Lompat ke isi

Harjowinangun Timur, Tersono, Batang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Harjowinangun Timur
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBatang
KecamatanTersono
Kode pos
51272
Kode Kemendagri33.25.06.2022 Edit nilai pada Wikidata
Luas256ha
Jumlah penduduk1242jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°1′15″S 109°59′10″E / 7.02083°S 109.98611°E / -7.02083; 109.98611

Harjowinangun Timur adalah sebuah desa di Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terdiri dari tiga dusun resmi, yaitu Dusun Pakis, Dusun Bengkal, dan Dusun Bubakan Haji. Jarak dari desa ini ke pusat kecamatan sekitar 4 km.

Desa Harjowinangun Timur terbentuk sebagai hasil pemekaran dari Desa Harjowinangun berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 14 Tahun 2003. Sebelum pemekaran, wilayah desa ini merupakan bagian dari Desa Harjowinangun yang kini terbagi menjadi dua, yakni Harjowinangun Timur dan Harjowinangun Barat.

Secara geografis, Desa Harjowinangun Timur berbatasan dengan Desa Harjowinangun Barat di sebelah barat, Desa Kebumen di sebelah utara, Desa Tegalombo di sebelah timur, dan Desa Pujut di sebelah selatan.

Desa ini terdiri dari tiga dusun resmi dan memiliki total sembilan RT serta satu RW. Dusun Pakis merupakan dusun terbesar di desa ini, terletak di bagian utara dan barat daya. Dusun ini memiliki enam RT, yaitu RT.03 Sidomulyo, RT.04, RT.05, RT.06, RT.07, dan RT.08. Balai Desa Harjowinangun Timur juga terletak di wilayah Dusun Pakis.

Dusun terbesar kedua adalah Dusun Bubakan Haji, yang memiliki dua RT (RT.01 dan RT.09). Dusun ini berada di sebelah tenggara Dusun Pakis, dengan jarak sekitar 800 meter hingga 1 km dari Balai Desa Harjowinangun Timur. Bubakan Haji juga merupakan dusun yang terletak paling timur di wilayah desa.

Dusun Bengkal adalah dusun dengan wilayah terkecil di Desa Harjowinangun Timur, dan terdiri dari satu RT (RT.02). Lokasinya berada di sebelah selatan Dusun Pakis, dengan jarak sekitar 300–500 meter dari Balai Desa.

Selain ketiga dusun resmi tersebut, terdapat satu wilayah yang dikenal secara informal sebagai Dusun Sidomulyo, sebelumnya dikenal sebagai Dusun Bubakan Singkir. Wilayah ini hanya memiliki satu RT (RT.03) dan terletak di timur laut Desa Harjowinangun Timur, berdampingan dengan Dusun Pakis. Meskipun secara administratif tidak diakui sebagai dusun resmi karena tidak adanya kepala dusun (Kadus), nama Sidomulyo masih digunakan dan dikenal oleh warga setempat. Namun, sebagian besar masyarakat luar Harjowinangun Timur menganggap wilayah ini masih merupakan bagian dari Dusun Pakis.

Secara geografis, Harjowinangun Timur berada pada ketinggian sekitar 175 mdpl, dan dikelilingi oleh dataran yang lebih tinggi di bagian utara, selatan, dan timur, sehingga menjadikan wilayah desa ini berada di kawasan lembah. Di sebelah tenggara desa mengalir Sungai Lampir, sebuah sungai besar yang juga berfungsi sebagai batas wilayah antara Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal.

Wilayah ini beriklim tropis, dengan curah hujan yang signifikan sepanjang tahun. Bahkan pada bulan terkering pun, intensitas hujan masih cukup tinggi. Berdasarkan klasifikasi iklim Köppen-Geiger, iklim di Harjowinangun Timur tergolong tipe Af.

Suhu rata-rata tahunan di desa ini adalah sekitar 25,4 °C, dengan curah hujan tahunan rata-rata mencapai 2.873 mm. Bulan terkering adalah bulan Agustus dengan curah hujan sekitar 66 mm, sedangkan bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Januari dengan rata-rata 540 mm. Bulan terhangat sepanjang tahun adalah Oktober, dengan suhu rata-rata 26,3 °C, sementara suhu rata-rata terendah terjadi pada bulan Januari, yaitu sekitar 24,7 °C.

Terdapat selisih sekitar 474 mm antara bulan terkering dan bulan terbasah, serta variasi suhu yang relatif kecil sepanjang tahun. Kondisi geografis dan iklim yang demikian menjadikan wilayah Harjowinangun Timur memiliki tanah yang subur dan cocok untuk kegiatan pertanian.

Sebagian besar penduduk Harjowinangun Timur bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas utama pertanian di desa ini adalah padi, yang umumnya ditanam dengan sistem tiga kali masa tanam dan panen dalam satu tahun. Selain itu, sebagian warga juga menanam tanaman palawija sebagai komoditas tambahan, seperti jagung, ubi kayu, dan berbagai jenis sayuran, dengan luas lahan yang diperkirakan mencapai ±22 hektare.

Di samping kegiatan bertani, sebagian masyarakat juga bekerja sebagai buruh, wiraswasta, PNS, serta menjalani berbagai profesi lainnya.

Dalam bidang peternakan, sejumlah warga memelihara sapi, kambing, dan ayam sebagai usaha sampingan guna menunjang perekonomian keluarga.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]