Lompat ke isi

Gangguan suasana hati

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Gangguan mood)
Gangguan suasana hati
Informasi umum
Nama lainGangguan afektif
SpesialisasiPsikiatri
PenyebabRiwayat keluarga, riwayat diagnosis gangguan suasana hati, trauma, stres atau perubahan besar dalam hidup untuk kasus depresi, penyakit jasamani atau penggunaan obat tertentu. Depresi berhubungan dengan penyakit besar seperti kanker, kencing manis, penyakit Parkinson, dan penyakit jantung. Struktur dan fungsi otak untuk kasus gangguan bipolar.[1]
PengobatanAntidepresan, penstabil suasana hati, antipsikotik[1]

Gangguan suasana hati atau gangguan afektif ialah sekelompok kondisi gangguan jiwa dan perilaku mana saja [2] yang berciri utama gangguan pada suasana hati seseorang. [3] Klasifikasi kelompok ini termuat pada Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, DSM) dan Klasifikasi Penyakit Internasional (International Classification of Diseases, ICD).

Gangguan suasana terbagi menjadi tujuh kelompok,[2] yaitu suasana hati yang sangat tinggi, seperti mania atau hipomania; suasana hati rendah, dengan gangguan yang paling terkenal dan banyak diteliti adalah gangguan depresi mayor (major depressive disorder, MDD) (atau dikenal juga sebagai depresi klinis, depresi unipolar, atau depresi mayor); dan suasana hati yang berganti bergiliran antara mania dan depresi, dikenal sebagai gangguan bipolar (bipolar disorder, BD) (sebelumnya dikenal sebagai depresi manik). Terdapat sejumlah subtipe gangguan depresi atau sindrom kejiwaan yang memiliki gejala yang tidak begitu parah seperti gangguan distimik (mirip dengan MDD tetapi berlangsung lebih lama dan lebih persisten walau seringkali lebih ringan) dan gangguan siklotimik (mirip dengan BD tetapi lebih ringan). [4]

Pada sejumlah kasus, seseorang dapat mengalami lebih dari satu gangguan suasana hati, misalnya gangguan bipolar dan gangguan depresi.[butuh rujukan] Gangguan suasana hati juga dapat disebabkan oleh suatu zat/obat atau suatu kondisi medis yang memicu respons psikiatri.

Awalnya, sebuah kategori yang merangkap seluruh gangguan tersebut dinamai affective disorder (gangguan afektif) dalam usulan Psikiater Inggris Henry Maudsley. [5] Kemudian, istilah ini digantikan mood disorder (gangguan suasana hati) karena istilah baru ini mengacu pada keadaan emosional longitudinal yang mendasari gangguan [6] sedangkan yang lama mengacu pada ekspresi eksternal yang diamati oleh orang lain. [3]

Klasifikasi

[sunting | sunting sumber]

