Gangguan somatoform

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gangguan somatoform merupakan gangguan kecemasan atau ketegangan psikologi yang berupa keluhan dibagian fisik tetapi secara medis gejala-gejala fisik yang dialami tidak terbukti kebenarannya. Gangguan ini sering juga disebut dengan briquet's syndrom. Gangguan ini dapat timbul akibat adanya konflik intrapsikis, hubungan intrerpersonal, kecendrungan individu dan pengalaman psikologi yang buruk, serta adanya hambatan dalam mengkomunikasikan keadaan emosi.Gejala-gejala gangguan ini secara umum biasanya tidak berfungsinya pencernaan di usus besar karena tekanan, lelah, dan lemah.[1]

Gejala dari gangguan ini kadang-kadang mirip dengan penyakit lain dan dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Biasanya, gejala mulai muncul selama masa remaja, dan pasien didiagnosis sebelum usia 30 tahun.[2] Gejala dapat terjadi secara lintas budaya dan gender.[3] Gejala umum lainnya termasuk kecemasan dan depresi.[3] Namun, karena kecemasan dan depresi juga sangat umum pada orang dengan penyakit medis yang dikonfirmasi,[4] hal ini yang kemudian membuat diagnosis menjadi sulit. Hal itu disebabkan karena apakah gejala-gejala yang muncul merupakan konsekuensi dari gangguan fisik yang dimiliki atau penyebab dari gangguan gejala somatik. Gangguan gejala somatik bukanlah hasil dari berpura-pura (gejala yang dibuat-buat atau dilebih-lebihkan untuk motif sekunder) atau gangguan buatan (dengan sengaja membuatnya, atau melebih-lebihkan gejala).[5][6]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Gangguan somatisasi pertama kali dijelaskan oleh Paul Briquet pada tahun 1859 dan kemudian dikenal sebagai sindrom Briquet.[7] Dia mendeskripsikan gangguan ini dengan beberapa pasien yang sakit-sakitan hampir sepanjang hidup mereka dan mengeluhkan berbagai gejala yang ada pada sistem organ mereka secara berbeda. Beberapa gejala tersebut bahkan masih bertahan meskipun sudah melalui serangkaian konsultasi, rawat inap dan pemeriksaan.[8]

Perawatan[sunting | sunting sumber]

Psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT), adalah bentuk pengobatan yang paling banyak digunakan untuk mengobati gangguan gejala somatik. Pada tahun 2016, sebuah studi yang dilakukan selama 12 minggu secara acak menyimpulkan adanya peningkatan kecemasan kesehatan secara stabil dan signifikan pada pasien yang menjalani terapi perilaku kognitif dibandingkan dengan kelompok kontrol.[9][10]

Meskipun begitu, terapi perilaku kognitif dapat membantu dengan beberapa cara berikut, seperti pembelajaran yang baik untuk mengurangi stres, gejala fisik, dan menghadapi depresi dan masalah psikologis lainnya. Selain itu, terapi perilaku kognitif juga dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan mengurangi rasa khawatir ketika gejala dari gangguan muncul.[11]

Selain itu, psikoterapi interpersonal psikodinamik singkat (PIT) untuk pasien dengan gangguan multisomatoform juga menunjukkan efektiviyas jangka panjang untuk meningkatkan kualitas hidup secara fisik pada pasien dengan gejala yang banyak, sulit diobati, dan tidak dapat dijelaskan secara medis.[12]

Obat antidepresan juga dapat digunakan untuk mengobati beberapa gejala depresi dan kecemasan yang umum di antara orang-orang yang memiliki gangguan gejala somatik.[13][14] Namun, obat-obatan tidak akan menyembuhkan gangguan gejala somatik secara keseluruhan, tetapi dapat membantu proses pengobatan bila dikombinasikan dengan CBT.

Kontroversi[sunting | sunting sumber]

Gangguan gejala somatik sebenarnya menjadi diagnosis yang kontroversial, karena secara historis didasarkan terutama pada kriteria negatif. Gangguan ini pada dasarnya berdasarkan atas tidak adanya penjelasan medis untuk keluhan fisik yang muncul. Akibatnya, setiap orang yang menderita penyakit yang sulit untuk dipahami dapat berpotensi memenuhi kriteria untuk didiagnosis dengan gangguan ini, bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala psikologis dalam pengertian yang konvensional.[15][16]

Salah diagnosis[sunting | sunting sumber]

