–961
- ↑ Giri 2009, hlm. 691
- ↑
- McCormack, McLeod & Harrison 2017, hlm. 60
- Bornstein 2013, hlm. 151
- ↑
- Bowman, Arany & Wolfgang 2021, hlm. 1455–1456
- Bornstein, Suwalsky & Breakstone 2012, hlm. 113–116
- ↑ Giri 2009, hlm. 690
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 221
- UMN staff 2016, 1.1 Communication: History and Forms
- Barnlund 2013, hlm. 52–53
- ↑
- ↑ McDermott 2009, hlm. 547
- ↑ McDermott 2009, hlm. 547–548
- ↑
- UMN staff 2016, 1.1 Communication: History and Forms
- Danesi 2013, hlm. 168
- McDermott 2009, hlm. 547–548
- ↑ Chandler & Munday 2011, hlm. 221
- ↑ UMN staff 2016a, 1.2 The Communication Process
- ↑ Trenholm & Jensen 2013, hlm. 36, 361
- ↑ McDermott 2009, hlm. 548–549
- ↑ McDermott 2009, hlm. 549
- ↑
- McDermott 2009, hlm. 549
- Gamble & Gamble 2019, hlm. 14–16
- ↑ McDermott 2009, hlm. 546
- ↑ McDermott 2009, hlm. 546–547
- ↑
- Ezhilarasu 2016, hlm. 178
- Chandler & Munday 2011, hlm. 225
- Lantolf 2009, hlm. 566
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 225
- Honeycutt 2014, hlm. 317
- ↑ Vocate 2012, hlm. 196
- ↑
- ↑ Lantolf 2009, hlm. 567–568
- ↑ Lantolf 2009, hlm. 568–569
- ↑
- Lantolf 2009, hlm. 567
- Kreps 2012, hlm. 239
- ↑
- Lantolf 2009, hlm. 567–568
- Vocate 2012, hlm. 14
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 44, channels
- Fiske 2011, hlm. 17–18, 1. Communication theory
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 44, channels
- Berlo 1960, hlm. 63–9
- Gill & Adams 1998, hlm. 35–36
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 44, channels
- Danesi 2013, hlm. 168
- ↑ Danesi 2013, hlm. 168
- ↑ Fiske 2011, hlm. 20
- ↑
- Taylor 1962, hlm. 8–10
- Turkington & Harris 2006, hlm. 140
- von Kriegstein 2011, hlm. 683
- ↑
- Berlo 1960, hlm. 67
- Turkington & Harris 2006, hlm. 140
- Giessen 2015, hlm. 43–54
- ↑ Backlund & Morreale 2015, hlm. 20–21
- ↑ McArthur, McArthur & McArthur 2005, hlm. 232–233
- ↑ Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 25
- ↑
- Genesee 1984, hlm. 139
- Peterwagner 2005, hlm. 9
- McQuail 2008, hlm. 3029, Models of communication
- ↑ Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 17–18
- ↑
- Backlund & Morreale 2015, hlm. 20–21
- Spitzberg 2015, hlm. 241
- Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 18, 25
- ↑
- Backlund & Morreale 2015, hlm. 23
- Spitzberg 2015, hlm. 241
- Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 25
- ↑ Backlund & Morreale 2015, hlm. 23
- ↑ Spitzberg 2015, hlm. 241
- ↑
- Backlund & Morreale 2015, hlm. 23
- Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 18, 25
- ↑ Spitzberg 2015, hlm. 241
- ↑
- Backlund & Morreale 2015, hlm. 23
- Spitzberg 2015, hlm. 238
- Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 18
- Danesi 2009, hlm. 70
- ↑
- Danesi 2000, hlm. 59–60
- McArthur, McArthur & McArthur 2005, hlm. 232–233
- ↑ Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 26
- ↑ Backlund & Morreale 2015, hlm. 20–22
- ↑
- Backlund & Morreale 2015, hlm. 24
- Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 19, 24
- ↑
- Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 24
- Spitzberg 2015, hlm. 242
- ↑
- Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 25
- Berlo 1960, hlm. 41–42
- ↑ Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 25
- ↑ McArthur, McArthur & McArthur 2005, hlm. 232–233
- ↑ Spitzberg 2015, hlm. 238–239
- ↑ Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 15
- ↑
- Spitzberg 2015, hlm. 238–239
- Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 24
- ↑ Rickheit, Strohner & Vorwerg 2008, hlm. 24
- ↑
- Buchanan & Huczynski 2017, hlm. 218–219
- Fielding 2006, hlm. 20–21
- ↑
- ↑
- van Trijp 2018, hlm. 289–290
- Winner 2017, hlm. 29
- ↑
- ↑
- ↑ Håkansson & Westander 2013, hlm. 45
- ↑
- Schenk & Seabloom 2010, hlm. 1, 3
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 7
- ↑ Blatrix & Mayer 2010, hlm. 128
- ↑
- Blatrix & Mayer 2010, hlm. 128
- Schenk & Seabloom 2010, hlm. 3
- ↑ Schenk & Seabloom 2010, hlm. 6
- ↑ Ruben 2002, hlm. 25–26
- ↑ Chandler & Munday 2011, hlm. 15
- ↑ Håkansson & Westander 2013, hlm. 107
- ↑
- Chandler & Munday 2011, hlm. 15
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 1
- ↑
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 13
- Hebb & Donderi 2013, hlm. 269
- ↑
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 14
- Luuk & Luuk 2008, hlm. 206
- ↑ Håkansson & Westander 2013, hlm. 5
- ↑
- Houston 2019, hlm. 266, 279
- Baker & Hengeveld 2012, hlm. 25
- ↑
- Ruben 2002, hlm. 26
- Chandler & Munday 2011, hlm. 15
- ↑
- Danesi 2000, hlm. 58–59
- Hebb & Donderi 2013, hlm. 269
- ↑
- Ruben 2002, hlm. 26
- Chandler & Munday 2011, hlm. 15
- ↑ Håkansson & Westander 2013, hlm. 2
- ↑ Ruben 2002, hlm. 26–29
- ↑
- Ruben 2002, hlm. 26–27
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 2
- ↑
- Ruben 2002, hlm. 27
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 19–20
- ↑ Håkansson & Westander 2013, hlm. 3
- ↑ Ruben 2002, hlm. 27–28
- ↑
- Ruben 2002, hlm. 28
- Schenk & Seabloom 2010, hlm. 5
- ↑ Ruben 2002, hlm. 28–29
- ↑
- Danesi 2000, hlm. 58–59
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 7
- ↑ Håkansson & Westander 2013, hlm. 14–15
- ↑ Karban 2015, hlm. 4–5
- ↑ Sebeok 1991, hlm. 111
- ↑
- Karban 2015, hlm. 1–4
- Schenk & Seabloom 2010, hlm. 2, 7
- Blatrix & Mayer 2010, hlm. 128
- ↑ Schenk & Seabloom 2010, hlm. 6
- ↑ Karban 2015, hlm. 1–2