Gangguan depresi

[sunting | sunting sumber]
  • Gangguan depresi mayor (major depressive disorder, MDD), biasa disebut depresi mayor, depresi unipolar, atau depresi klinis, terjadi ketika seseorang mengalami satu atau lebih episode depresi mayor. Setelah satu episode, penegakan diagnosis gangguan depresi mayor (satu episode) berlaku. Setelah lebih dari satu episode, diagnosis yang ditegakkan adalah gangguan depresi mayor (kambuh). Depresi tanpa periode mania kadang disebut depresi unipolar karen menetap di "kutub" bawah, tidak naik menjadi lebih tinggi ke "kutub" mania seperti pada gangguan bipolar.[7] Pengidap episode depresi mayor atau gangguan depresi mayor berisiko tinggi bunuh diri. Mencari bantuan dan penanganan dari tenaga kesehatan dapat sangat menurunkan risiko bunuh diri. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa menanyakan kepada teman atau anggota keluarga yang depresi apakah ia pernah memiliki pemikiran bunuh diri ialah cara yang efektif dalam mengidentifikasi mereka yang berisiko dan bukan merupakan hal yang menanamkan ide bunuh diri atau meningkatkan risiko bunuh diri.[8] Studi epidemiologi di Eropa pada akhir abad ke-20 menunjukkan bahwa sekitar 8,5% populasi dunia mengalami gangguan depresi. Semua kelompok umur dapat terkena depresi, bahkan bayi berumur enam bulan yang terpisah dari ibunya mengalami hal ini.[9] Namun demikian, terdapat perbedaan prevalensi MDD karena pengaruh budaya yang "menantang definisi dan diagnosis gangguan psikiatri" seperti pada studi oleh Parker dkk. yang meneliti MDD pada bangsa Tionghoa.[10] Gangguan depresi (juga dikenal sebagai depresi) adalah gangguan jiwa yang umum. Depresi berbeda dari perubahan suasana hati dan perasaan yang umum pada kehidupan sehari-hari. Depresi dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, dapat terjadi pada siapa saja. Mereka yang pernah hidup mengalami pelecehan/kekerasan, kehilangan besar, atau kejadian menekan lain memiliki kemungkinan lebih besar mengalami depresi.[11]
  • Gangguan depresi sering muncul pada tingkat layanan kesehatan primer dan rumah sakit tetapi sering tidak terdeteksi. Gangguan depresi yang tidak disadari dapat memperlambat pemulihan dan memperburuk prognosis penyakit fisik sehingga semua dokter harus dapat mengenali kondisi ini, menangani kasus yang tidak begitu parah, dan mengidentifikasi kasus yang membutuhkan penanganan dari spesialis. Dokter yang mendiagnosis mengenali sejumlah subtipe atau penentu/spesifikasi kondisi:[butuh rujukan]
    • Depresi atipikal (atypical depression, AD) bercirikan positivitas dan reaktivitas suasana hati (anhedonia paradoks),[butuh rujukan] peningkatan berat badan atau nafsu makan yang signifikan, tidur berlebihan atau somnolens (hipersomnia), sensasi berat pada alat gerak yang disebut leaden paralysis, dan kerusakan fungsi sosial sebagai akibat hipersensitivitas terhadap penolakan interpersonal.[12] Kesulitan pengukuran subtipe ini membuat validitas dan prevalensinya dipertanyakan.[13]
    • Depresi melankolis bercirikan kehilangan rasa senang (anhedonia) dalam sebagian besar atau semua kegiatan, kegagalan reaksi terhadap stimulus penyebab rasa senang, mutu suasana hati depresi yang lebih menonjol daripada rasa sedih atau kehilangan, memburuknya gejala pada pagi hari, terbangun pada dini hari, retardasi psikomotor, kehilangan berat badan berlebihan (bukan anoreksia nervosa), atau rasa bersalah berlebihan.[14]
    • Depresi mayor psikotik (psychotic major depression, PMD), atau depresi psikotik, merupakan istilah untuk episode depresi mayor dengan keadaan melankolis yang mana pasien mengalami gejala psikosis seperti delusi atau, terkadang, halusinasi. Kondisi ini kebanyakan sesuai dengan suasana hati, isi psikosis bertepatan dengan tema depresi.[15]
    • Depresi katatonik ialah bentuk depresi mayor yang parah dan jarang, gejalanya menyangkut gangguan pada perilaku gerak dan lainnya. Pada kondisi ini, seseorang tidak dapat berbicara dan hampir tidak sadar. Di samping itu penderita tidak dapat bergerak atau tampak bergerak tak menentu atau dengan pola yang aneh. Gejala katatonik juga dapat muncul pada skizofrenia, episode mania, atau karena sindrom neuroleptik maligna.[16]
    • Depresi pasca persalinan (postpartum depression, PPD) terdaftar sebagai salah satu spesifikasi depresi pada DSM-IV-TR; mengacu pada depresi hebat, lama, dan terkadang pembuat penderita tidak berdaya melakukan apa-apa, penderita yang dimaksud adalah perempuan yang telah melahirkan. PPD diidap oleh 10–15% perempuan, biasanya bermula dalam tiga bulan setelah persalinan dan berlangsung selama tiga bulan.[17] Secara umum, perempuan mengalami rasa lelah dan sedih jangka pendek pada beberapa pekan setelah persalinan tetapi PPD berbeda karena dapat menyebabkan kesukaran dan gangguan fungsi individu di rumah, tempat kerja, atau pendidikan di samping mungkin masalah pada hubungan dengan anggota keluarga, pasangan, atau teman, atau bahkan ikatan dengan anak yang baru dilahirkan.[butuh rujukan] Penanganan farmakologi gangguan depresi mayor pasca persalinan dan depresi unipolar lain yang dianjurkan pada perempuan yang sedang menyusui mencakup nortriptilin, paroksetin, atau sertralin.[18] Perempuan dengan gangguan suasana hati pada riwayat pribadi atau keluarga memiliki risiko tinggi mengalami PPD.[butuh rujukan]
    • Gangguan disforik prahaid (premenstrual dysphoric disorder, PMDD) ialah bentuk sindrom prahaid yang parah dan membuat penderita tidak berdaya, gangguan ini mengenai 3–8% perempuan yang sedang menstruasi. Kelompok gejala afektif, perilaku, dan somatik PMDD muncul tiap bulan selama fase luteal siklus menstruasi.[19] Gangguan ini dimasukkan ke DSM pada tahun 2013. Patogenesis pastinya belum jelas dan masih menjadi topik penelitian aktif. Penanganan PMDD bergantung besar pada antidepresan yang memodulasi kadar serotonin otak melalui inhibitor pengambilan kembali serotonin dan pencegahan ovulasi melalui kontrasepsi.[19][20]
    • Gangguan afektif musiman (seasonal affective disorder, SAD), juga dikenal sebagai "winter depression" atau "winter blues", ialah salah satu spesifikasi depresi. Sebagian orang mengalami pola yang mengikuti musim, episode depresi muncul pada musim gugur atau dingin dan berakhir pada musim semi. Diagnosis gangguan ini ditegakkan jika sekurang-kurangnya dua episode terjadi pada musim dengan suhu dingin dan tak satupun episode pada waktu lain selama dua tahun atau lebih.[21] Hipotesis yang biasa digunakan yaitu mereka yang tinggal di daerah dengan lokasi lintang tinggi cenderung mendapatkan paparan cahaya matahari yang lebih sedikit sehingga mengalami SAD lebih tinggi. Namun demikian, bukti epidemiologi untuk ide tersebut tidak kuat, faktor penentu mata mendapatkan cahaya matahari pada musim dingin bukan hanya lokasi lintang. Gangguan ini dianggap dapat ditangani dengan terapi cahaya.[22] SAD juga lebih banyak muncul pada mereka dengan usia yang lebih muda dan biasanya mengenai perempuan daripada laki-laki.[23]
    • Gangguan distimik adalah kondisi yang berhubungan dengan depresi unipolar, masalah kognitif dan fisik yang sama muncul secara nyata tetapi tidak sama parahnya dan cenderung berlangsung lebih lama, biasanya sekurang-kurangnya dua tahun.[24] Penanganan distimia ini secara garis besar sama dengan depresi mayor, meliputi penggunaan antidepresan dan psikoterapi.[25]
    • Depresi ganda (double depression) ialah kondisi dengan suasan hati yang dapat dianggap depresi (distimia) yang berlangsung sekurang-kurangnya dua tahun dan diisi dengan sejumlah periode depresi mayor.[24]
    • Gangguan depresi tanpa spesifikasi (unspecified depressive disorder) terdaftar dengan kode 311 untuk gangguan depresi. Pada DSM-V, gangguan ini meliputi gejala yang merupakan ciri gangguan depresi dan menyebabkan pemburukan fungsi individu yang signifikan tetapi tidak memenuhi kriteria spesifikasi gangguan depresi manapun. Pada DSM-VI, gangguan ini disebut depressive disorder not otherwise specified.
    • Gangguan kepribadian depresi (depressive personality disorder, DPD) ialah diagnosis psikiatri kontroversial seputar gangguan kepribadian dengan ciri depresi. Awalnya, gangguan ini termuat pada DSM-II tetapi dikeluarkan dari DSM-III dan DSM-III-R.[butuh rujukan] Di kemudian hari, DPD dipertimbangkan untuk dimasukkan kembali untuk penegakan diagnosis: gangguan ini dibahas dalam Appendix B pada DSM-IV-TR sebagai topik yang penting untuk diteliti lebih lanjut.
    • Depresi singkat rekuren (recurrent brief depression, RBD) dipisahkan dari gangguan depresi mayor karena perbedaan durasi gangguan. Mereka yang mengidap RBD mengalami episode depresi sekali dalam satu bulan yang masing-masing episodenya berlangsung kurang dari dua pekan dan biasanya kurang dari 2–3 hari. Penegakan diagnosis RBD harus memenuhi syarat: episode-episode tersebut berlangsung sepanjang sekurang-kurangnya satu tahun dan, pada pasien perempuan, tidak bergantung pada siklus menstruasi.[26] Mereka yang menderita depresi klinis dapat mengalami RBD dan begitu pula sebaliknya, kedua penyakit tersebut memiliki risiko yang sama.[27]
    • Gangguan depresi minor, atau depresi minor, mengacu pada depresi yang tidak sepenuhnya memenuhi kriteria diagnosis depresi mayor. Pada gangguan ini, sekurang-kurangnya dua gejala muncul selama dua pekan.[28]

Gangguan bipolar

[sunting | sunting sumber]
  • Gangguan bipolar (bipolar disorder, BD) (juga disebut depresi manik atau manic-depressive disorder) ialah kondisi emosional yang tidak stabil dengan ciri daur abnormal dari tahap tinggi (mania) dan tahap rendah (depresi).[29][30] Subtipe gangguan ini mencakup:
    • Bipolar tipe I ialah kondisi yang diagnosisnya ditegakkan berdasarkan keberadaan atau riwayat satu atau lebih episode mania atau campuran dengan atau tanpa episode depresi mayor. Episode depresi tidak menjadi persyaratan diagnosis gangguan bipolar ini tetapi biasanya merupakan fase yang dialami di kemudian hari.
    • Bipolar tipe II ialah gangguan dengan kekambuhan (rekurensi) bergantian episode hipomania dan depresi atau episode campuran.
    • Siklotimia ialah bentuk BD dengan rekurensi episode hipomania dan distimia tanpa episode mania ataupun episode depresi mayor.
    • Gangguan bipolar tanpa spesifikasi (bipolar disorder not otherwise specified, BD-NOS) biasa juga disebut sub-threshold bipolar (bipolar di bawah ambang). Gangguan ini berlaku jika pasien mengidap sejumlah gejala pada spektrum bipolar (contohnya gejala mania dan depresi) tetapi tidak sepenuhnya memenuhi syarat spesifikasi formal tiga jenis bipolar sesuai diagnosis DSM-IV yang telah diterangkan.

