Gereja Kristen Jawa Purbalingga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purbalingga adalah Gereja Protestan yang berada di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah yang tergabung dengan Klasis Banyumas Utara dan Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa di Salatiga.

Awal mula Pekabaran Injil di wilayah Banyumas dan Purbalingga.[sunting | sunting sumber]

Pada Tahun 1851 dibentuklah Perkumpulan Pekabar Injil yang bernama Genootschap Voor In-en Uitwendige Zending. Tokoh pendiri perkumpulan tersebut adalah J.P. Esser, Ds. E.W. King, Mr. F.L. Anthing. Mr. F.L. Anthing adalah seorang Ketua Muda Mahkamah Agung di Jakarta. Ia mendidik beberapa kaum muda untuk menjadi Pekabar Injil diantaranya A.A.M.N Keuchenis ( Residen Tegal ), Johannes Vrede dan Laban yang berasal dari Jawa Tengah. Dan mereka berhasil mendidik Gan Kwee orang Tiong Hoa pertama yang di baptis pada tahun 1856. Gan Kwee seorang penginjil yang giat, mengembara hampir ke seluruh wilayah Jawa, dan pada tahun 1862 singgah ke Banyumas dan Purbalingga dan bertemu dengan Kho Tek San. Mr. F.L. Anthing mengutus Hebron Lelie menggantikan Johannes Vrede. Tidak lama setelah itu, Jonathan Sarijo ditugaskan untuk Penginjilan di wilayah Tegal, dan Leonard ditugaskan untuk wilayah Purbalingga dan Banyumas. NZG (Het Nederlandse Zendings Genootschap) yang berdiri pada 19 Desember 1797, pada tahun 1814 mengutus Ds. G. Bruckner ke Semarang, Ds. J. Kam ke Ambon, dan Ds. J.C. Supper ke Jakarta. Pada 3 November 1849 NZG. mengutus Ds. W. Hoezoo untuk melayani di Wilayah Semarang, Ds. W. Hoezoo juga melayani untuk Tegal dan Banyumas.

Baptisan Pertama terhadap 9 Pribumi Banyumas[sunting | sunting sumber]

Di Yogyakarta terdapat keluarga Belanda peranakan yang mempunyai anak bernama Christina Petronella Steven yang lahir pada 17 November 1825, menikah dengan J.C. Phillips. Kemudian antara tahun 1850-1860 J.C. Phillips pindah ke Ambal, Karesidenan Bagelen, Kabupaten Kebumen. Dari Pekabaran Injil Ny. Christiana Petronella Steven di tempat ini, ada 2 orang pria dan 3 wanita yang kemudian dibaptisankan untuk pertama kalinya di Purworejo pada tanggal 27 Desember 1860. J.C Phillips mempunyai saudara perempuan bernama Ny. Van Oostroom Phillips, bertempat di Banyumas, ia seorang pengusaha kain batik. Ia adalah seorang Kristen yang hidup keKristenannya selalu mengabarkan keyakinannya kepada para pekerjanya, sehingga para pekerjanya ingin menerima baptisan, namun sayangnya Residen Banyumas saat itu tidak mengizinkan baptisan dilakukan di wilayahnya. Akhirnya mereka berangkat ke Semarang untuk dibaptiskan pada tanggal 10 Oktober 1958, 9 orang dibaptiskan oleh Ds. W. Hoezoe.

Sejarah Gereja Kristen Jawa Purbalingga[sunting | sunting sumber]

Baptisan Pertama di Purbalingga[sunting | sunting sumber]

5 Mei 1866 dilakukan Baptisan pertama terhadap 10 orang Purbalingga di rumah Kho Tek San oleh Ds. A. Vermeer. 10 orang tersebut adalah Kho Tek San, Asah(Krangean), Abraham (ayah Asah), Elifas alias Gameng dari Kertayasa, Ngaliasar (Karangcengis), Junus (Krangean), Ayah Sem, Adam, Japhet, Jotam. Kho Tek San setelah di baptis berganti nama menjadi Paulus Kho Tek San. Setelah melakukan Baptisan di Purbalingga, Ds. A. Vermeer kembali lagi ke Muaratua. Pekabaran Injil di Purbalingga dilanjutkan oleh Kho Tek San dan Leonard. Pada tahun 1867 jumlah jiwa yang sudah dibaptis menjadi 68 jiwa.