- ↑ Karban 2015, hlm. 2
- ↑
- Schenk & Seabloom 2010, hlm. 7
- Blatrix & Mayer 2010, hlm. 128
- ↑ Karban 2015, hlm. 2–4
- ↑
- Karban 2015, hlm. 5
- Schenk & Seabloom 2010, hlm. 1
- Blatrix & Mayer 2010, hlm. 128
- ↑ Karban 2015, hlm. 7
- ↑ Karban 2015, hlm. 45
- ↑ Baluska et al. 2006, 2. Neurobiological View of Plants and Their Body Plan
- ↑
- Arimura & Pearse 2017, hlm. 4–5
- Schenk & Seabloom 2010, hlm. 1
- Baldwin & Schultz 1983, hlm. 277–279
- ↑ Gilbert & Johnson 2017, hlm. 84, 94
- ↑
- O'Day 2012, hlm. 8–9, 1. Modes of cellular communication and sexual interactions in eukaryotic microbes
- Davey 1992, hlm. 951–960
- Akada et al. 1989, hlm. 3491–3498
- ↑
- Waters & Bassler 2005, hlm. 319–320
- Demuth & Lamont 2006, hlm. xiii
- Berea 2017, hlm. 59
- ↑ Berea 2017, hlm. 56
- ↑
- Danesi 2013, hlm. 167–168
- Berea 2017, hlm. 56
- ↑
- Blatrix & Mayer 2010, hlm. 129
- Berea 2017, hlm. 61
- ↑ Karban 2015, hlm. 109
- ↑ Karban 2015, hlm. 110
- ↑
- Karban 2015, hlm. 110–112, 128
- Ketcham 2020, hlm. 100
- ↑ Karban 2015, hlm. 111
- ↑ Karban 2015, hlm. 122
- ↑ Karban 2015, hlm. 122–124
- ↑ Karban 2015, hlm. 125–126, 128
- ↑
- Blatrix & Mayer 2010, hlm. 129
- Berea 2017, hlm. 56
- ↑ Blatrix & Mayer 2010, hlm. 127
- ↑ Berea 2017, hlm. 56–57
- ↑ Berea 2017, hlm. 61
- ↑
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 157
- Berea 2017, hlm. 59
- Novak & Day 2018, hlm. 202–203
- ↑
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 157–158
- Coren 2012, hlm. 42
- ↑ Stallings 2014, hlm. 40
- ↑
- Stallings 2014, hlm. 39
- Wittmann & Zitterbart 2000, hlm. 1
- ↑
- Stallings 2014, hlm. 39–40
- Hura & Singhal 2001, hlm. 49, 175
- ↑ Stallings 2014, hlm. 44
- ↑
- Hura & Singhal 2001, hlm. 49–50
- Hura & Singhal 2001, hlm. 142, 175
- McGuire & Jenkins 2008, hlm. 373
- ↑
- Hura & Singhal 2001, hlm. 4–5, 14
- Stallings 2014, hlm. 46–48
- ↑
- Nawrocki 2016, hlm. 340
- Grigorik 2013, hlm. 93
- ↑
- Hura & Singhal 2001, hlm. 4–5, 14
- Shinder 2001, hlm. 37
- Stallings 2014, hlm. 46–48
- ↑
- Stallings 2014, hlm. 295
- Hura & Singhal 2001, hlm. 542
- ↑
- Palmer 2012, hlm. 33
- Hura & Singhal 2001, hlm. 4–5
- ↑
- Stallings 2014, hlm. 29, 41–42
- Meinel & Sack 2014, hlm. 129
- ↑ Hura & Singhal 2001, hlm. 142
- ↑ Hura & Singhal 2001, hlm. 143
- ↑ Stallings 2014, hlm. 41–42
- ↑
- ↑
- Guzman 2018, hlm. 1, 5
- Riekert 1990, hlm. 42, What Does Knowledge Look Like?
- ↑
- Twidale 2002, hlm. 414
- Riekert 1990, hlm. 42, What Does Knowledge Look Like?
- ↑ Rao, Wang & Zhou 1996, hlm. 57
- ↑
- Twidale 2002, hlm. 411
- Green, Jiang & Isaacs 2023, hlm. 16
- ↑ Twidale 2002, hlm. 411–413
- ↑ Danesi 2000, hlm. 58–59
- ↑
- Danesi 2013, hlm. 181
- Håkansson & Westander 2013, hlm. 6
- Ruben 2002a, hlm. 156
- Gill & Adams 1998, hlm. vii
- ↑
- Danesi 2013, hlm. 181
- Cobley & Schulz 2013, hlm. 7–10, Introduction
- Berger, Roloff & Ewoldsen 2010, hlm. 10
- ↑ Cobley & Schulz 2013, hlm. 31, 41–42
- ↑
- Steinberg 2007, hlm. 18
- Gamble & Gamble 2019, hlm. 14–16
- ↑ Danesi 2013, hlm. 184
- ↑ Danesi 2013, hlm. 184–185
- ↑ Ruben 2002a, hlm. 155
- ↑
- Ruben 2002a, hlm. 155–156
- Berger, Roloff & Ewoldsen 2010, hlm. 3–4
- ↑
- Ruben 2002a, hlm. 155–156
- Steinberg 2007, hlm. 3
- Bernabo 2017, hlm. 201–202, Communication History
- ↑
- Ruben 2002a, hlm. 155–156
- Steinberg 2007, hlm. 286
- Jenkins & Chen 2016, hlm. 506
- ↑
- ↑
- Hartley & Bruckmann 2008, hlm. 1–2
- Mullany 2020, hlm. 2
- Dixon 2017, hlm. 204
- ↑
- Sierra 2006, hlm. 392
- Brønn 2016, hlm. 360
- ↑ McClelland 2008, Communication, Political
- ↑ Hillstrom, Northern Lights & Magee, ECDI 2006, hlm. 609–610, Intercultural communication
- ↑
- Blythe 2009, hlm. 177–180
- Meng 2020, hlm. 120
- ↑
- Melkote 2003, hlm. 129
- Steinberg 2007, hlm. 301
- ↑
- Steinberg 2007, hlm. 307
- Kreps 2002, hlm. 395
- ↑
- Simonson et al. 2013, hlm. 1
- Sonderling 1995, hlm. 89
- ↑
- Peters 2012, hlm. 356–359
- Steinberg 1995, hlm. 2–3
- Innis 1950, hlm. 6–7
- ↑
- Rowitz 2014, hlm. 459
- Calabrese & Sparks 2003, hlm. 85
- Tompkins 2023, hlm. 141
- ↑
- Steinberg 1995, hlm. 2–5
- Simonson et al. 2013, hlm. 1
- Simonson et al. 2013a, hlm. 14
- Poe 2011, hlm. V
- Blondheim 2016, hlm. 927–928
- ↑
- Poe 2011, hlm. 12–13
- Peters 2012, hlm. 356–359
- ↑
- Steinberg 1995, hlm. 3
- Capstick 2020, hlm. 5–6
- ↑
- Danesi 2013, hlm. 168
- Steinberg 1995, hlm. 2–3
- ↑ Danesi 2013, hlm. 168
- ↑
- Poe 2011, hlm. 67
- Steinberg 1995, hlm. 3–4
- ↑
- Danesi 2013, hlm. 168–169
- Steinberg 1995, hlm. 3–4
- ↑
- Robinson 2009, hlm. 4–5
- Aitchison 2007, hlm. 33
- ↑
- Danesi 2013, hlm. 168–169
- Steinberg 1995, hlm. 3–4
- Poe 2011, hlm. 68
- Bernabo 2017, hlm. 199
- ↑ Danesi 2013, hlm. 168–169
- ↑
- Danesi 2013, hlm. 168–169
- Poe 2011, hlm. 69–70
- Steinberg 1995, hlm. 4
- ↑
- Yule 2010, hlm. 212–214
- Haarmann 2020, hlm. 157–158
- ↑
- Steinberg 1995, hlm. 4
- Danesi 2013, hlm. 169
- ↑
- Danesi 2013, hlm. 169–170
- Steinberg 1995, hlm. 4–5
- Poe 2011, hlm. 104–105, 112
- ↑
- Steinberg 1995, hlm. 5–7
- Danesi 2013, hlm. 171–172
- ↑
- Danesi 2013, hlm. 171
- Steinberg 1995, hlm. 5–7
- ↑
- Danesi 2013, hlm. 172–173
- Steinberg 1995, hlm. 5–6
- ↑ Steinberg 1995, hlm. 7
- ↑
- Danesi 2013, hlm. 178–181
- Poe 2011, hlm. 223–224
Sumber
[sunting | sunting sumber]- Aitchison, Jean (31 May 2007). The Word Weavers: Newshounds and Wordsmiths (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-83245-8. Diakses tanggal 2 September 2023.
