Gagak banggai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gagak banggai
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
C. unicolor
Nama binomial
Corvus unicolor
Sinonim

Corvus enca unicolor
Gazzola unicolor

Gagak banggai atau kuuyak adalah jenis burung gagak dari famili corvidae yang ada di Indonesia. Gagak ini terdaftar sebagai Spesies Kritis oleh IUCN dan pernah dianggap punah, tetapi akhirnya ditemukan kembali pada survei di Pulau Peleng pada 2007/2008.

Deskripsi[sunting | sunting sumber]

Biasanya gagak ini diangap sebagai subspesies dari Corvus enca, tetapi bulunya yang hitam legam menyerupai gagak Piping secara keseluruhan. Banggai merupakan gagak yang berukuran sedang dengan panjang 39 cm dan benar-benar hitam dengan iris mata yang gelap dan ekor pendek.[1]

Selama lebih dari satu abad gagak Banggai hanya ditemukan dua spesies yang ada di sebuah pulau tidak dikenal di kepulauan Banggai antara 1884/1885. Kunjungan ke kepulauan ini pada 1991 dan 1996 tidak temukan lagi burung gagak Banggai, sehingga orang menganggap burung ini telah punah. Selama survei yang dilakukan antara 2007-2008 yang sebagian dibiyayai oleh Zoological Society for the Conservation of Species and Populations (Jerman), burung ini berulang kali terlihat di pulau Peleng.[2] Dan ornitologis Indonesia Muhammad Indrawan memfoto dua spesies banggai tersebut.[3] Total penduduk di pulau ini diperkirankan sekitar 500 orang, tinggal di hutan pegunungan pada ketinggian di atas 500 m.[2] Penurunan populasi gagak Banggai disebabkan karena hilangnya habitat dan degradasi seperti pertanian dan ekstrasi.

Burung ini tetap menjadi teka-teki untuk waktu yang lama. Terdaftar sebagai spesies rentan pada 1994 pada IUCN Red List, burung ini berstatus sebagai rentan pada 2000. Dan pada 2006, gagak ini lebih lanjut terdaftar sebagai satwa mungkin punah. Untung hal ini tidak benar dan statusnya diganti lagi menjadi kritis pada 2007 Red List.[4]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Vaurie (1958), Madge & Burn (1994).
  2. ^ a b Association for the Conservation of Threatened Parrots
  3. ^ ZGAP Mitteilungen 23/2 (2008), pp. 13-14 (German)
  4. ^ See Collar et al. (2001), BirdLife International (2004, 2007a,b).

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]