Ds.Aart VERMEER (1867 – 1892)[sunting | sunting sumber]

Ds. Aart Vermeer lahir pada 7 Maret 1828 ditahbiskan di Gereja Haarlem pada tanggal 23 Desember 1861 dan membantu pelayanan di Kota Tiel sebelum diutus ke Indonesia. Ds. A. Vermeer menikahi janda Ds. Carl Willem Ottow, Pengabar Injil di Mansinam, Irian pada 5 Februari 1855. di Amsterdam berdiri perkumpulan Pekabaran Injil yang bernama Nederlanse Gereformeerde Zendings Vereniging (NGZV) yang kemudian pada tanggal 6 Mei 1859 memutuskan untuk mengirim Ds. A. Vermeer untuk melayani di wilayah Karesidenan Tegal.

Kedatangan Ds. A. Vermeer ke Tegal pada tanggal 14 Juni 1862 ditandai dengan diberinya Lonceng Gereja yang sampai saat ini masih ada di GKJ Purbalingga. 25 Januari 1863 dilakukan baptisan pertama di Tegal terhadap 37 orang, diantaranya 19 orang dewasa, 18 anak-anak. Gereja Tegal bernama: De Inlandse Christen Gemeente Te Tegal. Atas perjuangan Ds. A. Vermeer dan Residen Keuchenius pada 1864 gereja memperoleh sebidang tanah di Muaratua, yang kemudian Ds. A. Vermeer, Laban dan orang-orang Kristen turut menetap di tempat baru tersebut dan mereka disebut Klein Bethesda.

Pada tahun 1865, wilayah Tegal diserahkan oleh NGZ ke NGZV. Utusan NGZ di Semarang Ds. W. Hoezoo, menyerahkan wilayah Karesidenan Banyumas kepada Ds. A. Vermeer untuk melakukan misi Pekabaran Injil. Untuk melaksanakan tugas tersebut, terlebih dahulu dikirimkanlah Guru Injil bernama Leonard yang kemudian bertemu dengan Kho Tek San. Kho Tek San sebelumnya pernah mengenal Injil melalui Gan Kwee, yang kemudian dilanjutkan pengajaran Injil oleh Leonard. Rumah Kho Tek San selanjutnya dijadikan pos Pekabaran Injil oleh Leonard, ditempat itu banyak sanak saudara dan warga pribumi yang menerima pengajaran Injil. Agar tidak mendapat gangguan terhadap para Pekabar Injil ini, maka NGZV meminta izin dari Pemerintah dan pada tahun 1865 keluarlah izin untuk melakukan Pekabaran Injil di wilayah Karesidenan Banyumas.

Pada Tahun 1866 Ds. A. Vermeer mengunjungi rumah Ny. Van Oostrom Phillips untuk menyelenggarakan Sakramen Perjamuan dan Baptisan. Kemudian singgah juga di rumah Kho Tek San di Purbalingga.

Karena alasan kesehatan, Ds. A. Vermeer meminta pindah kepada NGZV ke Purbalingga dan dikabulkan. Tanggal 10 Oktober 1867 memulai pelayanannya sebagai Pendeta Pertama di Purbalingga, dibantu oleh Leonard, Kho Tek San, dan Dan. Tanggal 5 September 1868 dibukanya gedung gereja dan sekolah sederhana di Kandanggampang, dan pembukaanya dilakukan oleh Jenderal Mr. P. Meyer yang kebetulan sedang meninjau wilayah Purbalingga.