- Akada, Rinji; Minomi, Kenjiro; Kai, Jingo; Yamashita, Ichiro; Miyakawa, Tokichi; Fukui, Sakuzo (August 1989). "Multiple Genes Coding for Precursors of Rhodotorucine A, a Farnesyl Peptide Mating Pheromone of the Basidiomycetous Yeast Rhodosporidium Toruloides". Molecular and Cellular Biology (dalam bahasa Inggris). 9 (8): 3491–3498. doi:10.1128/mcb.9.8.3491-3498.1989. ISSN 0270-7306. PMC 362396. PMID 2571924.
- Arimura, G.; Pearse, I. S. (17 March 2017). "From the Lab Bench to the Forest: Ecology and Defence Mechanisms of Volatile-Mediated 'Talking Trees'". Dalam Becard, Guillaume (ed.). How Plants Communicate With Their Biotic Environment (dalam bahasa Inggris). Academic Press. ISBN 978-0-12-801620-6. Diakses tanggal 26 December 2022.
- Backlund, Philip M.; Morreale, Sherwyn P. (16 October 2015). "Communication competence: Historical synopsis, definitions, applications, and looking to the future". Dalam Hannawa, Annegret F.; Spitzberg, Brian H. (ed.). Communication Competence (dalam bahasa Inggris). Walter de Gruyter GmbH & Co KG. ISBN 978-3-11-031745-9. Diakses tanggal 29 December 2022.
- Baker, Anne E.; Hengeveld, Kees (5 March 2012). Linguistics (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. ISBN 978-0-631-23036-6. Diakses tanggal 28 October 2023.
- Baldwin, Ian T.; Schultz, Jack C. (1983). "Rapid Changes in Tree Leaf Chemistry Induced by Damage: Evidence for Communication Between Plants". Science. 221 (4607): 277–279. Bibcode:1983Sci...221..277B. doi:10.1126/science.221.4607.277. PMID 17815197. S2CID 31818182.
- Baluska, F.; Volkmann, Dieter; Hlavacka, Andrej; Mancuso, Stefano; Barlow, Peter W. (2006). "2. Neurobiological View of Plants and Their Body Plan". Dalam Baluska, F.; Marcuso, Stefano; Volkmann, Dieter (ed.). Communication in Plants: Neuronal Aspects of Plant Life. Taylor & Francis US. ISBN 978-3-540-28475-8. Diakses tanggal 15 November 2015.
...the emergence of plant neurobiology as the most recent area of plant sciences.
- Barnlund, Dean C. (5 July 2013) [1970]. "A Transactional Model of Communication". Dalam Akin, Johnnye; Goldberg, Alvin; Myers, Gail; Stewart, Joseph (ed.). Language Behavior (dalam bahasa Inggris). De Gruyter Mouton. hlm. 43–61. doi:10.1515/9783110878752.43. ISBN 978-3-11-087875-2. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 17 November 2022. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Berea, Anamaria (16 December 2017). Emergence of Communication in Socio-Biological Networks (dalam bahasa Inggris). Springer. ISBN 978-3-319-64565-0. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Berger, Arthur Asa (5 July 1995). Essentials of Mass Communication Theory (dalam bahasa Inggris). SAGE. ISBN 978-0-8039-7357-2. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Berger, Charles R.; Roloff, Michael E.; Ewoldsen, David R. (2010). "1. What Is Communication Science?". Dalam Berger, Charles R.; Roloff, Michael E.; Ewoldsen, David R. (ed.). The Handbook of Communication Science (dalam bahasa Inggris). SAGE Publications. ISBN 978-1-4129-1813-8. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Berlo, David K. (1960). The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice (dalam bahasa Inggris). Holt, Rinehart and Winston. ISBN 9780030074905. OCLC 3901269929. Diakses tanggal 22 December 2022.
- Bernabo, Lawrance M. (11 April 2017). "Communication History". Dalam Allen, Mike (ed.). The SAGE Encyclopedia of Communication Research Methods (dalam bahasa Inggris). SAGE Publications. ISBN 978-1-4833-8142-8. Diakses tanggal 20 October 2023.
- Beynon-Davies, P. (30 November 2010). Significance: Exploring the Nature of Information, Systems and Technology (dalam bahasa Inggris). Palgrave MacMillan. ISBN 978-0-230-29502-5. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Blackburn, Simon (1996). "Intention and communication". Dalam Craig, Edward (ed.). Routledge Encyclopedia of Philosophy. Routledge. doi:10.4324/9780415249126-U006-1. ISBN 978-0-415-07310-3. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 3 January 2023. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Blackburn, Simon (1996a). "Meaning and communication". Dalam Craig, Edward (ed.). Routledge Encyclopedia of Philosophy. Routledge. doi:10.4324/9780415249126-U024-1. ISBN 978-0-415-07310-3. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 3 January 2023. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Blatrix, Rumsaïs; Mayer, Veronika (5 August 2010). "Communication in Ant-Plant Symbioses". Dalam Baluška, František; Ninkovic, Velemir (ed.). Plant Communication From an Ecological Perspective (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. ISBN 978-3-642-12162-3. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Blondheim, Menahem (31 October 2016). "Innis, Harold A.". Dalam Pooley, Jefferson D.; Rothenbuhler, Eric W. (ed.). The International Encyclopedia of Communication Theory and Philosophy, 4 Volume Set (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. ISBN 978-1-118-29073-6. Diakses tanggal 2 January 2023.
- Blythe, Jim (5 March 2009). Key Concepts in Marketing (dalam bahasa Inggris). SAGE Publications. ISBN 978-1-84787-498-6. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Bornstein, Marc H. (1 February 2013). "6. Origins of Communication in Infancy". Dalam Velichkovsky, Boris M.; Rumbaugh, Duane M. (ed.). Communicating Meaning: The Evolution and Development of Language (dalam bahasa Inggris). Psychology Press. ISBN 978-1-134-79877-3. Diakses tanggal 26 December 2022.
- Bornstein, Marc H.; Suwalsky, Joan T. D.; Breakstone, Dana A. (February 2012). "Emotional relationships between mothers and infants: Knowns, unknowns, and unknown unknowns". Development and Psychopathology. 24 (1): 113–123. doi:10.1017/S0954579411000708. PMC 3426791. PMID 22292998.
- Bowman, Caitlyn E.; Arany, Zoltan; Wolfgang, Michael J. (February 2021). "Regulation of maternal–fetal metabolic communication". Cellular and Molecular Life Sciences. 78 (4): 1455–1486. doi:10.1007/s00018-020-03674-w. PMC 7904600. PMID 33084944.
- Bowman, J. P.; Targowski, A. S. (1 October 1987). "Modeling the Communication Process: The Map Is Not the Territory". Journal of Business Communication. 24 (4): 21–34. doi:10.1177/002194368702400402. S2CID 145236749.
- Braddock, Richard (1958). "An Extension of the 'Lasswell Formula'". Journal of Communication. 8 (2): 88–93. doi:10.1111/j.1460-2466.1958.tb01138.x.
- Bruen, Aiden A.; Forcinito, Mario A.; McQuillan, James M. (21 July 2021). Cryptography, Information Theory, and Error-Correction: A Handbook for the 21st Century (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. ISBN 978-1-119-58242-7. Diakses tanggal 4 October 2023.
- Brønn, Peggy Simcic (4 May 2016). "Corporate Communication". Dalam Carroll, Craig E. (ed.). The SAGE Encyclopedia of Corporate Reputation (dalam bahasa Inggris). SAGE Publications. ISBN 978-1-4833-7653-0. Diakses tanggal 4 October 2023.