Menurut pendapat Allen Frances, ketua kelompok kerja yang menyusun DSM-IV, gangguan gejala somatik DSM-5 membawa risiko bagi beberapa psikolog atau psikiater untuk salah memberi label kepada sebagian besar populasi karena menganggap mereka semua mengidap sakit mental. Ia menyatakan bahwa "Jutaan orang dapat mengalami kesalahan diagnosis, dengan beban yang tidak proporsional jatuh pada wanita, karena mereka lebih cenderung dianggap sebagai 'bencana' ketika mereka mengalami gejala fisik dari penyakit yang mereka alami."[17]

Sub-gangguan[sunting | sunting sumber]

Gangguan somatoform merupakan sebuah kelompok gangguan jiwa. Gangguan somatoform dapat dibagi menjadi beberapa sub-bagian, yaitu gangguan somatisasi, gangguan hipokondriasis, gangguan nyeri, gangguan citra tubuh, dan gangguan konversi. Tiap sub-bagian ini memiliki ciri khasnya masing-masing. Dalam praktik klinik, gangguan somatisasi dan gangguan hipokondriasi merupakan yang paling umum ditemukan.[18]

Somatisasi[sunting | sunting sumber]

Somatisasi merupakan salah satu jenis gangguan somatoform yang sumber gangguannya berasal dari kecemasan yang dinyatakan dalam bentuk keluhan fisik. Penjelasan medis untuk gangguan somatisasi belum ada. Namun, gangguan somatisasi berkaitan dengan permasalahan stres. Orang lain hanya akan mengerti dengan gangguan somatisasi jika penderita mengeluhkan kondisinya.[19]

Ciri utama[sunting | sunting sumber]

Pasien yang menderita gangguan somatoform umumnya mendatangi dokter dengan keluhan somatik bersama dengan kondisi depresi dan kecemasan. Keluhan gejala-gejala fisik yang berulang-ulang merupakan ciri utama dari gangguan somatoform. Keluhan ini disertai dengan pemeriksaan medis meskipun telah dibuktikan bahwa hasilnya negatif secara berulang kali. Keluhan juga tetap diminta meskipun pasien telah menerima penjelasan dokter bahwa kelainan yang menjadi dasar dari keluhannya tidak dapat ditemukan.[20]

Simtom[sunting | sunting sumber]

Gangguan somatoform diawali oleh gangguan-gangguan neurotik. Ciri khas gangguan neurotiknya adalah kondisi emosi yang ekstrem. Kondisi emosi ini kemudian berubah menjadi simtom-simtom fisik. Beberapa bentuk simtom fisik yang dialami oleh penderita agangguan somatoform yaitu kelumpuhan anggota tubuh, kebutaan, ketulian, rasa sakit dan nyeri yang luar biasa. Penderita gangguan somatoform juga muntah secara terus-menerus, sakit kepala dan gemetar.[21]

Literatur[sunting | sunting sumber]