Sebuah laporan yang diterbitkan pada awal abad ke-21 memperkirakan bahwa 1% populasi dewasa menderita bipolar tipe I, 1% lainnya mengalami bipolar tipe II atau siklotimia, dan sekitar 2–5% mengalami BD-NOS. Selain itu, kemungkinan mengalami BD jika salah satu orang tua didiagnosis demikian ialah 15–30%; jika kedua orang tua mengidap BD maka risikonya menjadi 50–75%; jika saudara mengidap maka 15–25%; dan jika saudara kembar identik maka 70%.[31]

Gangguan akibat zat

[sunting | sunting sumber]

Suatu gangguan suasana hati dapat digolongkan terjadi akibat penggunaan suatu zat jika penyebabnya dapat terlacak sebagai efek faal langsung dari obat psikoaktif (atau senyawa kimia lain) atau jika berkembangnya gangguan suasana hati itu beriringan dengan intoksikasi atau putus obat/suatu zat. Selain itu, seseorang dapat mengalami gangguan suasana hati bersamaan dengan gangguan penyalahgunaan suatu zat. Gangguan suasana hati akibat zat memiliki ciri episode mania, hipomania, campuran, atau depresi. Sebagian besar zat dapat menyebabkan gangguan suasana hati yang beragam. Misalnya, zat stimulan seperti amfetamin, metamfitamin, dan kokain dapat menyebabkan episode mania, hipomania, campuran, dan depresi.[32]

Akibat alkohol

[sunting | sunting sumber]

Gangguan depresi mayor banyak terjadi pada peminum minuman keras kelas berat dan mereka yang mengidap alkoholisme. Kontroversi pernah muncul tentang kemungkinan mereka yang menyalahgunakan minuman keras dan kemudian mengidap depresi sebenarnya melakukan swamedikasi depresi yang sebelumnya telah ada. Penelitian di awal abad ke-21 berkesimpulan bahwa hal tersebut mungkin benar pada sejumlah kasus tetapi penyalahgunaan alkohol secara langsung menyebabkan depresi pada banyak peminum berat. Partisipan dalam penelitian itu juga diteliti pada waktu kejadian-kejadian penyebab stres dalam kehidupan dan dinilai dengan skala perasaan buruk (Feeling Bad Scale). Partisipan itu juga diteliti pada hal keterikatan mereka dengan teman yang menyimpang, menganggurnya partisipan, serta penggunaan obat/zat dan tindak kriminal oleh pasangan partisipan.[33][34][35] Depresi yang disebabkan alkohol dan depresi yang tidak terkait penggunaan alkohol biasanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan riwayat pasien.[35][36][37] Depresi dan masalah kesehatan mental lain yang berkaitan dengan penyalahgunaan alkohol dapat disebabkan oleh perubahan kimiawi otak karena kondisi tersebut dapat membaik dengan sendirinya setelah pengidap menahan diri menggunakan minuman keras.[38]

Akibat benzodiazepin

[sunting | sunting sumber]

Obat golongan benzodiazepin seperti alprazolam, klonazepam, lorazepam, dan diazepam dapat menyebabkan depresi dan mania.[39] Golongan obat tersebut biasanya digunakan untuk menangani kecemasan, serangan panik, dan insomnia, golongan ini pun biasa disalahgunakan. Mereka yang mengalami kecemasan, gangguan tidur, dan panik biasanya mengalami emosi dan pikiran negatif, depresi, pemikiran bunuh diri, dan seringkali gangguan depresi komorbid. Dalam proses pengobatan dengan benzodiazepin, efek hipnotik dan anksiolisisnya dapat menghilang karena toleransi terhadap obat muncul sedangkan depresi dan sikap impulsif dengan risiko bunuh diri tinggi biasanya masih berlangsung. Gejala tersebut "sering diartikan sebagai eksaserbasi (bertambah parahnya penyakit) atau perkembangan alami gangguan-gangguan yang sudah ada sementara penggunaan zat penenang jangka panjang diabaikan."[40] Obat golongan benzodiazepin tidak mencegah perkembangan depresi, dapat memperparah depresi yang telah ada, dapat menyebabkan depresi pada mereka yang tidak memiliki riwayat penyakit itu, dan dapat berakibat percobaan bunuh diri.[40][41][42][43][44] Faktor risiko bunuh diri dan percobaan bunuh diri selama penggunaan benzodiazepin mencakup peresepan obat ini dalam dosis tinggi (bahkan tanpa kesalahan penggunaan), intoksikasi (keracunan) obat ini, dan depresi yang dialami pengguna obat ini.[39][45][46]

Penggunaan benzodiazepin jangka panjang dapat menyebabkan efek yang mirip dengan alkohol pada otak.[47] Sama seperti alkohol, benzodiazepin memengaruhi struktur kimia saraf dengan penurunan kadar serotonin dan norepinefrin, efek yang menyebabkan perkembangan depresi.[48][49][50][51][52][53] Di samping itu, benzodiazepin dapat memperburuk suasana hati secara tidak langsung dengan penurunan kualitas tidur melalui gangguan tidur akibat benzodiazepin. Sama seperti alkohol, benzodiazepin dapat menidurkan seseorang tetapi menganggu arsitektur tidur: mengurangi waktu tidur, menunda waktu tidur dengan gerak mata cepat, dan mengurangi tidur nyenyak (bagian tidur yang berkontribusi paling besar dalam memulihkan baik energi maupun suasana hati).[54][55][56] Sama seperti antidepresan yang dapat menyebabkan atau memperburuk kecemasan pada sejumlah pasien karena memicu aktivasi saraf, benzodiazepin dapat menyebabkan atau memperburuk depresi karena berperan sebagai depresan pada sistem saraf pusat: memperburuk proses berpikir, konsentrasi, dan pemecahan masalah melalui gangguan neurokognitif akibat benzodiazepin.[39] Namun demikian, tidak seperti antidepresan yang efek aktivasinya membaik setelah pengobatan lebih lanjut, depresi akibat benzodiazepin tidak akan membaik sebelum pengobatan dihentikan.[55][56]

Pada akhir abad ke-20, sebuah penelitian jangka panjang mengikuti pasien yang ketergantungan benzodiazepin. Sepuluh orang (20%) partisipan tersebut mengalami overdosis obat-obatan pada masa pemakaian benzodiazepin jangka panjang padahal sebelumnya hanya dua partisipan yang mengalami depresi. Satu tahun setelah program pemutusan bertahap, tidak satupun partisipan mengalami overdosis obat lagi.[57]

Sama seperti pada penggunaan jangka panjang dan keracunan, pemutusan benzodiazepin juga dapat menyebabkan depresi.[58][59][60] Walaupun gangguan depresi akibat benzodiazepin dapat langsung menjadi parah setelah pemberhentian benzodiazepin, telah terbukti bahwa suasana hati membaik secara signifikan menjadi lebih baik daripada selama pemakaian setelah waktu pemutusan akut.[61] Depresi karena pemutusan benzodiazepin biasanya menghilang setelah beberapa bulan atau 6–12 bulan pada sejumlah kasus.[62][63]

Gangguan karena kondisi medis lain

[sunting | sunting sumber]

"Gangguan suasana hati karena kondisi medis umum" digunakan dalam pembahasan episode mania atau depresi yang muncul sebagai akibat kondisi medis, kondisi sekunder. Terdapat sejumlah kondisi medis yang dapat memicu episode berbagai suasana hati, yaitu gangguan saraf (contohnya demensia), kehilangan pendengaran dan gangguan yang bersangkutan dengannya (contohnya tinitus atau hiperakusis), gangguan metabolik (contohnya kelainan elektrolit), penyakit saluran pencernaan (contohnya sirosis), penyakit endokrin (contohnya kelainan tiroid), penyakit kardiovaskuler (contohnya serangan jantung), penyakit pulmonari (contohnya penyakit paru obstruktif kronis), kanker, penyakit autoimun (contohnya sklerosis multipel), dan kehamilan.[64]

Gangguan tanpa spesifikasi

[sunting | sunting sumber]

Gangguan suasana hatitanpa spesifikasi (mood disorder not otherwise specified, MD-NOS) ialah gangguan suasana hati yang menyebabkan pengidap tidak berdaya dalam kehidupannya tetapi tidak memenuhi kriteria diagnosis spesifik yang telah ditetapkan. Pada DSM-IV, MD-NOS diartikan sebagai "gangguan suasana hati manapun yang tidak memenuhi kriteria suatu gangguan spesifik".[65] MD-NOS tidak digunakan sebagai deskripsi klinis, melainkan sebagai konsep statistik dalam pendataan.[butuh rujukan] Diagnosis MD-NOS tidak tercantum dalam DSM-V tetapi diagnosis gangguan depresi tanpa spesifikasi dan gangguan bipolar tanpa spesifikasi telah ada pada manual tersebut.[66]

Sebagian besar kasus MD-NOS tampak sebagai gabungan gangguan suasana hati dan kecemasan, misalnya gangguan campuran ansietas dan depresi atau depresi atipikal.[butuh rujukan] Contoh MD-DOS yakni kemunculan depresi minor yang sering dengan selang waktu yang beragam, misalnya sekali sebulan atau sekali tiap tiga hari.[65] MD-NOS berisiko tidak disadari sehingga tidak tertangani.[67]