- Buchanan, David A.; Huczynski, Andrzej (2017). Organizational behaviour (Edisi Ninth). Pearson. ISBN 978-1-292-11749-2.
- Burgoon, Judee K.; Manusov, Valerie; Guerrero, Laura K. (8 January 2016). Nonverbal Communication (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-317-34607-4. Diakses tanggal 22 December 2022.
- Burton, Graeme; Dimbleby, Richard (4 January 2002). Teaching Communication (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-134-97045-2. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Bussmann, Hadumod (20 February 2006). Routledge Dictionary of Language and Linguistics (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-134-63038-7. Diakses tanggal 31 August 2023.
- Butterfield, Jeff (29 April 2016). Illustrated Course Guides : Verbal Communication - Soft Skills for a Digital Workplace (dalam bahasa Inggris). Cengage Learning. ISBN 978-1-337-34213-1. Diakses tanggal 22 December 2022.
- Calabrese, Andrew; Sparks, Colin (22 November 2003). Toward a Political Economy of Culture: Capitalism and Communication in the Twenty-First Century (dalam bahasa Inggris). Rowman & Littlefield Publishers. ISBN 978-1-4617-0035-7. Diakses tanggal 28 October 2023.
- Cambridge Dictionary staff (2022). "Communication". Cambridge Dictionary. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 15 October 2022. Diakses tanggal 27 September 2022.
- Capstick, Tony (9 September 2020). Language and Migration (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-351-20770-6. Diakses tanggal 31 October 2023.
- Champoux, Joseph E. (22 July 2016). Organizational Behavior: Integrating Individuals, Groups, and Organizations (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-317-36371-2. Diakses tanggal 22 December 2022.
- Chan, Mable (6 January 2020). English for Business Communication (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-351-06002-8. Diakses tanggal 4 October 2023.
- Chandler, Daniel; Munday, Rod (10 February 2011). A Dictionary of Media and Communication (dalam bahasa Inggris). OUP Oxford. ISBN 978-0-19-956875-8. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Clough, Sharice; Duff, Melissa C. (2020). "The Role of Gesture in Communication and Cognition: Implications for Understanding and Treating Neurogenic Communication Disorders". Frontiers in Human Neuroscience. 14: 323. doi:10.3389/fnhum.2020.00323. ISSN 1662-5161. PMC 7438760. PMID 32903691.
- Cobley, Paul (5 June 2008). "Communication: Definitions and Concepts". Dalam Donsbach, Wolfgang (ed.). The International Encyclopedia of Communication (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons, Ltd. doi:10.1002/9781405186407.wbiecc071. ISBN 978-1-4051-8640-7. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 7 December 2021. Diakses tanggal 20 July 2021.
- Cobley, Paul; Schulz, Peter J. (30 January 2013). "Introduction". Dalam Cobley, Paul; Schulz, Peter J. (ed.). Theories and Models of Communication (dalam bahasa Inggris). De Gruyter Mouton. doi:10.1515/9783110240450. ISBN 978-3-11-024045-0. S2CID 140352429. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 25 December 2022. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Coren, Stanley (11 December 2012). How To Speak Dog (dalam bahasa Inggris). Simon and Schuster. ISBN 978-1-4711-0941-6. Diakses tanggal 26 December 2022.
- Craig, Robert T. (1999). "Communication Theory as a Field". Communication Theory (dalam bahasa Inggris). 9 (2): 119–161. doi:10.1111/j.1468-2885.1999.tb00355.x. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 21 July 2021.
- Dance, Frank E. X. (1 June 1970). "The 'Concept' of Communication". Journal of Communication. 20 (2): 201–210. doi:10.1111/j.1460-2466.1970.tb00877.x.
- Danesi, Marcel (2009). Dictionary of Media and Communications (dalam bahasa Inggris). M.E. Sharpe. ISBN 978-0-7656-3938-7. Diakses tanggal 22 December 2022.
- Danesi, Marcel (17 June 2013). "Communication". Dalam Danesi, Marcel (ed.). Encyclopedia of Media and Communication (dalam bahasa Inggris). University of Toronto Press. ISBN 978-1-4426-9553-5. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Danesi, Marcel (17 June 2013a). "Non-verbal Communication". Dalam Danesi, Marcel (ed.). Encyclopedia of Media and Communication (dalam bahasa Inggris). University of Toronto Press. ISBN 978-1-4426-9553-5. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Danesi, Marcel (1 January 2000). Encyclopedic Dictionary of Semiotics, Media, and Communications (dalam bahasa Inggris). University of Toronto Press. ISBN 978-0-8020-8329-6. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Davey, J. (March 1992). "Mating Pheromones of the Fission Yeast Schizosaccharomyces pombe: Purification and Structural Characterization of M-Factor and Isolation and Analysis of Two Genes Encoding the Pheromone". The EMBO Journal (dalam bahasa Inggris). 11 (3): 951–960. doi:10.1002/j.1460-2075.1992.tb05134.x. PMC 556536. PMID 1547790.
- Demuth, Donald R.; Lamont, Richard (23 February 2006). "Preface". Dalam Demuth, Donald R.; Lamont, Richard (ed.). Bacterial Cell-to-Cell Communication: Role in Virulence and Pathogenesis (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-1-139-44797-3. Diakses tanggal 26 December 2022.
- Dixon, Maria A. (6 March 2017). "Careers/Jobs in Organizational Communication". Dalam Scott, Craig; Lewis, Laurie (ed.). The International Encyclopedia of Organizational Communication, 4 Volume Set (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. ISBN 978-1-118-95560-4. Diakses tanggal 30 August 2023.
- du Plessis, Neeltje; Lowe, Nicky; Smith, Ailsa Stewart; Sykes, Pam; Wright, Bianca (2007). Fresh Perspectives: Professional Communication for Business (dalam bahasa Inggris). Pearson South Africa. ISBN 978-1-86891-593-4.
- Dwyer, Judith (15 October 2012). Communication for Business and the Professions: Strategies and Skills (dalam bahasa Inggris). Pearson Higher Education AU. ISBN 978-1-4425-5055-1. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Emmeche, Claus (2003). Huyssteen, Jacobus Wentzel Van (ed.). Encyclopedia of Science and Religion (dalam bahasa Inggris). Macmillan Reference. ISBN 978-0-02-865704-2. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 18 October 2023. Diakses tanggal 17 October 2023.
- Ezhilarasu, Punitha (1 January 2016). Educational Technology: Integrating Innovations in Nursing Education (dalam bahasa Inggris). Wolters Kluwer. ISBN 978-93-5129-722-2. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Feicheng, Ma (31 May 2022). Information Communication (dalam bahasa Inggris). Springer Nature. ISBN 978-3-031-02293-7. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Fielding, Michael (2006). Effective Communication in Organisations (dalam bahasa Inggris). Juta and Company Ltd. ISBN 978-0-7021-6650-1. Diakses tanggal 26 August 2023.
- Fiske, John (2011). "1. Communication theory". Introduction to Communication Studies (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-0-203-13431-3. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 11 October 2022. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Fiske, John (2011a). "2. Other models". Introduction to Communication Studies (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-0-203-13431-3. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 11 October 2022. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Gamble, Teri Kwal; Gamble, Michael W. (2 January 2019). The Interpersonal Communication Playbook (dalam bahasa Inggris). SAGE Publications. ISBN 978-1-5443-3279-6. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Genesee, Fred (1984). "Psycholinguistic aspects". Dalam Rivera, Charlene (ed.). Communicative Competence Approaches to Language Proficiency Assessment: Research and Application (dalam bahasa Inggris). Multilingual Matters. ISBN 978-0-905028-21-7. Diakses tanggal 29 December 2022.
- Giessen, Hans W. (2015). "Media-Based Learning Methodology: Stories, Games, and Emotions". Dalam Ally, Mohamed; Khan, Badrul H. (ed.). International Handbook of E-Learning Volume 2: Implementation and Case Studies (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-317-64356-2.