Ds.R.J. HERSTMAN (1892 – 1894)[sunting | sunting sumber]

Sepeninggal Ds.A.Vermeer, Gereja di Banyumas umumnya dan Purbalingga khususnya ditangani oleh Ds.R.J.Herstman yang merupakan Pendeta di Pekalongan.

Ini terjadi dari tahun 1892 sampai tahun 1894 saat Ds. R.J.Herstman kembali ke Belanda.

Ds.ADRIAANS (1895 – 1901)[sunting | sunting sumber]

Berdirinya kesatuan Gereja-gereja Gereformer Nederland yang bernama De Gereformeerde Kerken in Nederland pada tahun 1892 memutuskan pekabaran injil haruslah dilaksanakan oleh Gereja bukan oleh perhimpunan/perusahaan/vereniging. Untuk itu NGZV harus menyerahkan pemeliharaan Gereja-gereja di Indonesia kepada De Gereformeerde Kerken in Nederland. Untuk sementara waktu setelah Ds.Herstman kembali ke Belanda, pemeliharaaan Gereja Purbalingga dari tahun 1895 sampai dengan tahun 1901 ditangani oleh Ds.L.Adriaanse yang merupakan Utusan dari Gereja Utrecht dan Nederland, sebagai gereja pengutus hasil sidang Sinode Middelburg.

Ds. G.J. RUYSSENAERS (1901 – 1907)[sunting | sunting sumber]

Ds.G.J.Ruyssenaers merupakan Pendeta utusan pertama dari Sinode Gereja Gereformer di Nederland mulai bertempat di Purbalingga tanggal 4 November 1901.

Saat mulai bekerja di Purbalingga, tenaga-tenaga guru injil suku Jawa seperti Josua Dangin dan Johanes Dangin sangat penting peranannya dalam komunikasi dan mengajarkan kekristenan.

Pada masa ini, jejak pekabaran injil Ds. A.Vermeer masih dilanjutkan terutama dalam mengasuh dan memajukan anak-anak Kristen.

Pada masa itu juga setelah kepindahan Mesah Elifas dari Tegal ke Kertayasa, Jemaat di Kertayasa dan Karangcengis (Bukateja) semakin terpelihara.

Ds.G.J.Ruyssenaers meninggal dunia akibat sakit disentri tanggal 5 Juni 1907.

Dr.BERNHARD JONATHAN ESSER (1908 – 1940)[sunting | sunting sumber]

Sebagai utusan kedua dari Gereja Gereformeerde Rotterdam, Dr.B.J.Esser datang di Purbalingga untuk menggantikan Ds.G.J.Ruyssenaers yang meninggal dunia.

Dia merupakan pendeta lulusan pendidikan tinggi agama Kristen di Nederland.

Pada keluarganya, ia menekankan perlunya pergaulan dengan tata cara orang jawa dalam pengembangan kekristenan di Jawa.

PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT TRENGGILING (1911 – 1913)[sunting | sunting sumber]

Dr. M.Van Stokkum seorang dokter Kristen datang ke Purbalingga tahun 1910 untuk membangunan rumah sakit.

Sebelumnya Dr. B.J.Esser mempersiapkan tempat, tenaga dsb. Yang diperlukan untuk pembangunan tersebut. Pembangunan rumah sakit dilakukan pada tahun 1911 – 1913 di atas tanah seluas 8 Ha yang terletak di Trenggiling. Rumah sakit tersebut dapat menampung pasien sampai dengan 130 orang.

Beberapa nama yang terlibat dalam pembangunan rumah sakit tersebut yaitu: Marthen Dangin, Hendrik Elifas, Benyamin Emprah, Salmon Asah, Ekker Elifas dari tenaga juru rawat, Tir (tukang kayu dari Bancar) dan Gan Thian Jie (orang Tiong Hoa yang merupakan donatur terbesar untuk pembangunan rumah sakit saat itu).

