Historiografi Jepang
Historiografi Jepang adalah kajian tentang bagaimana sejarah Jepang ditulis dan dipahami dari masa ke masa. Penulisan sejarah di Jepang mencerminkan perpaduan antara tradisi lokal, pengaruh budaya asing, dan perkembangan politik serta sosial. Sejak zaman kuno hingga modern, historiografi Jepang telah mengalami evolusi yang signifikan, mencerminkan perubahan pandangan terhadap identitas nasional dan hubungan dengan dunia luar.
Periode Kuno
[sunting | sunting sumber]Kojiki (720 M) adalah catatan tertua yang menceritakan asal-usul Jepang dari mitologi hingga sejarah awal kekuasaan Yamato. Karya ini ditulis untuk memperkuat legitimasi kekuasaan kaisar dengan mengaitkan keturunannya dengan Amaterasu, dewi matahari 15.[1]
Nihon Shoki (720 M) atau Babad Jepang, ditulis dalam bahasa Tiongkok dan merupakan historiografi resmi pertama. Karya ini menyajikan sejarah Jepang dengan lebih sistematis dan mencatat peristiwa-peristiwa penting dari tahun 660 SM hingga 887 M. Nihon Shoki berfungsi sebagai acuan resmi untuk sejarah Jepang dan memberikan gambaran lebih mendalam tentang struktur pemerintahan dan peristiwa di istana.[2]
Periode Pertengahan
[sunting | sunting sumber]Pada abad ke-10, historiografi Jepang mulai berkembang dengan munculnya genre baru seperti monogatari dan kagami. Karya-karya ini menggambarkan kehidupan sehari-hari serta kisah-kisah pahlawan, memberikan perspektif yang lebih personal terhadap sejarah. Salah satu karya terkenal adalah Genji Monogatari, yang meskipun bukan sejarah dalam arti tradisional, memberikan wawasan tentang masyarakat Heian.[3]
Masa Tokugawa
[sunting | sunting sumber]Pada masa Tokugawa (1600–1868), historiografi menjadi alat untuk memperkuat identitas nasional. Penulisan sejarah pada periode ini sering kali berfokus pada legitimasi kekuasaan keluarga Tokugawa. Salah satu karya penting adalah Dai Nihon Shi, yang menyoroti sejarah Jepang dari sudut pandang nasionalisme. Di sisi lain, studi terhadap teks-teks klasik seperti Kojiki kembali mendapatkan perhatian sebagai bagian dari upaya memahami akar budaya Jepang.[4]
Modernisasi Historiografi Di Era Meiji
[sunting | sunting sumber]Restorasi Meiji (1868) membawa perubahan besar dalam penulisan sejarah Jepang. Sejarawan mulai mengadopsi metode ilmiah Barat untuk menyusun narasi sejarah yang lebih objektif. Pada masa ini, historiografi tidak hanya berfungsi sebagai alat legitimasi politik tetapi juga sebagai sarana pendidikan untuk membangun identitas nasional modern. Karya-karya seperti Koji-ruien menjadi contoh upaya sistematis untuk mendokumentasikan berbagai aspek budaya dan sejarah Jepang secara ilmiah.[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Sejarah Historiografi Jepang". www.indonesiana.id. Diakses tanggal 2025-03-03.
- ^ "HISTORIOGRAFI ASIA TIMUR (CINA DAN JEPANG)". HISTORIOGRAFI ASIA TIMUR (CINA DAN JEPANG). Diakses tanggal 2025-03-03.
- ^ "HISTORIOGRAFI JEPANG". HISTORIOGRAFI JEPANG ~ Racik Meracik Ilmu. 2014-12-23. Diakses tanggal 2025-03-03.
- ^ "HISTORIOGRAFI JEPANG". HISTORIOGRAFI JEPANG ~ Racik Meracik Ilmu. 2014-12-23. Diakses tanggal 2025-03-03.
- ^ Laras, Naufal Shidqi (2019-02-18). "Historiografi Jepang". Genom. Diakses tanggal 2025-03-03.