- Gilbert, L.; Johnson, D. (17 March 2017). "Plant-Plant Communication Through Common Mycorrhizal Networks". Dalam Becard, Guillaume (ed.). How Plants Communicate With Their Biotic Environment (dalam bahasa Inggris). Academic Press. ISBN 978-0-12-801620-6. Diakses tanggal 26 December 2022.
- Gill, David; Adams, Bridget (1998). ABC of Communication Studies (dalam bahasa Inggris). Nelson Thornes. ISBN 978-0-17-438743-5. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Giri, Vijai N. (18 August 2009). "Nonverbal Communication Theories". Dalam Littlejohn, Stephen W.; Foss, Karen A. (ed.). Encyclopedia of Communication Theory (dalam bahasa Inggris). SAGE Publications. ISBN 978-1-4129-5937-7.
- Givens, David B.; White, John (26 May 2021). The Routledge Dictionary of Nonverbal Communication (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-000-39140-4. Diakses tanggal 22 December 2022.
- Green, Corrie; Jiang, Yang; Isaacs, John (8 July 2023). "Modular 3D Interface Design for Accessible VR Applications". Dalam Chen, Jessie Y. C.; Fragomeni, Gino (ed.). Virtual, Augmented and Mixed Reality: 15th International Conference, VAMR 2023, Held as Part of the 25th HCI International Conference, HCII 2023, Copenhagen, Denmark, July 23–28, 2023, Proceedings (dalam bahasa Inggris). Springer Nature. ISBN 978-3-031-35634-6.
- Grigorik, Ilya (11 September 2013). High Performance Browser Networking: What Every Web Developer Should Know about Networking and Web Performance (dalam bahasa Inggris). O'Reilly Media, Inc. ISBN 978-1-4493-4474-0. Diakses tanggal 31 December 2022.
- Guzman, Andrea L. (2018). "Introduction: 'What Is HumanMachine Communication, Anyway?'". Dalam Guzman, Andrea L. (ed.). Human-Machine Communication: Rethinking Communication, Technology, and Ourselves (dalam bahasa Inggris). Peter Lang Publishing, Incorporated. ISBN 978-1-4331-4251-2. Diakses tanggal 31 December 2022.
- Haarmann, Harald (18 September 2020). Advancement in Ancient Civilizations: Life, Culture, Science and Thought (dalam bahasa Inggris). McFarland & Company. ISBN 978-1-4766-7989-1. Diakses tanggal 20 October 2023.
- Håkansson, Gisela; Westander, Jennie (2013). Communication in Humans and Other Animals (dalam bahasa Inggris). John Benjamins Publishing Company. ISBN 978-90-272-0458-5. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Hamilton, Cheryl R.; Kroll, Tony L.; Creel, Bonnie (28 February 2023). Communicating for Success (dalam bahasa Inggris). Taylor & Francis. ISBN 978-1-000-81663-1. Diakses tanggal 26 August 2023.
- Harley, Trevor A. (2014). The Psychology of Language: From Data to Theory (dalam bahasa Inggris). Psychology Press. ISBN 978-1-84872-089-3. Diakses tanggal 22 December 2022.
- HarperCollins staff (2022). "Communication". www.ahdictionary.com. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 30 September 2022. Diakses tanggal 27 September 2022.
- Hartley, Peter; Bruckmann, Clive (28 January 2008). Business Communication (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-134-64572-5. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Hebb, D. O.; Donderi, D. C. (19 December 2013). Textbook of Psychology (Psychology Revivals) (dalam bahasa Inggris). Psychology Press. ISBN 978-1-317-81973-8. Diakses tanggal 31 August 2023.
- Hillstrom, Northern Lights; Magee, ECDI (17 October 2006). "Intercultural communication". Dalam Darnay, Arsen; Magee, Monique D. (ed.). Encyclopedia of Small Business (dalam bahasa Inggris). Thomson Gale. ISBN 978-0-7876-9112-7. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 20 December 2022. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Honeycutt, James M. (28 July 2014). "11. Imagined interactions". Dalam Berger, Charles R. (ed.). Interpersonal Communication (dalam bahasa Inggris). Walter de Gruyter GmbH & Co KG. ISBN 978-3-11-037387-5. Diakses tanggal 30 August 2023.
- Houston, Susan H. (14 January 2019). A Survey of Psycholinguistics (dalam bahasa Inggris). Walter de Gruyter GmbH & Co KG. ISBN 978-3-11-087968-1. Diakses tanggal 28 October 2023.
- Hura, Gurdeep S.; Singhal, Mukesh (28 March 2001). Data and Computer Communications: Networking and Internetworking (dalam bahasa Inggris). CRC Press. ISBN 978-0-8493-0928-1. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Innis, Harold Adams (1950). Empire and Communications (dalam bahasa Inggris). Clarendon Press. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 4 January 2023. Diakses tanggal 3 January 2023 – via Project Gutenberg.
- ISU staff (2016). "3.4: Functions of Verbal Communication". Introduction to Public Communication. Indiana State University Press. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 27 October 2022. Diakses tanggal 22 December 2022.
- Januszewski, Alan (2001). Educational Technology: The Development of a Concept (dalam bahasa Inggris). Libraries Unlimited. ISBN 978-1-56308-749-3. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Jeanrond, Werner G. (18 June 1991). Theological Hermeneutics: Development and Significance (dalam bahasa Inggris). Macmillan. ISBN 978-1-349-09597-1.
- Jenkins, J. Jacob; Chen, Nien-Tsu Nancy (15 June 2016). "Communication Studies". Dalam Arrigo, Bruce A. (ed.). The SAGE Encyclopedia of Surveillance, Security, and Privacy (dalam bahasa Inggris). SAGE Publications. ISBN 978-1-4833-5995-3. Diakses tanggal 20 October 2023.
- Karban, Richard (18 June 2015). Plant Sensing and Communication (dalam bahasa Inggris). University of Chicago Press. ISBN 978-0-226-26484-4. Diakses tanggal 26 December 2022.
- Kastberg, Peter (13 December 2019). Knowledge Communication: Contours of a Research Agenda (dalam bahasa Inggris). Frank & Timme GmbH. ISBN 978-3-7329-0432-7. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Ketcham, Christopher (11 May 2020). Flowers and Honeybees: A Study of Morality in Nature (dalam bahasa Inggris). Brill. ISBN 978-90-04-42854-6. Diakses tanggal 26 December 2022.
- Kiggins, Justin T.; Comins, Jordan A.; Gentner, Timothy Q. (2013). "Targets for a Comparative Neurobiology of Language". Dalam Scharff, Constance; Friederici, Angela D.; Petrides, Michael (ed.). Neurobiology of Human Language and Its Evolution: Primate and Nonprimate Perspectives (dalam bahasa Inggris). Frontiers Media SA. ISBN 978-2-88919-111-6. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Krémer, Benoît; Quijano, Claudia Mejía (14 December 2017). "Non-verbal Communication and Interpreting". Dalam Malmkjaer, Kirsten (ed.). The Routledge Handbook of Translation Studies and Linguistics (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-317-43451-1.
- Kreps, Gary L. (23 May 2012). "The Pervasive Role of Information in Health and Health Care: Implications for Health Communication Policy". Dalam Anderson, James A. (ed.). Communication Yearbook 11 (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-135-14844-7. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Kreps, Gary L. (2002). "Health Communication". Dalam Schement, Jorge Reina (ed.). Encyclopedia of Communication and Information (dalam bahasa Inggris). Macmillan Reference USA. ISBN 978-0-02-865385-3. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Kyle, Jim G.; Kyle, James; Woll, Bencie; Pullen, G.; Maddix, F. (26 February 1988). Sign Language: The Study of Deaf People and Their Language (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-35717-3. Diakses tanggal 22 December 2022.