Gangguan somatoform dibahas pada Bab V di dalam ICD-10. Bab ini terbagi menjadi 11 blok. Gangguan somatoform berada dalam blok ke-5 bersama dengan gangguan neurotik dan gangguan yang berkaitan dengan stres. Kode bloknya dalam rentang F40-F48.[22]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ www.google.com https://media.neliti.com/media/publications/128526-ID-peranan-kepribadian-dan-stres-kehidupan. Diakses tanggal 2020-01-25.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)[pranala nonaktif permanen]
  2. ^ "Somatic Symptom Disorder and Illness Anxiety Disorder | Abnormal Psychology". courses.lumenlearning.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-07. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  3. ^ a b Kroenke, Kurt; Spitzer, Robert L.; deGruy, Frank V., III; Hahn, Steven R.; Linzer, Mark; Williams, Janet B. W.; Brody, David; Davies, Mark (1997-04-01). "Multisomatoform Disorder: An Alternative to Undifferentiated Somatoform Disorder for the Somatizing Patient in Primary Care". Archives of General Psychiatry. 54 (4): 352–358. doi:10.1001/archpsyc.1997.01830160080011. ISSN 0003-990X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-08. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  4. ^ Cassem, Edwin H. (1995-03-01). "Depressive Disorders in the Medically Ill: An Overview". Psychosomatics (dalam bahasa Inggris). 36 (2): S2–S10. doi:10.1016/S0033-3182(95)71698-X. ISSN 0033-3182. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-01. Diakses tanggal 2022-04-01. 
  5. ^ Oyama, Oliver; Paltoo, Catherine; Greengold, Julian (2007-11-01). "Somatoform Disorders". American Family Physician. 76 (9): 1333–1338. ISSN 0002-838X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-12. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  6. ^ Leigh, Hoyle (2015). Leigh, Hoyle; Streltzer, Jon, ed. Somatic Symptom and Related Disorders (dalam bahasa Inggris). Cham: Springer International Publishing. hlm. 291–301. doi:10.1007/978-3-319-11005-9_21. ISBN 978-3-319-11005-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-10. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  7. ^ "Briquet's syndrome". dictionary.apa.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-27. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  8. ^ "Briquet's Syndrome (somatization disorder, DSM-IV- TR #300.81)" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2018-05-17. Diakses tanggal 31 Maret 2022. 
  9. ^ Hedman, Erik; Axelsson, Erland; Andersson, Erik; Lekander, Mats; Ljótsson, Brjánn (2016-11). "Exposure-based cognitive–behavioural therapy via the internet and as bibliotherapy for somatic symptom disorder and illness anxiety disorder: randomised controlled trial". The British Journal of Psychiatry (dalam bahasa Inggris). 209 (5): 407–413. doi:10.1192/bjp.bp.116.181396. ISSN 0007-1250. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-08. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  10. ^ van Dessel, Nikki; den Boeft, Madelon; van der Wouden, Johannes C.; Kleinstäuber, Maria; Leone, Stephanie S.; Terluin, Berend; Numans, Mattijs E.; van der Horst, Henriëtte E.; van Marwijk, Harm (2014-11-01). "Non-pharmacological interventions for somatoform disorders and medically unexplained physical symptoms (MUPS) in adults". The Cochrane Database of Systematic Reviews (11): CD011142. doi:10.1002/14651858.CD011142.pub2. ISSN 1469-493X. PMID 25362239. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-14. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  11. ^ "Somatic symptom disorder Treatments and drugs - Mayo Clinic". web.archive.org. 2017-04-19. Archived from the original on 2017-04-19. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  12. ^ Sattel, H.; Lahmann, C.; Gündel, H.; Guthrie, E.; Kruse, J.; Noll-Hussong, M.; Ohmann, C.; Ronel, J.; Sack, M. (2012-01). "Brief psychodynamic interpersonal psychotherapy for patients with multisomatoform disorder: randomised controlled trial" (PDF). The British Journal of Psychiatry: The Journal of Mental Science. 200 (1): 60–67. doi:10.1192/bjp.bp.111.093526. ISSN 1472-1465. PMID 22075651. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-04-06. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  13. ^ "Somatic Symptom Disorders Medication: Antidepressants". emedicine.medscape.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-27. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  14. ^ "Somatic symptom disorder - Diagnosis and treatment - Mayo Clinic". www.mayoclinic.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-19. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  15. ^ Häuser, Winfried; Wolfe, Frederick (2013-12-01). "The somatic symptom disorder in DSM 5 risks mislabelling people with major medical diseases as mentally ill". Journal of Psychosomatic Research (dalam bahasa Inggris). 75 (6): 586–587. doi:10.1016/j.jpsychores.2013.09.005. ISSN 0022-3999. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-06. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  16. ^ "Somatic Symptom and Related Disorders | Boundless Psychology". courses.lumenlearning.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-06. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  17. ^ "Somatic symptom disorder: New disorder could classify millions of people as mentally ill". ScienceDaily (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-05. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  18. ^ Andri (2011). "Konsep Biopsikososial pada Keluhan Psikosomatik" (PDF). Journal of the Indonesian Medical Association. 61 (9): 376. 
  19. ^ Irlaks, V. S., dkk. (2020). "Hubungan antara Stres Akademik dengan Kecenderungan Gejala Somatisasi pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2015" (PDF). Jurnal Kesehatan Andalas. 9 (3): 335. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-03-21. Diakses tanggal 2022-03-21. 
  20. ^ Noerhidajati, E., dkk. (2010). "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Amplifikasi Somatosensori Pada Penderita dengan Keluhan Nyeri Ulu Hati" (PDF). Sains Medika. 2 (2): 180. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-03-21. Diakses tanggal 2022-03-21. 
  21. ^ Fadli, F., dkk. (2019). Bunga Rampai Apa itu Psikologi?: Rangkaian Catatan Ringkas Tentang Gangguan Jiwa (PDF). Lhokseumawe: Unimal Press. hlm. 9. ISBN 978-602-464-072-9. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-11-05. Diakses tanggal 2022-03-21. 
  22. ^ Nuryati dan Kresnowati, L. (2018). Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit dan Masalah Terkait III: Anatomi, Fisiologi, Patologi, Terminologi Medis dan Tindakan pada Sistem Panca Indra, Saraf dan Mental (PDF). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. hlm. 55. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-03-04. Diakses tanggal 2022-03-21.