MAJELIS PERTAMA GEREJA PURBALINGGA 1918[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1918 terbentuklah majelis gereja Kristen Purbalingga yang pertama. Saat itu jumlah jiwa sebanyak 366.

Setelah itu pada tahun 1925 terdapat 9 guru injil di karesidenan Banyumas yang berasal dari unsur guru dan tenaga kesehatan. Mereka antara lain adalah: Samah Soedarmadi (guru), Misael Radaniman (guru),Sadjan Darmosoemantri (guru), Tiwan Poerwoatmodjo (perawat), Rapen Zakarias (Perawat), Joeseop Marmojoewono (perawat),Sabirin Martousodo (perawat), Kisar Sastroboesono (perawat), Kasim Wahjoesoetjipto (perawat).

Pada masa-masa itu pusat gereja di Purbalingga secara rutin mengirimkan tenaga yang umumnya guru dan juru rawat ke sekolah theologia Yogyakarta untuk mendapatkan pendidikan Theologi.

Pada tahun 1925 kotbah bahasa jawa mulai menggunakan bahasa Krama bukan ngoko lagi.

Jumlah jiwa pada tahun 1925 sampai awal 1926 sebanyak 620 orang.

PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA BARU 23 NOVEMBER 1926[sunting | sunting sumber]

Atas kesepakatan dari Dr.B.J.Esser dan majelis gereja maka didirikan gedung gereja baru yang dapat menampung jemaat sebanyak 600 orang pada tanggal 23 November 1926.

Total biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan tersebut adalah f 8.888.

RAPAT KLASIS BANYUMAS PERTAMA DI PURBALINGGA 1927[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1927, diadakan Rapat Klasis pertama Klasis Banyumas yang diselenggarakan di Purbalingga.

Ds.SAMAH SOEDARMADI (1929 – 1942)[sunting | sunting sumber]

Tanggal 3 September 1929 dilakukan Pemanggilan Ds. Samah Soedarmadi sebagai Pendeta Jemaat Gereja Purbalingga.

Beliau merupakan pendeta Jawa pertama di wilayah klasis Banyumas.

Dalam masa itu secara internal pekabaran injil dilakukan melalui sekolah-sekolah, rumah sakit dan melalui media cetak.

Disamping itu mulai muncul pergerakan-pergerakan profesi yang beranggotakan orang Kristen yang secara tidak langsung juga turut mendukung pekabaran injil.

Dalam periode tahun ini perkumpulan kematian Raga Rumanti juga dibentuk yang diketuai oleh Ds.S.Soedarmadi.

Tanggal 2 Juni 1932 sidang sinode pertama dilakukan di Yogyakarta, dengan demikian seluruh gereja di jawa tengah selatan hidup berdasar aturan yang telah ditetapkan dalam sidang sinode dan tidak lagi berpedoman pada gereja gereformeerde di Belanda.

Pada awal tahun 1942 Ds. S.Soedarmadi mengajukan lereh karena alasan keluarga.

Pada masa setelah lerehnya Ds.S.Soedarmadi kehidupan bergereja dilaksanakan oleh majelis gereja dibantu oleh Ds.B.J.Esser yang sudah emiritus. Terkadang dibantu oleh Ds. J.Verkuil dan Ds. A.R.Misael dari Purwokerto.

Ds.J.A.C. RULLMAN (1930 – 1940)[sunting | sunting sumber]

Ds.J.A.C.Rullman datang dan tinggal di Purbalingga pada periode tahun 1930 sampai dengan tahun 1940 untuk sementara waktu, sebelum kemudian

ke Purwokerto untuk melayani gereja-gereja di wilayah Purwokerto dan Cilacap.

Ds. MOERWITOJO ASMOWINANGOEN (1942 – 1948)[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1942 gereja Purbalingga memanggil pendeta lagi yaitu Ds.Moerwitojo Asmowinangun.