- Lantolf, James P. (18 August 2009). "Intrapersonal Communication Theories". Dalam Littlejohn, Stephen W.; Foss, Karen A. (ed.). Encyclopedia of Communication Theory (dalam bahasa Inggris). SAGE Publications. ISBN 978-1-4129-5937-7.
- Lawson, Celeste; Gill, Robert; Feekery, Angela; Witsel, Mieke (12 June 2019). Communication Skills for Business Professionals (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-1-108-59441-7. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Li, Hong Ling (September 2007). "From Shannon-Weaver to Boisot: A Review on the Research of Knowledge Transfer Model". 2007 International Conference on Wireless Communications, Networking and Mobile Computing. IEEE. hlm. 5434–5437. doi:10.1109/WICOM.2007.1332. ISBN 978-1-4244-1311-9. S2CID 15690224.
- Luuk, Erkki; Luuk, Hendrik (2008). "Evolutionary Framework for the Language Faculty". Dalam Smith, Andrew D. M.; Smith, Kenny (ed.). The Evolution of Language: Proceedings of the 7th International Conference (EVOLANG7), Barcelona, Spain, 12–15 March 2008 (dalam bahasa Inggris). World Scientific. ISBN 978-981-277-611-2. Diakses tanggal 31 August 2023.
- Lyon, Arabella (8 September 1998). Intentions: Negotiated, Contested, and Ignored (dalam bahasa Inggris). Penn State Press. ISBN 978-0-271-07583-9. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Lyons, John (29 May 1981). Language and Linguistics (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-29775-2. Diakses tanggal 22 December 2022.
- McArthur, Thomas Burns; McArthur, Tom; McArthur, Roshan (2005). Concise Oxford Companion to the English Language (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-280637-6. Diakses tanggal 29 December 2022.
- McClelland, Charles A. (2008). "Communication, Political". Dalam Darity, William A. (ed.). International Encyclopedia of the Social Sciences (dalam bahasa Inggris). Macmillan Reference USA. ISBN 978-0-02-865966-4. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 20 December 2022. Diakses tanggal 20 December 2022.
- McCormack, Jane; McLeod, Sharynne; Harrison, Linda (September 2017). "4. Communication development". Dalam Garvis, Susanne; Pendergast, Donna (ed.). Health and Wellbeing in Childhood (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-1-316-62300-8. Diakses tanggal 18 October 2023.
- McDermott, Virginia M. (18 August 2009). "Interpersonal Communication Theories". Dalam Littlejohn, Stephen W.; Foss, Karen A. (ed.). Encyclopedia of Communication Theory (dalam bahasa Inggris). SAGE Publications. ISBN 978-1-4129-5937-7.
- McGuire, Morgan; Jenkins, Odest Chadwicke (23 December 2008). Creating Games: Mechanics, Content, and Technology (dalam bahasa Inggris). CRC Press. ISBN 978-1-56881-305-9. Diakses tanggal 31 December 2022.
- McQuail, Denis (2008). "Models of communication". Dalam Donsbach, Wolfgang (ed.). The International Encyclopedia of Communication, 12 Volume Set (dalam bahasa American English). Wiley-Blackwell. doi:10.1002/9781405186407.wbiecm089. ISBN 978-1-4051-3199-5. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 3 October 2019. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Meinel, Christoph; Sack, Harald (21 February 2014). Digital Communication: Communication, Multimedia, Security (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. ISBN 978-3-642-54331-9. Diakses tanggal 31 December 2022.
- Meisel, Jürgen M. (7 July 2011). First and Second Language Acquisition: Parallels and Differences (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-1-139-49637-7. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Melkote, Srinivas R.; Steeves, H. Leslie (14 December 2001). Communication for Development in the Third World: Theory and Practice for Empowerment (dalam bahasa Inggris). SAGE Publications. ISBN 978-0-7619-9476-3. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Melkote, Srinivas R. (29 April 2003). "Theories of Development Communication". Dalam Mody, Bella (ed.). International and Development Communication: A 21st-Century Perspective (dalam bahasa Inggris). SAGE. ISBN 978-0-7619-2901-7. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Meng, Xiangfei (12 March 2020). National Image: China's Communication of Cultural Symbols (dalam bahasa Inggris). Springer Nature. ISBN 978-981-15-3147-7. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Merriam-Webster staff (2022). "Communication". Merriam-Webster (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 27 September 2022. Diakses tanggal 27 September 2022.
- Miller, Gerald R. (1 June 1966). "On Defining Communication: Another Stab". Journal of Communication. 16 (2): 88–98. doi:10.1111/j.1460-2466.1966.tb00020.x. ISSN 0021-9916. PMID 5941548. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 21 July 2021.
- Mills, Kathy A. (3 December 2015). Literacy Theories for the Digital Age: Social, Critical, Multimodal, Spatial, Material and Sensory Lenses (dalam bahasa Inggris). Multilingual Matters. ISBN 978-1-78309-464-6. Diakses tanggal 29 August 2023.
- Montrul, Silvina (1 January 2004). The Acquisition of Spanish: Morphosyntactic Development in Monolingual and Bilingual L1 Acquisition and Adult L2 Acquisition (dalam bahasa Inggris). John Benjamins Publishing. ISBN 978-90-272-5297-5. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Mullany, Louise (11 June 2020). "1. Rethinking Professional Communication: New Departure for Global Workplace Research". Dalam Mullany, Louise (ed.). Professional Communication: Consultancy, Advocacy, Activism (dalam bahasa Inggris). Springer Nature. ISBN 978-3-030-41668-3. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Munodawafa, D. (1 June 2008). "Communication: Concepts, Practice and Challenges". Health Education Research. 23 (3): 369–370. doi:10.1093/her/cyn024. PMID 18504296.
- Narula, Uma (2006). "1. Basic Communication Models". Handbook of Communication Models, Perspectives, Strategies (dalam bahasa Inggris). Atlantic Publishers & Dist. ISBN 978-81-269-0513-3. Diakses tanggal 28 November 2022.
- National Communication Association (26 April 2016). "What is Communication?". Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 25 June 2023. Diakses tanggal 25 June 2023.
- Nawrocki, Waldemar (1 January 2016). Measurement Systems and Sensors (dalam bahasa Inggris) (Edisi 2). Artech House. ISBN 978-1-60807-933-9. Diakses tanggal 31 December 2022.
- Nicotera, Anne Maydan (18 August 2009). "Constitutive View of Communication". Dalam Littlejohn, Stephen W.; Foss, Karen A. (ed.). Encyclopedia of Communication Theory (dalam bahasa Inggris). SAGE Publications. ISBN 978-1-4129-5937-7.
- Nöth, Winfried (30 August 2013). "Human Communication from the Semiotic Perspective". Dalam Ibekwe-SanJuan, Fidelia; Dousa, Thomas M. (ed.). Theories of Information, Communication and Knowledge: A Multidisciplinary Approach (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. ISBN 978-94-007-6973-1. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Nöth, Winfried (1995). Handbook of Semiotics (dalam bahasa Inggris). Indiana University Press. ISBN 978-0-253-20959-7. Diakses tanggal 29 October 2022.
- Novak, Julie M.; Day, Ashleigh (2018). "Families, Companion Nonhuman Animals, and the CSZ Disaster: Implications for Crisis and Risk Communication". Dalam Fletcher, C. Vail; Lovejoy, Jennette (ed.). Natural Disasters and Risk Communication: Implications of the Cascadia Subduction Zone Megaquake (dalam bahasa Inggris). Lexington Books. ISBN 978-1-4985-5612-5.