Sejumlah meta-analisis menunjukkan bahwa nilai yang tinggi pada domain kepribadian neurotisme dapat memprediksi kemunculan gangguan suasana hati dengan kuat.[68] Sejumlah penulis berpendapat bahwa gangguan suasana hati merupakan adaptasi evolusi.[69] Suasana hati yang rendah atau depresi dapat meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi situasi yang mana usaha dalam mengejar tujuan itu dapat menyebabkan bahaya, kehilangan, atau kesia-siaan.[70] Pada situasi tersebut, motivasi yang rendah dapat menguntungkan individu karena tindakan-tindakan tertentu menjadi tercegah. Teori ini berkontribusi dalam menjelaskan sebab depresi muncul setelah kejadian negatif dalam kehidupan pada 80% kasus[71] dan sebab depresi sering menyerang mereka yang berada pada masa puncak reproduktif. Hal-hal tersebut sulit dipahami jika depresi merupakan kerusakan fungsi.[70]

Suasana hati depresi ialah tanggapan yang dapat diprakirakan muncul terhadap kejadian tertentu dalam kehidupan seseorang, misalnya terhadap kehilangan status, perceraian, dan kematian anak atau pasangan. Kejadian-kejadian tersebut menandakan kehilangan kemampuan atau potensi reproduktif, atau begitulah pada kerangka lingkungan adaptasi manusia. Suasana hati depresi dapat dianggap sebagai tanggapan adaptif yang mana suasana hati tersebut menyebabkan seseorang meninggalkan mode perilaku sebelumnya (yang tidak berhasil dari sudut pandang reproduktif).[butuh rujukan]

Suasana hati depresi banyak ditemukan pada pengidap penyakit, misalnya influenza. Terdapat pendapat bahwa suasana hati ini muncul sebagai mekanisme yang membantu individu memulihkan diri dengan membatasi kegiatan fisik. Kejadian depresi tingkat rendah selama musim dingin, gangguan afektif musiman, mungkin merupakan adaptasi pada masa lalu yang membatasi kegiatan fisik saat makanan yang tersedia sedikit. Manusia dianggap mempertahankan insting merasakan suasana hati yang rendah pada musim dingin meski ketersediaan makanan tidak lagi bergantung pada musim.[72]

Pengaruh genetik terhadap depresi klinis banyak diketahui dari penelitian pada kembar identik. Pada kelompok sampel yang demikian, kode genetik yang dimiliki persis sama dan diketahui bahwa jika salah satu dari saudara kembar mengalami depresi maka yang lain juga mengalami depresi pada kurang lebih 75% kejadian. Jika sepasang saudara kembar dibesarkan terpisah maka keduanya akan mengalami pada sekitar 67% kejadian. Karena kedua saudara kembar berpeluang tinggi mengalami depresi, diketahui bahwa pengaruh genetik kuat. Jika saja salah satu dari sepasang saudara kembar mengalami depresi dan yang lain selalui juga mengalami depresi maka depresi klinis dianggap sepenuhnya dipengaruhi faktor genetik.[73]

Gangguan bipolar juga dianggap sebagai gangguan suasana hati dan terdapat hipotesis bahwa kondisi ini disebabkan oleh disfungsi mitokondria.[74][75][76]

Perbedaan sesuai jenis kelamin

[sunting | sunting sumber]

Gangguan suasana hati, terutama yang berkaitan dengan stres seperti kecemasan dan depresi, tampak berbeda jumlahnya jika ditinjau dari jenis kelamin. Di Amerika Serikat, perempuan dua kali lebih mungkin terdiagnosis gangguan suasana hati yang berkaitan dengan stres.[77][78] Untuk penyebabnya, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa disregulasi fungsi neuroendokrin yang merespons stres menyebabkan peningkatan kemungkinan kemunculan gangguan-gangguan afektif.[79] Aktivasi berlebihan poros hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) dapat ditelusuri menyebabkan perbedaan berdasarkan jenis kelamin. Neuropeptida faktor pelepas kortikotropin (corticotropin-releasing factor, CRF) dilepaskan dari nukleus paraventrikular (paraventricular nucleus, PVN) hipotalamus, menstimulasi pelepasan hormon adrenokortikotropik (adrenocorticotropic hormone, ACTH) ke peredaran darah. Setelah itu, ACTH memicu pelepasan glukokortikoid seperti kortisol dari korteks adrenal. Kortisol, juga dikenal sebagai hormon stres utama, menyebabkan loop umpan balik negatif ke hipotalamus yang mendeaktivasi respons stres.[80] Jika stresor terus menerus ada, poros HPA akan terus mengalami aktivasi berlebihan dan kortisol pun terus diproduksi. Stres jangka panjang berhubungan dengan pelepasan CRF terus-menerus yang menyebabkan peningkatan produksi kecemasan dan perilaku mirip depresi, proses ini berperan sebagai mekanisme yang mungkin menyebabkan perbedaan prevalensi gangguan suasana hati pada laki-laki dan perempuan.[77]

Diagnosis

[sunting | sunting sumber]

DSM-V yang diterbitkan pada bulan Mei 2013 membagi bab gangguan suasana hati yang sudah ada pada DSM-IV-TR menjadi dua bagian: gangguan depresi dan yang terkait serta gangguan bipolar dan yang terkait. Gangguan bipolar dikategorikan berada di antara gangguan depresi dan spektrum skizofrenia beserta gangguan yang terkait dengannya "karena perannya sebagai jembatan antara kedua kelas diagnosis itu dalam hal gejala, riwayat keluarga, dan genetik".[81] Dalam DSM-V, gangguan bipolar diperbaharui terutama pada penambahan gejala yang yang lebih khusus terkait dengan kondisi hipomania dan mania campuran. Gangguan-gangguan depresi mengalami pembaharuan yang banyak dengan penambahan tiga gangguan baru: gangguan disregulasi suasana hati disruptif, gangguan depresi persisten (sebelumnya distimik), dan gangguan disforik prahaid (sebelumnya tercantum pada Appendix B tentang gangguan yang membutuhkan penelitian lebih lanjut). Gangguan disregulasi suasana hati disruptif ditegakkan untuk diagnosis anak dan remaja yang mengalami gangguan bipolar sebagai pembatasan diagnosis bipolar untuk kelompok usia itu. MDD juga diperbaharui dengan cukup signifikan dalam hal pemindahan klausa kematian. Sebelumnya, seseorang tidak dapat didiagnosis MDD jika mengalami kedukaan karena kehilangan tersebut tetapi hal ini diubah pada DSM-V sehingga seseorang itu dapat ditegakkan mengalami MDD.[82]

Tata laksana

[sunting | sunting sumber]

Gangguan suasana hati dapat ditangani melalui beragam cara, misalnya psikoterapi dan pemberian obat. Terapi perilaku, terapi perilaku kognitif, dan psikoterapi interpersonal merupakan penanganan yang terbukti berpotensi bermanfaat pada tata laksana depresi.[83] Selain itu, obat yang diberikan untuk gangguan depresi mayor antara lain antidepresan tetapi kombinasi antidepresan dan terapi perilaku kognitif ialah lebih efektif daripada salah satu dari keduanya.[84] Sementara itu, gangguan bipolar dapat ditangani dengan pemberian antipsikotik, penstabil suasana hati, antikejang,[85] dan/atau litium. Yang menjadi sorotan adalah litium yang terbukti mengurangi bunuh diri dan penyebab kematian pada mereka yang mengidap gangguan suasana hati.[86] Jika disfungsi mitokondria atau penyakit mitokondria ialah penyebab gangguan suasana hati seperti BD[87] maka N-asetilsistein (N-acetyl-cysteine, NAC), asetil-L-karnitin (acetyl-L-carnitine, ALCAR), S-adenosilmetionin (S-adenosylmethionine, SAMe), koenzim Q10 (CoQ10), asam alfa-lipoat (alpha-lipoic acid, ALA), creatine monohydrate (CM), dan melatonin berpotensi menjadi pilihan dalam tata laksana.[88] Dalam menentukan penanganan, terdapat beragam skala penilaian depresi yang digunakan. Salah satunya adalah skala yang dilaporkan sendiri oleh pengidap, yakni Beck Depression Inventory (BDI). Selain itu, terdapat Hamilton Depression Rating Scale (HAMD) yang memanfaatkan penilaian klinis dengan observasi.[89] Terdapat pula Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) yang memuat gejala-gejala depresi untuk populasi masyarakat umum, skala yang digunakan dalam penelitian. Patient-Health Questionnaire-9 (PHQ-9) merupakan skala dengan pelaporan sendiri oleh pengidap. Yang terakhir, Mood Disorder Questionnaire (MDQ) mengevaluasi gangguan bipolar.[90]