Pada masa ini merupakan masa yang cukup sulit bagi perkembangan Kristen.

Pada tahun 1948 Ds. Moerwitojo Asmowinangun mengajukan berhenti dari jabatan pendeta dan dikabulkan oleh klasis.

BELANDA MENYERAH PADA JEPANG 8 MARET 1942[sunting | sunting sumber]

Tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Hal ini menjadikan segala hal yang berbau Belanda dilarang, termasuk agama Kristen.

MASA PENDUDUKAN JEPANG (1942 – 1945)[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1942 - 1945 perkembangan Pekabaran Injil di jawa sangat terhambat akibat larangang dari Jepang yang saat itu berkuasa.

Segala hal yang berbau Belanda harus digantikan dengan hal-hal yang berasal dari Negeri Jepang, termasuk tentang keyakinan beragama.

MAJELIS GKI PERTAMA DIBENTUK[sunting | sunting sumber]

Gereja Kristen Indonesia yang jemaatnya kebanyakan merupakan kaum Tiong Hoa yang tadinya bergabung dengan Gereja Jawa di Purbalingga mulai membentuk majelis gereja pada tanggal 1 September 1943.

Hal ini tidak menjadikan gereja menjadi mundur tetapi bahkan makin memperluas jangkauan pekabaran injil di Purbalingga khususnya.

Ds.J.MARMOJOEWONO (1949 – 1992)[sunting | sunting sumber]

Tanggal 27 Juni 1949 Dilakukan pengujian terhadap Ds.J.Marmojoewono, seorang guru injil dari Gereja Pengalusan di Kelompok Kristen Bobotsari yang berasal dari Krangean, oleh Klasis Banyumas. Akhirnya pada tanggal 20 Juli 1949 Ds.J.Marmojoewono Ditahbiskan sebagai pendeta di Gereja Kristen Jawa Purbalingga. Tanggal 9-10 Maret 1950 Klasis Banyumas bersidang di Gereja Banyumas; hasilnya adalah dipecahnya klasis banyumas menjadi dua yaitu banyumas selatan dan banyumas utara.GKJ Purbalingga tergabung dalam klasis banyumas utara. Tanggal 13 Maret 1950 Kedatangan 10 orang utusan Sinode yang dipimpin Ds.B.Probowinoto. Tujuannya adalah membangkitkan semangat gereja untuk menunaikan tugasnya sesuai perrkembangan zaman yang ada. Beberapa perkembangan kehidupan bergereja dan PI tampak pada masa-masa ini diantaranya yaitu pendidikan Kristen dengan adanya sekolah masehi. Organisasi kegerejaan seperti PWKI mulai menunjukkan jatidirinya. Dan dalam kemajelisan mulai muncul pemikiran-pemikiran untuk menjadi lebih baik dalam kehidupan bergereja. Masa-masa sulit terjadi saat munculnya pemberontakan-pemberontakan di Indonesia, terutama setelah meletusnya pemberontakan PKI. Gereja sering kali mendapat cap pelindung pemberontak. Namun hal itu terjadi hanya sesaat. Hingga awal tahun 1990an, kehidupan bergereja di GKJ Purbalingga semakin dinamis seiring dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Tanggal 18 Desember 1992, Ds.J.Marmojoewono meninggal dunia.

Pdt. Drs. SOEDJATMOKO[sunting | sunting sumber]

Beliau merupakan PENDETA KONSULEN untuk jemaat GKJ Purbalingga saat jabatan pendeta kosong atas meninggalnya Ds.J. Marmojoewono, sampai dengan ditahbiskannya pendeta yang melayani di GKJ Purbalingga. Beliau merupakan pendeta tetap yang melayani jemaat di GKJ Arcawinangun, Purwokerto.