- Nuyts, Jan; Pederson, Eric (1999). "1. Overview: on the relationship between language and conceptualization". Dalam Nuyts, Jan; Pederson, Eric (ed.). Language and Conceptualization (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-77481-9. Diakses tanggal 22 December 2022.
- O'Day, Danton (2 December 2012). "1. Modes of cellular communication and sexual interactions in eukaryotic microbes". Dalam O'Day, Danton (ed.). Sexual Interactions in Eukaryotic Microbes (dalam bahasa Inggris). Elsevier. ISBN 978-0-323-15097-2. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Ongaro, Edoardo (31 July 2020). Philosophy and Public Administration: An Introduction (dalam bahasa Inggris). Edward Elgar Publishing. ISBN 978-1-83910-034-5.
- Palmer, Michael (21 June 2012). Hands-On Networking Fundamentals (dalam bahasa Inggris). Cengage Learning. ISBN 978-1-285-40275-8. Diakses tanggal 31 December 2022.
- Papa, Michael J.; Daniels, Tom D.; Spiker, Barry K. (2008). Organizational Communication: Perspectives and Trends (dalam bahasa Inggris). SAGE. ISBN 978-1-4129-1684-4. Diakses tanggal 28 October 2023.
- Peters, Benjamin (March 2012). "Marshall T. Poe, A History of Communications: Media and Society From the Evolution of Speech to the Internet". New Media & Society (dalam bahasa Inggris). 14 (2): 356–359. doi:10.1177/1461444811429927c. ISSN 1461-4448. S2CID 45550086. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2 January 2023. Diakses tanggal 2 January 2023.
- Peterwagner, Reinhold (2005). What is the Matter with Communicative Competence?: An Analysis to Encourage Teachers of English to Assess the Very Basis of Their Teaching (dalam bahasa Inggris). LIT Verlag Münster. ISBN 978-3-8258-8487-1. Diakses tanggal 29 December 2022.
- Poe, Marshall (2011). A History of Communications: Media and Society From the Evolution of Speech to the Internet. Cambridge University Press. ISBN 978-0-511-97691-9.
- Putnam, Linda; Woo, DaJung; Banghart, Scott (2017). "Organizational Communication". Oxford Bibliographies (dalam bahasa Inggris). doi:10.1093/OBO/9780199756841-0137. ISBN 978-0-19-975684-1. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 20 January 2023. Diakses tanggal 17 December 2022.
- Rao, Ming; Wang, Qun; Zhou, Ji (15 November 1996). Integrated Distributed Intelligent Systems for Engineering Design (dalam bahasa Inggris). CRC Press. ISBN 978-90-5699-510-2. Diakses tanggal 31 December 2022.
- Rao, Nageshwar (1 January 2009). Communication Skills (dalam bahasa Inggris). Himalaya Publishing. ISBN 978-81-8318-351-2. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Reisinger, Yvette (27 August 2010). International Tourism (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-136-43888-2. Diakses tanggal 2 January 2023.
- Ren, Fujun; Zhai, Jiequan (12 November 2013). Communication and Popularization of Science and Technology in China (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. ISBN 978-3-642-39561-1. Diakses tanggal 28 September 2023.
- Rickheit, Gert; Strohner, Hans; Vorwerg, Constanze (2008). Rickheit, Gert; Strohner, Hans (ed.). Handbook of Communication Competence (dalam bahasa Inggris). Walter de Gruyter. ISBN 978-3-11-018829-5. Diakses tanggal 29 December 2022.
- Riekert, Wolf-Fritz (1990). "What Does Knowledge Look Like?". Dalam Gorny, Peter; Tauber, Michael J. (ed.). Visualization in Human-Computer Interaction: 7th Interdisciplinary Workshop on Informatics and Psychology, Schärding, Austria, May 24–27, 1988. Selected Contributions (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. ISBN 978-3-540-52698-8. Diakses tanggal 28 October 2023.
- Robinson, Andrew (27 August 2009). Writing and Script: A Very Short Introduction (dalam bahasa Inggris). OUP Oxford. ISBN 978-0-19-956778-2. Diakses tanggal 2 September 2023.
- Rosengren, Karl Erik (11 February 2000). "1.1 On communication". Communication: An Introduction (dalam bahasa Inggris). SAGE. ISBN 978-0-8039-7837-9. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Rowitz, Louis (2014). Public Health Leadership: Putting Principles Into Practice (dalam bahasa Inggris). Jones & Bartlett Publishers. ISBN 978-1-4496-4521-2. Diakses tanggal 28 October 2023.
- Ruben, Brent D. (2001). "Models Of Communication". Encyclopedia of Communication and Information. Macmillan Reference USA. ISBN 978-0-02-865386-0. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 31 October 2022. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Ruben, Brent D. (2002). "Animal Communication". Dalam Schement, Jorge Reina (ed.). Encyclopedia of Communication and Information (dalam bahasa Inggris). Macmillan Reference USA. ISBN 978-0-02-865385-3. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Ruben, Brent D. (2002a). "Communication Study". Dalam Schement, Jorge Reina (ed.). Encyclopedia of Communication and Information (dalam bahasa Inggris). Macmillan Reference USA. ISBN 978-0-02-865385-3. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Saha, Arijit; Manna, NilotPal; Mandal, Surajit (2013). Information Theory, Coding and Cryptography (dalam bahasa Inggris). Pearson Education India. ISBN 978-93-325-1784-4. Diakses tanggal 4 October 2023.
- Sapienza, Zachary S.; Iyer, Narayanan; Veenstra, Aaron S. (3 September 2015). "Reading Lasswell's Model of Communication Backward: Three Scholarly Misconceptions". Mass Communication and Society. 18 (5): 599–622. doi:10.1080/15205436.2015.1063666. S2CID 146389958.
- Schenk, H. Jochen; Seabloom, Eric W. (5 August 2010). "Evolutionary Ecology of Plant Signals and Toxins: A Conceptual Framework". Dalam Baluška, František; Ninkovic, Velemir (ed.). Plant Communication From an Ecological Perspective (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. ISBN 978-3-642-12162-3. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Schramm, Wilbur (1954). "How communication works". The Process and Effects of Mass Communication (dalam bahasa Inggris). University of Illinois Press. OCLC 143518338. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Sebeok, Thomas A. (22 September 1991). Semiotics in the United States (dalam bahasa Inggris). Indiana University Press. ISBN 978-0-253-11530-0. Diakses tanggal 26 December 2022.
- Seckbach, Joseph; Gordon, Richard (1 November 2016). "Introduction to Biocommunication". Dalam Gordon, Richard; Seckbach, Joseph (ed.). Biocommunication: Sign-mediated Interactions Between Cells And Organisms (dalam bahasa Inggris). World Scientific. ISBN 978-1-78634-046-7. Diakses tanggal 29 September 2023.
- Shannon, C. E. (July 1948). "A Mathematical Theory of Communication". Bell System Technical Journal. 27 (3): 379–423. doi:10.1002/j.1538-7305.1948.tb01338.x.
- Shinder, Debra Littlejohn (2001). Computer Networking Essentials (dalam bahasa Inggris). Cisco Press. ISBN 978-1-58713-038-0. Diakses tanggal 31 December 2022.
- Sierra, Lorenzo (20 April 2006). "Marketing Communication Today". Dalam Gillis, Tamara (ed.). The IABC Handbook of Organizational Communication: A Guide to Internal Communication, Public Relations, Marketing and Leadership (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. ISBN 978-0-7879-8553-0. Diakses tanggal 4 October 2023.
- Simonson, Peter; Peck, Janice; Craig, Robert T.; Jackson, John (2013). "Introduction". Dalam Simonson, Peter; Peck, Janice; Craig, Robert T.; Jackson, John (ed.). The Handbook of Communication History (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-0-415-89259-9. Diakses tanggal 2 January 2023.
