Hubungan Brunei dengan Tiongkok

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hubungan Brunei–China
Peta memperlihatkan lokasiBrunei and China

Brunei

Tiongkok

Hubungan Brunei–China merujuk kepada hubungan luar negeri bilateral antara Brunei dan China. Brunei memiliki sebuah kedutaan besar di Beijing, dan China memiliki sebuah kedutaan besar di Bandar Seri Begawan.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Makam Abdul Majid Hassan, salah satu Sultan Brunei, di Nanjing, China.

Hubungan antara dua negara tersebut telah terjadi sejak 2,000 tahun yang lalu ketika kedua negara tersebut memulai perdagangan satu sama lain pada awal zaman Han Barat.[2] Beberapa sejarawan juga menyatakan bahwa para pemukim Tionghoa dari Provinsi Fujian datang ke Borneo dan bermukim di wilayah yang sekarang disebut "Brunei" pada abad ke-13 dan ke-14.[2] Pada abad ke-15, Sultan Brunei pada waktu itu, Abdul Majid Hassan meninggal pada saat berkunjung ke China, meskipun kaisar Tiongkok mengusahakan yang terbaik untuk menolong mengobati penyakit Sultan.[2] Sultan kemudian dimakamkan dengan sebuah upacara pemakaman kerajaan di Nanjing dan kemudian dijadikan sebagai simbol hubungan antara kedua negara tersebut pada masa sekarang.[2]

Pada masa modern, hubuhgan kedua negara tersebut tidak akrab sejak Brunei menjadi protektorat Britania, pada permulaan abad ke-19 sampai negara tersebut meraih kemerdekaan secara resmi pada 1 Januari 1984.[2] Pada masa ini, terdapat juga berbagai ketidaksukaan di Brunei yang sebagian besar terhadap komunisme dan sensitivitasannya terhadap penduduk beretnis Tionghoa.[2] Pada 30 September 1991, Brunei menjadi anggota terakhir Perbara untuk membangun hubungan diplomatik dengan China.[1]

Hubungan ekonomi[sunting | sunting sumber]

Pada 2011, perdagangan antara dua negara tersebut mengucurkan U$1.3 miliar.[2] Kedua negara tersebut mempromosikan praktik kerjasama di beberapa wilayah seperti pembangunan infrastruktur, agribudaya dan perikanan.[3] Beberapa perusahaan Tiongkok juga menyetujui dua proyek keuangan dalam pembuatan aquakultur dan paddy di Brunei yang menghabiskan sekitar U$10 juta.[4]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Bacaan tambahan[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Brunei-China Relations". Kementerian Urusan Luar Negeri dan Perdagangan (Brunei). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-22. Diakses tanggal 17 Februari 2014. 
  2. ^ a b c d e f g Prashanth Parameswaran (9 November 2012). "China, Brunei: ties that bind". Asia Times Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-23. Diakses tanggal 17 Februari 2014. 
  3. ^ Zhu Ningzhu (11 Oktober 2013). "China, Brunei agree to further boost strategic cooperation". Xinhua News Agency. Xinhua.net. Diakses tanggal 17 Februari 2014. 
  4. ^ "China Firms in B$10m Brunei Rice-Growing and Aquaculture Projects". The Brunei Times. Kedutaan Besar China di Brunei. 12 November 2009. Diakses tanggal 17 Februari 2014.