Gangguan dismorfik tubuh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Gangguan dismorfik tubuh adalah sebuah gangguan mental yang membuat korban mengalami kecemasan berlebih atas obsesi terhadap suatu bagian tubuh maupun penampilan cacat. Gangguan ini termasuk ke dalam kategori gangguan obsesif kompulsif[1]. Para penderitanya sendiri kerap merasakan dorongan untuk menyembunyikan atau memperbaiki bagian yang membuatnya begitu terobsesi. Hal ini lantas sangat berdampak pada kepercayaan diri seseorang terhadap citra tubuh yang dimilikinya.

Standar-standar sosial dan media massa sangat berpengaruh pada pembentukan citra tubuh ideal yang melahirkan adanya dorongan untuk mencapai standar tersebut. Umum bagi setiap orang memiliki kekhawatiran akan penampilan, tetapi gangguan dismorfik tubuh bersifat patologis yang intens sehingga mengganggu fungsi sosial seseorang[2].

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Para penderita gangguan dismorfik tubuh memercayai terdapat kecacatan dan kekurangan pada tubuh mereka. Hal ini memunculkan persepsi buruk seperti mereka yang terlihat tidak menarik, jelek, abnormal, dan sudut pandang destruktif lainnya terhadap citra tubuh. Fokus kecemasan ini biasanya berpusat pada satu bagian tubuh seperti fitur wajah (hidung, mata, rahang, mulut, dsb.), kulit (bekas luka, jerawat, warna kulit, keriput, dsb.) dan lain-lain. Dorongan perasaan ketidakpuasan tersebut muncul secara mendadak, memakan waktu (rata-rata dapat terjadi selama tiga hingga delapan jam), dan sulit untuk dikontrol[1].

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b DSM-5. American Psychiatric Association. 2013. hlm. 242, 243. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 2023-03-10. 
  2. ^ Nurlita, Dessy (Desember 2016). "Body Dysmorphic Disorder". Majority. 5 (5): 80–85. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-30. Diakses tanggal 2023-03-10.