Epidemiologi

[sunting | sunting sumber]

Menurut banyak penelitian epidemiologi, perempuan ialah dua kali lebih mungkin mengalami gangguan suasana hati tertentu seperti depresi mayor. Walaupun jumlah laki-laki dan perempuan yang mengalami gangguan bipolar tipe II ialah sama, perempuan sedikit lebih banyak mengidap gangguan tersebut.[91]

Pada tahun 2011, gangguan suasana hati menjadi alasan kunjungan ke rumah sakit yang paling banyak untuk anak berusia 1–17 tahun di Amerika Serikat (AS), mendekati 112.000 rawat inap.[92] Gangguan suasana hati juga merupakan diagnosis utama bagi pengguna-pengguna paling besar Medicaid di AS pada tahun 2012.[93] Selanjutnya, penelitian di delapan belas negara bagian menunjukkan gangguan suasana hati sebagai penyakit yang menyebabkan kunjungan ke rumah sakit kembali yang paling banyak bagi pasien pengguna Medicaid dan tanpa asuransi, masing-masing pasien yang berjumlah 41.600 dan 12.200 masuk kembali ke rumah sakit dalam kurun 30 hari dari hari pertama mereka dirawat inap (index stay). Pada penelitian itu, readmission rate (tingkat masuk ke rumah sakit kembali) yang ditemukan yakni 19,8 per 100 kunjungan dan 12,7 per 100 kunjungan.[94] Pada tahun 2012, gangguan suasana hati dan perilaku lain menjadi diagnosis yang paling banyak ditegakkan pada rawat inap yang ditanggung oleh Medicaid dan yang tidak ditanggung oleh asuransi di AS dengan rincian 6,1% rawat inap dengan Medicaid dan 5,2% rawat inap tanpa asuransi.[95]

