Gregorius dari Nyssa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Gregorius dari Nisa)
Gregorius dari Nyssa

Gregorius dari Nyssa adalah salah seorang Bapa Gereja yang berasal dari Kapadokia.[1][2] Bersama dengan Gregorius dari Nazianzus dan Basilius Agung, ia diberikan gelar Bapa-bapa Kapadokia.[2] Salah satu sumbangan penting dari mereka adalah melakukan integrasi kebudayaan klasik ke dalam agama Kristen.[2]

Riwayat Hidup[sunting | sunting sumber]

De virginitate

Gregorius dari Nyssa adalah adik dari Basilius Agung. Ia dilahirkan di Kaisarea pada tahun 335.[2] Sama seperti Basilius, pada awalnya Gregorius mempelajari dan menekuni retorika.[1] Akan tetapi, ia kemudian meninggalkan pekerjaan itu dan hidup sebagai seorang pertapa dengan menjauhkan diri dari kehidupan duniawi.[1] Ia menaruh perhatian pada teologi mistik dan kontemplasi.[3] Pada tahun 372, Gregorius dipanggil menjadi uskup di sebuah kota di Kapadokia, yaitu Nyssa.[1] Itulah sebabnya ia dikenal dengan nama Gregorius dari Nyssa.[1] Sebelum menjadi Uskup Nyssa, ia pernah menikah dan sempat menjalani kehidpan dalam sebuah biara.[3] Ia menghadiri Konsili Konstantinopel dan memainkan peranan penting dalam konsili ini.[1] Gregorius dari Nyssa meninggal tahun 395.[1]

Pemikiran[sunting | sunting sumber]

Tentang Allah Tritunggal[sunting | sunting sumber]

Sebagai salah satu dari Bapa-bapa Kapadokia, Gregorius dari Nyssa kerap kali dituding penganut triteis (percaya kepada tiga Allah).[2] Dalam usahanya menjawab tudingan ini maka ia membuat sebuah tulisan berjudul Quod Non Sint Tres Dii (Bahwa Tidak Ada Tiga Allah).[2] Ia menguraikan pemikirannya tentang keesaan Allah:[2]

Tentang Pendamaian[sunting | sunting sumber]

Gregorius mengemukakan sebuah variasi dari salah satu teori pendamaian salib yaitu Kristus sebagai pemenang (Christus Victor).[4] Menurut Gregorius, peristiwa kemenangan Yesus di kayu salib adalah sebuah tipuan (trick).[4] Yesus menjadi umpan bagi setan yang mengira telah memenangkan peperangan dengan Allah.[4] Ketika menangkap umpan kemanusiaan Yesus, tanpa disadari saat itu juga setan memakan keilahian Yesus.[4] Dengan demikian, Allah menang sedangkan setan berhasil ditipu dan dikalahkan.[4]

Tentang Eskatologi[sunting | sunting sumber]

Gregorius dari Nyssa mengemukakan ajaran yang serupa dengan Origenes bahwa segala sesuatu akan mengalami pemulihan (apokatastasis).[5] Baginya, semua manusia baik yang telah dibaptis ataupun tidak tetapi kemudian berdosa lagi, akan mengalami pemurnian setelah mati.[5] Dengan cara itu, semua ciptaan akan mengalami pemulihan dari segala kejahtan.[5] Gregorius tidak memahami adanya neraka sebagai tempat manusia dihukum selamanya.[5] Walaupun Gregorius adalah murid Origenes, tetapi dalam beberapa hal ia memiliki pandangan yang berbeda dari gurunya itu.[5] Misalnya, Gregorius tidak sependapat bahwa pemulihan segala sesuatu hanyalah akhir dari satu periode dunia dan nantinya akan ada dunia-dunia yang lain.[5] Menurut Gregorius, ketika pemulihan itu terjadi maka tibalah dunia pada akhir zaman yang terjadi hanya satu kali untuk selamanya.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g F.D. Wellem. 1987. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 121-122.
  2. ^ a b c d e f g (Indonesia) Tony Lane. 1990. Runtut Pijar. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 29-30.
  3. ^ a b (Inggris) Jean Comby. 1992. How to Read Church History. New York: The Crossroad. Hal. 109.
  4. ^ a b c d e (Indonesia) Joas Adiprasetya. 2010. Berdamai dengan Salib. Jakarta:Grafika KreasIndo. Hal. 28.
  5. ^ a b c d e f g (Indonesia) Nico Syukur Dister. 2004. Teologi Sistematika 2. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 529-30.