Pdt.TANTO KRISTIONO, S.Th[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 30 Agustus 1993 dilakukan Pentahbisan terhadap diri Pdt. Tanto Kristiono sebagai Pendeta di GKJ Purbalingga. Pada masanya, kegiatan kesenian cukup mendapat perhatian dalam kehidupan bergereja. Namun pada tanggal 14 November 1995 Pdt.Tanto Kristiono,S.Th meninggalkan GKJ Purbalingga dan mulai melakukan pelayanan di Solo.

GKJ PENARUBAN DIDEWASAKAN[sunting | sunting sumber]

Kelompok Penaruban didewasakan menjadi GKJ Penaruban pada tanggal 25 Oktober 1995 dan mulai membentuk majelis gereja.

Pdt. David Widhi Prasetyo, Sm.Th[sunting | sunting sumber]

Beliau merupakan PENDETA KONSULEN untuk jemaat GKJ Purbalingga untuk mengisi kekosongan jabatan pendeta sepeninggal Pdt. TANTO KRISTIONO, sampai ditahbiskannya pendeta baru yang akan melayani di GKJ Purbalingga. Beliau merupakan pendeta tetap yang melayani jemaat di GKJ Klampok, Banjarnegara.

GEDUNG GEREJA DIPUGAR PADA TAHUN 1997[sunting | sunting sumber]

Pemugaran dilakukan dengan pertimbangan usia bangunan yang sudah cukup tua, di samping itu juga ada keinginan untuk lebih memperbesar daya tampung jemaat yang semakin bertambah.

Pdt. RUDIARTO BUDI PRASETYO, S.Th.[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 28 November 1997 Pdt.Rudiarto Budi Prasetyo,S.Th. ditahbiskan sebagai Pendeta di GKJ Purbalingga. Beliau masih melayani di jemaat GKJ Purbalingga sampai dengan sekarang ini.

Pdt. DWI ARIYANTO,S.Si.Theol.[sunting | sunting sumber]

Pendeta Dwi Ariyanto,S.Si. Theol. ditahbiskan sebagai Pendeta Kedua GKJ Purbalingga pada tanggal 14 Oktober 2002.

Pentahbisan tersebut dilakukan dengan harapan pemeliharaan Jemaat GKJ Purbalingga dapat semakin lebih baik dengan adanya dua orang pendeta.

Namun adanya dua orang pendeta di GKJ Purbalingga tidak berlangsung lama karena Pdt.Dwi Ariyanto,Ssi.Theol harus meninggalkan pelayanan di GKJ Purbalingga pada bulan Desember 2004. Dan saat ini Beliau melayani jemaat di GKJ Purwodadi.

Pdt. SLAMET WALUYO, S.Si[sunting | sunting sumber]

Sepeninggal Pdt. Dwi Ariyanto,S.Si.Theol. hanya tinggal satu orang pendeta yang melayani jemaat di GKJ Purbalingga. Untuk itu dirasa perlu kembali memanggil seorang pendeta untuk bersama-sama melakukan pelayanan dengan Pdt. Rudiarto Budi Prasetyo, S.Th. Akhirnya pada tanggal 28 Juni 2008 GKJ Purbalingga kembali memiliki dua orang pendeta jemaat dengan ditahbiskannya Pdt. Slamet Waluyo, S.Si.

Sangat besar harapan gereja dengan adanya dua pendeta yang melayani Jemaat, supaya kegiatan pelayanan dan pekabaran Injil dalam lingkup GKJ Purbalingga serta lingkungan di sekitarnya dapat menjadi lebih baik.

Referensi[sunting | sunting sumber]

Benih yang Tumbuh – Satu Abad GKJ Purbalingga, Ds. Joesoep Marmojoewono, 1966

150 Tahun Jejak Langkah Pekabaran Injil di Purbalingga - 150 Tahun GKJ Purbalingga, Panitia Hari Ulang Tahun Gereja Kristen Jawa Purbalingga, 2016