Penelitian yang diadakan pada tahun 1988–1994 dengan sampel warga Amerika usia dewasa memilah ciri demografi dan kesehatan. Pada penelitian itu, sampel sebanyak 8.602 orang dengan usia 17–39 tahun terhitung sebagai partisipan. Prevalensi gangguan pada kehidupan mereka dihitung sehingga ditemukan episode depresi mayor 8,6%; gangguan depresi mayor parah (major depressive disorder with severity, MDE-s) 7,7%; distimia 6,2%; MDE-s dengan distimia 3,4%; gangguan bipolar 1,6%; dan gangguan suasana hati 11,5%.[96]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Mood Disorders". Cleveland Clinic. Diakses tanggal 2022-06-09. 
  2. ^ a b Sartorius 1993, hlm. 91–93.
  3. ^ a b Sadock & Sadock 2002, hlm. 534.
  4. ^ Carlson & Heth 2007, hlm. [halaman dibutuhkan].
  5. ^ Lewis, AJ (1934). "Melancholia: A Historical Review". Journal of Mental Science. 80 (328): 1–42. doi:10.1192/bjp.80.328.1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 December 2008. 
  6. ^ Berrios, GE (1985). "The Psychopathology of Affectivity: Conceptual and Historical Aspects". Psychological Medicine. 15 (4): 745–758. doi:10.1017/S0033291700004980. PMID 3909185. 
  7. ^ Parker, Gordon; Hadzi-Pavlovic, Dusan, ed. (1996). Melancholia: a disorder of movement and mood: a phenomenological and neurobiological review. Cambridge ; New York, NY, USA: Cambridge Unniversity Press. ISBN 978-0-521-47275-3. 
  8. ^ "Wayback Machine" (PDF). www.who.int. Diakses tanggal 2025-02-09. 
  9. ^ Ayuso-Mateos, J. L.; Vázquez-Barquero, J. L.; Dowrick, C.; Lehtinen, V.; Dalgard, O. S.; Casey, P.; Wilkinson, C.; Lasa, L.; Page, H. (2001-10). "Depressive disorders in Europe: prevalence figures from the ODIN study". The British Journal of Psychiatry: The Journal of Mental Science. 179: 308–316. doi:10.1192/bjp.179.4.308. ISSN 0007-1250. PMID 11581110. 
  10. ^ Parker, Gordon; Gladstone, Gemma; Chee, Kuan Tsee (2001-06). "Depression in the Planet's Largest Ethnic Group: The Chinese". American Journal of Psychiatry. 158 (6): 857–864. doi:10.1176/appi.ajp.158.6.857. ISSN 0002-953X. 
  11. ^ "Depressive disorder (depression)". www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-02-09. 
  12. ^ American Psychiatric Association; American Psychiatric Association, ed. (2009). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-IV-TR (edisi ke-4. ed., text rev., 13. print). Arlington, VA: American Psychiatric Assoc. ISBN 978-0-89042-025-6. 
  13. ^ Sadock, Benjamin J.; Kaplan, Harold I.; Sadock, Virginia Alcott (2003). Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry: behavioral sciences, clinical psychiatry (edisi ke-9. ed). Philadelphia, Pa.: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-0-7817-3183-6. 
  14. ^ American Psychiatric Association; American Psychiatric Association, ed. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-IV-TR (edisi ke-4th ed., text revision). Washington, DC: American Psychiatric Association. ISBN 978-0-89042-024-9. 
  15. ^ American Psychiatric Association; American Psychiatric Association, ed. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-IV-TR (edisi ke-4th ed., text revision). Washington, DC: American Psychiatric Association. ISBN 978-0-89042-024-9. 
  16. ^ American Psychiatric Association; American Psychiatric Association, ed. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-IV-TR (edisi ke-4th ed., text revision). Washington, DC: American Psychiatric Association. ISBN 978-0-89042-024-9. 
  17. ^ "Postpartum Depression: Overview, Risk Factors for Postpartum Mood Disorders, Screening for Postpartum Mood Disorders". 2023-09-22. 
  18. ^ Weissman, Alicia M.; Levy, Barcey T.; Hartz, Arthur J.; Bentler, Suzanne; Donohue, Micca; Ellingrod, Vicki L.; Wisner, Katherine L. (2004-06). "Pooled analysis of antidepressant levels in lactating mothers, breast milk, and nursing infants". The American Journal of Psychiatry. 161 (6): 1066–1078. doi:10.1176/appi.ajp.161.6.1066. ISSN 0002-953X. PMID 15169695. 
  19. ^ a b Rapkin, Andrea J.; Lewis, Erin I. (2013-11). "Treatment of premenstrual dysphoric disorder". Women's Health (London, England). 9 (6): 537–556. doi:10.2217/whe.13.62. ISSN 1745-5065. PMID 24161307. 
  20. ^ American Psychiatric Association; American Psychiatric Association, ed. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5 (edisi ke-5th ed). Washington, D.C: American Psychiatric Association. ISBN 978-0-89042-554-1. 
  21. ^ American Psychiatric Association; American Psychiatric Association, ed. (2009). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-IV-TR (edisi ke-4. ed., text rev., 13. print). Arlington, VA: American Psychiatric Assoc. ISBN 978-0-89042-025-6. 
  22. ^ Rosenthal, N. E.; Sack, D. A.; Gillin, J. C.; Lewy, A. J.; Goodwin, F. K.; Davenport, Y.; Mueller, P. S.; Newsome, D. A.; Wehr, T. A. (1984-01). "Seasonal affective disorder. A description of the syndrome and preliminary findings with light therapy". Archives of General Psychiatry. 41 (1): 72–80. doi:10.1001/archpsyc.1984.01790120076010. ISSN 0003-990X. PMID 6581756. 
  23. ^ Lam, R. W.; Levitan, R. D. (2000-11). "Pathophysiology of seasonal affective disorder: a review". Journal of psychiatry & neuroscience: JPN. 25 (5): 469–480. ISSN 1180-4882. PMC 1408021alt=Dapat diakses gratis. PMID 11109298. 
  24. ^ a b Schacter, Daniel L.; Gilbert, Daniel Todd; Wegner, Daniel M. (2011). Psychology (edisi ke-2nd ed). New York, NY: Worth Publishers. ISBN 978-1-4292-3719-2. 
  25. ^ "Wayback Machine" (PDF). www.who.int. Diakses tanggal 2025-02-09. 
  26. ^ American Psychiatric Association; American Psychiatric Association, ed. (2009). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-IV-TR (edisi ke-4. ed., text rev., 13. print). Arlington, VA: American Psychiatric Assoc. ISBN 978-0-89042-025-6. 
  27. ^ Carta, Mauro Giovanni; Altamura, Alberto Carlo; Hardoy, Maria Carolina; Pinna, Federica; Medda, Stefania; Dell'Osso, Liliana; Carpiniello, Bernardo; Angst, Jules (2003-06). "Is recurrent brief depression an expression of mood spectrum disorders in young people? Results of a large community sample". European Archives of Psychiatry and Clinical Neuroscience. 253 (3): 149–153. doi:10.1007/s00406-003-0418-5. ISSN 0940-1334. PMID 12904979. 
  28. ^ Rapaport, Mark Hyman; Judd, Lewis L.; Schettler, Pamela J.; Yonkers, Kimberly Ann; Thase, Michael E.; Kupfer, David J.; Frank, Ellen; Plewes, John M.; Tollefson, Gary D. (2002-04). "A descriptive analysis of minor depression". The American Journal of Psychiatry. 159 (4): 637–643. doi:10.1176/appi.ajp.159.4.637. ISSN 0002-953X. PMID 11925303. 
  29. ^ "Bipolar Disorder in Children, Teens, Adults: Symptoms & Types". MedicineNet (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-02-09. 
  30. ^ Schacter, Daniel L.; Gilbert, Daniel Todd; Wegner, Daniel M. (2011). Psychology (edisi ke-2nd ed). New York, NY: Worth Publishers. ISBN 978-1-4292-3719-2. 
  31. ^ Abell, Sue; Ey, John L. (2009-07). "Bipolar disorder". Clinical Pediatrics. 48 (6): 693–694. doi:10.1177/0009922808316663. ISSN 0009-9228. PMID 19498214. 
  32. ^ "METHODS FOR DIAGNOSING MOOD DISORDERS - Patent application". www.patentsencyclopedia.com. Diakses tanggal 2025-02-09. 
  33. ^ Fergusson, David M.; Boden, Joseph M.; Horwood, L. John (2009-03). "Tests of causal links between alcohol abuse or dependence and major depression". Archives of General Psychiatry. 66 (3): 260–266. doi:10.1001/archgenpsychiatry.2008.543. ISSN 1538-3636. PMID 19255375. 
  34. ^ Falk, Daniel E.; Yi, Hsiao-Ye; Hilton, Michael E. (2008-04-01). "Age of onset and temporal sequencing of lifetime DSM-IV alcohol use disorders relative to comorbid mood and anxiety disorders". Drug and Alcohol Dependence. 94 (1-3): 234–245. doi:10.1016/j.drugalcdep.2007.11.022. ISSN 0376-8716. PMC 2386955alt=Dapat diakses gratis. PMID 18215474. 