- Simonson, Peter; Peck, Janice; Craig, Robert T.; Jackson, John (2013a). "1. The History of Communication History". Dalam Simonson, Peter; Peck, Janice; Craig, Robert T.; Jackson, John (ed.). The Handbook of Communication History (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-0-415-89259-9. Diakses tanggal 2 January 2023.
- Sinding, Knud; Waldstrom, Christian (2014). Organisational Behaviour (Edisi 5). McGraw Hill Education. ISBN 978-0-07-715461-5.
- Skyttner, Lars (4 January 2006). General Systems Theory: Problems, Perspectives, Practice (dalam bahasa Inggris) (Edisi 2nd). World Scientific. ISBN 978-981-4479-98-1. Diakses tanggal 3 January 2023.
- Sonderling, Stefan (30 November 1995). "5. Historical Research in Communication". Dalam Plooy, G. M. Du (ed.). Introduction to Communication (dalam bahasa Inggris). Juta and Company Ltd. ISBN 978-0-7021-3446-3. Diakses tanggal 2 January 2023.
- Spitzberg, Brian H. (16 October 2015). "The composition of competence: Communication skills". Dalam Hannawa, Annegret F.; Spitzberg, Brian H. (ed.). Communication Competence (dalam bahasa Inggris). Walter de Gruyter GmbH & Co KG. ISBN 978-3-11-031745-9. Diakses tanggal 29 December 2022.
- Stallings, William (2014). Data and Computer Communications (dalam bahasa Inggris). Pearson. ISBN 978-0-13-350648-8. Diakses tanggal 31 December 2022.
- Steinberg, Sheila (1995). Introduction to Communication Course Book 1: The Basics (dalam bahasa Inggris). Juta and Company Ltd. ISBN 978-0-7021-3649-8. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Steinberg, Sheila (2007). An Introduction to Communication Studies (dalam bahasa Inggris). Juta and Company Ltd. ISBN 978-0-7021-7261-8. Diakses tanggal 20 December 2022.
- Straubhaar, Joseph; LaRose, Robert; Davenport, Lucinda (1 January 2015). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology (dalam bahasa Inggris). Cengage Learning. ISBN 978-1-305-53385-1. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Taylor, Hal R. (1962). "A Model for the Communication Process". STWP Review. 9 (3): 8–10. ISSN 2376-0761. JSTOR 43093688. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 8 November 2022. Diakses tanggal 22 December 2022.
- Tengan, Callistus; Aigbavboa, Clinton; Thwala, Wellington Didibhuku (27 April 2021). Construction Project Monitoring and Evaluation: An Integrated Approach (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-000-38141-2. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Thomason, Richmond H. (2006). "Artificial And Natural Languages". Dalam Borchert, Donald (ed.). Macmillan Encyclopedia of Philosophy (Edisi 2). Macmillan. ISBN 978-0-02-865790-5. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 22 December 2022. Diakses tanggal 22 December 2022.
- Tompkins, Paula S. (2 May 2023). "8. Communication Ethics and Digital Communication". Practicing Communication Ethics: Development, Discernment, and Decision Making (dalam bahasa Inggris). Taylor & Francis. ISBN 978-1-000-87190-6. Diakses tanggal 28 October 2023.
- Trenholm, Sarah; Jensen, Arthur (2013). Interpersonal Communication (Edisi 7). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-982750-3.
- Turkington, Carol; Harris, Joseph (2006). The Encyclopedia of Learning Disabilities (dalam bahasa Inggris). Infobase Publishing. ISBN 978-0-8160-6991-0. Diakses tanggal 27 December 2022.
- Twidale, Michael (2002). "Human-Computer Interaction". Dalam Schement, Jorge Reina (ed.). Encyclopedia of Communication and Information (dalam bahasa Inggris). Macmillan Reference USA. ISBN 978-0-02-865385-3. Diakses tanggal 20 December 2022.
- UMN staff (29 September 2016). "1.1 Communication: History and Forms". Communication in the Real World (dalam bahasa American English). University of Minnesota Libraries Publishing. ISBN 978-1-946135-07-0. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 16 October 2022. Diakses tanggal 20 December 2022.
- UMN staff (29 September 2016a). "1.2 The Communication Process". Communication in the Real World (dalam bahasa American English). University of Minnesota Libraries Publishing. ISBN 978-1-946135-07-0. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 18 October 2022. Diakses tanggal 28 November 2022.
- US congress, Office of Technology Assessment (1990). Critical Connections: Communication for the Future (dalam bahasa Inggris). US Government Printing Office. ISBN 978-1-4289-2182-5. Diakses tanggal 3 January 2023.
- van Trijp, Remi (25 January 2018). "Transparency versus Processing Efficiency: A Case Study on German Declension". Dalam Poibeau, Thierry; Villavicencio, Aline (ed.). Language, Cognition, and Computational Models (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-1-108-50678-6. Diakses tanggal 26 August 2023.
- Vocate, Donna R. (6 December 2012). "1. Self-Talk and Inner Speech: Understanding The Uniquely Human Aspects of Intrapersonal Communication". Dalam Vocate, Donna R. (ed.). Intrapersonal Communication: Different Voices, Different Minds (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-136-60184-2. Diakses tanggal 20 December 2022.
- von Kriegstein, Katharina (25 August 2011). "A Multisensory Perspective on Human Auditory Communication". Dalam Murray, Micah M.; Wallace, Mark T. (ed.). The Neural Bases of Multisensory Processes (dalam bahasa Inggris). CRC Press. ISBN 978-1-4398-1217-4. Diakses tanggal 30 August 2023.
- Waters, Christopher M.; Bassler, Bonnie L. (1 November 2005). "Quorum Sensing: Cell-to-Cell Communication in Bacteria". Annual Review of Cell and Developmental Biology. 21 (1): 319–346. doi:10.1146/annurev.cellbio.21.012704.131001. PMID 16212498.
- Watson, James; Hill, Anne (16 February 2012). Dictionary of Media and Communication Studies (dalam bahasa Inggris) (Edisi 8th). Bloomsbury Academic. ISBN 978-1-84966-563-6.
- Watson, James; Hill, Anne (22 October 2015). Dictionary of Media and Communication Studies (dalam bahasa Inggris) (Edisi 9th). Bloomsbury Academic. ISBN 978-1-62892-149-6. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Weaver, Warren (1 September 1998). "Recent Contributions to the Mathematical Theory of Communication". The Mathematical Theory of Communication (dalam bahasa Inggris). University of Illinois Press. ISBN 978-0-252-72546-3. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Wenxiu, Peng (1 September 2015). "Analysis of New Media Communication Based on Lasswell's '5W' Model". Journal of Educational and Social Research. doi:10.5901/jesr.2015.v5n3p245. ISSN 2239-978X.
- Winner, Ellen (5 September 2017). "Understanding Versus Discriminating Nonliteral Utterances: Evidence for a Dissociation". Dalam Winner, Ellen (ed.). Developmental Perspectives on Metaphor: A Special Issue of Metaphor and Symbolic Activity (dalam bahasa Inggris). Psychology Press. ISBN 978-1-317-77779-3. Diakses tanggal 26 August 2023.
- Wisely, Forrest G. (1994). "Communication Models". Dalam Moore, David Mike (ed.). Visual Literacy: A Spectrum of Visual Learning (dalam bahasa Inggris). Educational Technology. ISBN 978-0-87778-264-3. Diakses tanggal 28 November 2022.
- Wittmann, Ralph; Zitterbart, Martina (16 June 2000). Multicast Communication: Protocols, Programming, & Applications (dalam bahasa Inggris). Elsevier. ISBN 978-0-08-049734-1. Diakses tanggal 31 December 2022.
- Yule, George (2010). The Study of Language (Edisi 4th). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-76527-5.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]
Kutipan tentang Komunikasi di Wikikutip
Media tentang Communication di Wikimedia Commons