  35. ^ a b Schuckit, Marc A.; Smith, Tom L.; Danko, George P.; Pierson, Juliann; Trim, Ryan; Nurnberger, John I.; Kramer, John; Kuperman, Samuel; Bierut, Laura J. (2007-11). "A comparison of factors associated with substance-induced versus independent depressions". Journal of Studies on Alcohol and Drugs. 68 (6): 805–812. doi:10.15288/jsad.2007.68.805. ISSN 1937-1888. PMID 17960298. 
  36. ^ Schuckit, M. A.; Tipp, J. E.; Bergman, M.; Reich, W.; Hesselbrock, V. M.; Smith, T. L. (1997-07). "Comparison of induced and independent major depressive disorders in 2,945 alcoholics". The American Journal of Psychiatry. 154 (7): 948–957. doi:10.1176/ajp.154.7.948. ISSN 0002-953X. PMID 9210745. 
  37. ^ Schuckit, M. A.; Tipp, J. E.; Bucholz, K. K.; Nurnberger, J. I.; Hesselbrock, V. M.; Crowe, R. R.; Kramer, J. (1997-10). "The life-time rates of three major mood disorders and four major anxiety disorders in alcoholics and controls". Addiction (Abingdon, England). 92 (10): 1289–1304. ISSN 0965-2140. PMID 9489046. 
  38. ^ Wetterling, T.; Junghanns, K. (2000-12). "Psychopathology of alcoholics during withdrawal and early abstinence". European Psychiatry: The Journal of the Association of European Psychiatrists. 15 (8): 483–488. doi:10.1016/s0924-9338(00)00519-8. ISSN 0924-9338. PMID 11175926. 
  39. ^ a b c Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5 (edisi ke-5th ed). Washington: American psychiatric association. 2013. ISBN 978-0-89042-554-1. 
  40. ^ a b Michelini, S.; Cassano, G. B.; Frare, F.; Perugi, G. (1996-07). "Long-term use of benzodiazepines: tolerance, dependence and clinical problems in anxiety and mood disorders". Pharmacopsychiatry. 29 (4): 127–134. doi:10.1055/s-2007-979558. ISSN 0176-3679. PMID 8858711. 
  41. ^ Lydiard, R. B.; Brawman-Mintzer, O.; Ballenger, J. C. (1996-08). "Recent developments in the psychopharmacology of anxiety disorders". Journal of Consulting and Clinical Psychology. 64 (4): 660–668. doi:10.1037//0022-006x.64.4.660. ISSN 0022-006X. PMID 8803355. 
  42. ^ Baldwin, David S.; Anderson, Ian M.; Nutt, David J.; Bandelow, Borwin; Bond, A.; Davidson, Jonathan R. T.; den Boer, J. A.; Fineberg, Naomi A.; Knapp, Martin (2005-11). "Evidence-based guidelines for the pharmacological treatment of anxiety disorders: recommendations from the British Association for Psychopharmacology". Journal of Psychopharmacology (Oxford, England). 19 (6): 567–596. doi:10.1177/0269881105059253. ISSN 0269-8811. PMID 16272179. 
  43. ^ Ashton, H. (1987-06). "Benzodiazepine withdrawal: outcome in 50 patients". British Journal of Addiction. 82 (6): 665–671. doi:10.1111/j.1360-0443.1987.tb01529.x. ISSN 0952-0481. PMID 2886145. 
  44. ^ Gelpin, E.; Bonne, O.; Peri, T.; Brandes, D.; Shalev, A. Y. (1996-09). "Treatment of recent trauma survivors with benzodiazepines: a prospective study". The Journal of Clinical Psychiatry. 57 (9): 390–394. ISSN 0160-6689. PMID 9746445. 
  45. ^ Hawkins, Eric J.; Malte, Carol A.; Imel, Zac E.; Saxon, Andrew J.; Kivlahan, Daniel R. (2012-07-01). "Prevalence and trends of benzodiazepine use among Veterans Affairs patients with posttraumatic stress disorder, 2003-2010". Drug and Alcohol Dependence. 124 (1-2): 154–161. doi:10.1016/j.drugalcdep.2012.01.003. ISSN 1879-0046. PMID 22305658. 
  46. ^ Pfeiffer, Paul N.; Ganoczy, Dara; Ilgen, Mark; Zivin, Kara; Valenstein, Marcia (2009). "Comorbid anxiety as a suicide risk factor among depressed veterans". Depression and Anxiety. 26 (8): 752–757. doi:10.1002/da.20583. ISSN 1520-6394. PMC 2935592alt=Dapat diakses gratis. PMID 19544314. 
  47. ^ Oxford handbook of psychiatry. Oxford handbooks. Oxford: Oxford university press. 2005. ISBN 978-0-19-852783-1. 
  48. ^ Collier, J. A. B.; Longmore, J. M.; Scally, Peter (2003). Oxford handbook of clinical specialties (edisi ke-6th ed). Oxford ; New York: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-852518-9. 
  49. ^ "benzo.org.uk : Benzodiazepines: How They Work & How to Withdraw, Prof C H Ashton DM, FRCP, 2002". www.benzo.org.uk. Diakses tanggal 2025-02-09. 
  50. ^ Lydiard, R. B.; Laraia, M. T.; Ballenger, J. C.; Howell, E. F. (1987-05). "Emergence of depressive symptoms in patients receiving alprazolam for panic disorder". The American Journal of Psychiatry. 144 (5): 664–665. doi:10.1176/ajp.144.5.664. ISSN 0002-953X. PMID 3578580. 
  51. ^ Nathan, R. G.; Robinson, D.; Cherek, D. R.; Davison, S.; Sebastian, S.; Hack, M. (1985-01). "Long-term benzodiazepine use and depression". The American Journal of Psychiatry. 142 (1): 144–145. ISSN 0002-953X. PMID 2857068. 
  52. ^ Longo, L. P.; Johnson, B. (2000-04-01). "Addiction: Part I. Benzodiazepines--side effects, abuse risk and alternatives". American Family Physician. 61 (7): 2121–2128. ISSN 0002-838X. PMID 10779253. 
  53. ^ Tasman, A; Kay, J; Lieberman, J A, ed. (2008). Psychiatry. Chichester, England: John Wiley & Sons. hlm. 2603–2615. 
  54. ^ Ashton, Heather (2005-05). "The diagnosis and management of benzodiazepine dependence". Current Opinion in Psychiatry. 18 (3): 249–255. doi:10.1097/01.yco.0000165594.60434.84. ISSN 0951-7367. PMID 16639148. 
  55. ^ a b Morin, Charles M.; Bélanger, Lynda; Bastien, Célyne; Vallières, Annie (2005-01). "Long-term outcome after discontinuation of benzodiazepines for insomnia: a survival analysis of relapse". Behaviour Research and Therapy. 43 (1): 1–14. doi:10.1016/j.brat.2003.12.002. ISSN 0005-7967. PMID 15531349. 
  56. ^ a b Poyares, Dalva; Guilleminault, Christian; Ohayon, Maurice M.; Tufik, Sergio (2004). "Chronic benzodiazepine usage and withdrawal in insomnia patients". Journal of Psychiatric Research. 38 (3): 327–334. doi:10.1016/j.jpsychires.2003.10.003. ISSN 0022-3956. PMID 15003439. 
  57. ^ Ashton, H. (1987-06). "Benzodiazepine withdrawal: outcome in 50 patients". British Journal of Addiction. 82 (6): 665–671. doi:10.1111/j.1360-0443.1987.tb01529.x. ISSN 0952-0481. PMID 2886145. 
  58. ^ Fyer, A. J.; Liebowitz, M. R.; Gorman, J. M.; Campeas, R.; Levin, A.; Davies, S. O.; Goetz, D.; Klein, D. F. (1987-03). "Discontinuation of alprazolam treatment in panic patients". The American Journal of Psychiatry. 144 (3): 303–308. doi:10.1176/ajp.144.3.303. ISSN 0002-953X. PMID 3826428. 
  59. ^ Modell, J. G. (1997). "Protracted benzodiazepine withdrawal syndrome mimicking psychotic depression". Psychosomatics. 38 (2): 160–161. doi:10.1016/S0033-3182(97)71493-2. ISSN 0033-3182. PMID 9063050. 
  60. ^ Lader, M. (1994). "Anxiety or depression during withdrawal of hypnotic treatments". Journal of Psychosomatic Research. 38 Suppl 1: 113–123; discussion 118–123. doi:10.1016/0022-3999(94)90142-2. ISSN 0022-3999. PMID 7799243. 
  61. ^ Michelini, S.; Cassano, G. B.; Frare, F.; Perugi, G. (1996-07). "Long-term use of benzodiazepines: tolerance, dependence and clinical problems in anxiety and mood disorders". Pharmacopsychiatry. 29 (4): 127–134. doi:10.1055/s-2007-979558. ISSN 0176-3679. PMID 8858711. 
  62. ^ Ashton, Heather (1995-03). "Protracted Withdrawal From Benzodiazepines: The Post-Withdrawal Syndrome". Psychiatric Annals. 25 (3): 174–179. doi:10.3928/0048-5713-19950301-11. 
  63. ^ "benzo.org.uk : Protracted Withdrawal Symptoms from Benzodiazepines, Professor C H Ashton, 2004". www.benzo.org.uk. Diakses tanggal 2025-02-09. 
  64. ^ Hales, E; Yudofsky, J A, ed. (2003). The American Psychiatric Press Textbook of Psychiatry. Washington, DC: American Psychiatric Publishing, Inc. 
  65. ^ a b American Psychiatric Association; American Psychiatric Association, ed. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-IV-TR (edisi ke-4th ed., text revision). Washington, DC: American Psychiatric Association. ISBN 978-0-89042-024-9. 
  66. ^ Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5 (edisi ke-5th ed). Washington: American psychiatric association. 2013. ISBN 978-0-89042-554-1. 
  67. ^ Williams, Daniel T.; Hirsch, Scott; Coffey, Barbara (2007-10). "Mood and anxiety symptoms in an adolescent with Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified and moderate mental retardation". Journal of Child and Adolescent Psychopharmacology. 17 (5): 721–726. doi:10.1089/cap.2007.17503. ISSN 1044-5463. PMID 17979592. 
  68. ^ Jeronimus, B. F.; Kotov, R.; Riese, H.; Ormel, J. (2016-10). "Neuroticism's prospective association with mental disorders halves after adjustment for baseline symptoms and psychiatric history, but the adjusted association hardly decays with time: a meta-analysis on 59 longitudinal/prospective studies with 443 313 participants". Psychological Medicine. 46 (14): 2883–2906. doi:10.1017/S0033291716001653. ISSN 1469-8978. PMID 27523506. 
  69. ^ Allen, Nicholas B.; Badcock, Paul B. T. (2006-07). "Darwinian models of depression: a review of evolutionary accounts of mood and mood disorders". Progress in Neuro-Psychopharmacology & Biological Psychiatry. 30 (5): 815–826. doi:10.1016/j.pnpbp.2006.01.007. ISSN 0278-5846. PMID 16647176. 
  70. ^ a b Nesse, Randolph M. (2000-01-01). "Is Depression an Adaptation?". Archives of General Psychiatry. 57 (1): 14–20. doi:10.1001/archpsyc.57.1.14. ISSN 0003-990X. 
  71. ^ Kessler, R. C. (1997). "The effects of stressful life events on depression". Annual Review of Psychology. 48: 191–214. doi:10.1146/annurev.psych.48.1.191. ISSN 0066-4308. PMID 9046559. 
  72. ^ Nesse, Randolph M.; Williams, George Christopher; Darwin, Charles (1996). Why we get sick: the new science of Darwinian medicine. Vintage books. New York: Vintage Books. ISBN 978-0-8129-2224-0. 
  73. ^ "Eris Solver - Free Crowdsolver For Complex Problems/ Complex Q&A;". web.archive.org. 2015-06-10. Diakses tanggal 2025-02-09. 
  74. ^ Pieczenik, Steve R.; Neustadt, John (2007-08). "Mitochondrial dysfunction and molecular pathways of disease". Experimental and Molecular Pathology. 83 (1): 84–92. doi:10.1016/j.yexmp.2006.09.008. ISSN 0014-4800. PMID 17239370. 
  75. ^ "Mitochondrial dysfunction and bipolar disorder – Bibolar Science: Holistic Reviews". web.archive.org. 2017-10-01. Diakses tanggal 2025-02-09. 
  76. ^ Scaini, Giselli; Rezin, Gislaine T.; Carvalho, Andre F.; Streck, Emilio L.; Berk, Michael; Quevedo, João (2016-09). "Mitochondrial dysfunction in bipolar disorder: Evidence, pathophysiology and translational implications". Neuroscience and Biobehavioral Reviews. 68: 694–713. doi:10.1016/j.neubiorev.2016.06.040. ISSN 1873-7528. PMID 27377693. 
  77. ^ a b Rosinger, Zachary J.; De Guzman, Rose M.; Jacobskind, Jason S.; Saglimbeni, Brianna; Malone, Margaret; Fico, Danielle; Justice, Nicholas J.; Forni, Paolo E.; Zuloaga, Damian G. (2020-05-15). "Sex-dependent effects of chronic variable stress on discrete corticotropin-releasing factor receptor 1 cell populations". Physiology & Behavior. 219: 112847. doi:10.1016/j.physbeh.2020.112847. ISSN 1873-507X. PMC 7540729alt=Dapat diakses gratis. PMID 32081812. 
  78. ^ Blume, Shannon R.; Padival, Mallika; Urban, Janice H.; Rosenkranz, J. Amiel (2019-08-23). "Disruptive effects of repeated stress on basolateral amygdala neurons and fear behavior across the estrous cycle in rats". Scientific Reports. 9 (1): 12292. doi:10.1038/s41598-019-48683-3. ISSN 2045-2322. PMC 6707149alt=Dapat diakses gratis. PMID 31444385. 
  79. ^ Weiser, Michael J.; Goel, Nirupa; Sandau, Ursula S.; Bale, Tracy L.; Handa, Robert J. (2008-11). "Androgen regulation of corticotropin-releasing hormone receptor 2 (CRHR2) mRNA expression and receptor binding in the rat brain". Experimental Neurology. 214 (1): 62–68. doi:10.1016/j.expneurol.2008.07.013. ISSN 1090-2430. PMC 2891365alt=Dapat diakses gratis. PMID 18706413. 
  80. ^ Ramot, Assaf; Jiang, Zhiying; Tian, Jin-Bin; Nahum, Tali; Kuperman, Yael; Justice, Nicholas; Chen, Alon (2017-03). "Hypothalamic CRFR1 is essential for HPA axis regulation following chronic stress". Nature Neuroscience. 20 (3): 385–388. doi:10.1038/nn.4491. ISSN 1546-1726. PMID 28135239. 
  81. ^ Diagnostic and statistical manual of mental disorders : DSM-5. Internet Archive. Arlington, VA : American Psychiatric Association. 2013. ISBN 978-0-89042-554-1. 
  82. ^ Parker, George F. (2014). "DSM-5 and psychotic and mood disorders". The Journal of the American Academy of Psychiatry and the Law. 42 (2): 182–190. ISSN 1943-3662. PMID 24986345. 
  83. ^ Westen, D.; Morrison, K. (2001-12). "A multidimensional meta-analysis of treatments for depression, panic, and generalized anxiety disorder: an empirical examination of the status of empirically supported therapies". Journal of Consulting and Clinical Psychology. 69 (6): 875–899. ISSN 0022-006X. PMID 11777114. 
  84. ^ Karyotaki, E.; Smit, Y.; Holdt Henningsen, K.; Huibers, M. J. H.; Robays, J.; de Beurs, D.; Cuijpers, P. (2016-04). "Combining pharmacotherapy and psychotherapy or monotherapy for major depression? A meta-analysis on the long-term effects". Journal of Affective Disorders. 194: 144–152. doi:10.1016/j.jad.2016.01.036. ISSN 1573-2517. PMID 26826534. 
  85. ^ Keck, P. E.; McElroy, S. L.; Strakowski, S. M. (1998). "Anticonvulsants and antipsychotics in the treatment of bipolar disorder". The Journal of Clinical Psychiatry. 59 Suppl 6: 74–81; discussion 82. ISSN 0160-6689. PMID 9674940. 
  86. ^ Cipriani, Andrea; Hawton, Keith; Stockton, Sarah; Geddes, John R. (2013-06-27). "Lithium in the prevention of suicide in mood disorders: updated systematic review and meta-analysis". BMJ (Clinical research ed.). 346: f3646. doi:10.1136/bmj.f3646. ISSN 1756-1833. PMID 23814104. 
  87. ^ Pieczenik, Steve R.; Neustadt, John (2007-08). "Mitochondrial dysfunction and molecular pathways of disease". Experimental and Molecular Pathology. 83 (1): 84–92. doi:10.1016/j.yexmp.2006.09.008. ISSN 0014-4800. PMID 17239370. 
  88. ^ Nierenberg, Andrew A.; Kansky, Christine; Brennan, Brian P.; Shelton, Richard C.; Perlis, Roy; Iosifescu, Dan V. (2013-01). "Mitochondrial modulators for bipolar disorder: a pathophysiologically informed paradigm for new drug development". The Australian and New Zealand Journal of Psychiatry. 47 (1): 26–42. doi:10.1177/0004867412449303. ISSN 1440-1614. PMID 22711881. 
  89. ^ Kim, Eun Young; Hwang, Samuel Suk-Hyun; Lee, Nam Young; Kim, Se Hyun; Lee, Hyun Jeong; Kim, Yong Sik; Ahn, Yong Min (2013-06). "Intelligence, temperament, and personality are related to over- or under-reporting of affective symptoms by patients with euthymic mood disorder". Journal of Affective Disorders. 148 (2-3): 235–242. doi:10.1016/j.jad.2012.11.065. ISSN 1573-2517. PMID 23270973. 
  90. ^ Choi, Seung W.; Schalet, Benjamin; Cook, Karon F.; Cella, David (2014-06). "Establishing a common metric for depressive symptoms: linking the BDI-II, CES-D, and PHQ-9 to PROMIS depression". Psychological Assessment. 26 (2): 513–527. doi:10.1037/a0035768. ISSN 1939-134X. PMC 5515387alt=Dapat diakses gratis. PMID 24548149. 
  91. ^ Bauer, Michael; Pfennig, Andrea (2005-06). "Epidemiology of Bipolar Disorders". Epilepsia (dalam bahasa Inggris). 46 (s4): 8–13. doi:10.1111/j.1528-1167.2005.463003.x. ISSN 0013-9580. 
  92. ^ "Most Frequent Conditions in U.S. Hospitals, 2011 #162". web.archive.org. 2016-03-04. Diakses tanggal 2025-02-09. 
  93. ^ Jiang, H. Joanna; Barrett, Marguerite L.; Sheng, Minya (2006). Characteristics of Hospital Stays for Nonelderly Medicaid Super-Utilizers, 2012. Rockville (MD): Agency for Healthcare Research and Quality (US). PMID 25590126. 
  94. ^ Hines, Anika L.; Barrett, Marguerite L.; Jiang, H. Joanna; Steiner, Claudia A. (2006). Conditions With the Largest Number of Adult Hospital Readmissions by Payer, 2011. Rockville (MD): Agency for Healthcare Research and Quality (US). PMID 24901179. 
  95. ^ Lopez-Gonzalez, Lorena; Pickens, Gary T.; Washington, Raynard; Weiss, Audrey J. (2006). Characteristics of Medicaid and Uninsured Hospitalizations, 2012. Rockville (MD): Agency for Healthcare Research and Quality (US). PMID 25535644. 
  96. ^ Nesse, Randolph M.; Williams, George C. (1994). Why we get sick: the new science of Darwinian medicine (edisi ke-1st ed). New York: Times Books. ISBN 978-0-8129-2224-0.