Finasterid

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Finasterid
Nama sistematis (IUPAC)
(1S,3aS,3bS,5aR,9aR,9bS,11aS)-N-tert-butyl-9a,11a-dimethyl-7-oxo-1,2,3,3a,3b,4,5,5a,6,9b,10,11-dodecahydroindeno[5,4-f]quinoline-1-carboxamide
Data klinis
Nama dagang Reprosid, Prostacom, dll.
AHFS/Drugs.com monograph
MedlinePlus a698016
Kat. kehamilan X (dapat menyebabkan kelainan bawaan
Status hukum POM (UK) -only (US)
Rute Oral
Data farmakokinetik
Bioavailabilitas 65%[1]
Ikatan protein 90%[1]
Metabolisme Hati (CYP3A4, ALDH)[1]
Waktu paruh Orang dewasa: 5–6 jam[1]
Manula: >8 jam[1]
Ekskresi Feses: 57%[1]
Urin: 40%[1]
Pengenal
Nomor CAS 98319-26-7 YaY
Kode ATC G04CB01 D11AX10
PubChem CID 57363
Ligan IUPHAR 6818
DrugBank DB01216
ChemSpider 51714 YaY
UNII 57GNO57U7G YaY
KEGG D00321 YaY
ChEBI CHEBI:5062 YaY
ChEMBL CHEMBL710 YaY
Sinonim MK-906; YM-152; L-652,931; 17β-(N-tert-Butylcarbamoyl)-4-aza-5α-androst-1-en-3-one; N-(1,1-Dimethylethyl)-3-oxo-4-aza-5α-androst-1-ene-17β-carboxamide
Data kimia
Rumus C23H36N2O2 
Massa mol. 372,549 g/mol
  • InChI=1S/C23H36N2O2/c1-21(2,3)25-20(27)17-8-7-15-14-6-9-18-23(5,13-11-19(26)24-18)16(14)10-12-22(15,17)4/h11,13-18H,6-10,12H2,1-5H3,(H,24,26)(H,25,27)/t14-,15-,16-,17+,18+,22-,23+/m0/s1 YaY
    Key:DBEPLOCGEIEOCV-WSBQPABSSA-N YaY

Finasterid,[2] dikenal pula dengan nama dagangnya seperti Reprosid, Prostacom, Reprostom, dll., adalah sebuah obat yang utamanya digunakan untuk menangani pembesaran prostat atau kebotakan pada pria.[3] Finasterid juga dapat digunakan untuk menangani pertumbuhan bulu berlebih pada wanita serta dalam terapi hormon feminin untuk wanita transgender.[4][5] Finasterid dikonsumsi dengan cara diminum.[3]

Efek samping finasterid cenderung kecil.[6] Beberapa pria dapat mengalami disfungsi seksual, depresi, ansietas, atau ginekomastia.[7] Finasterid juga dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker prostat.[7] Finasterid adalah inhibitor 5α-reduktase sehingga merupakan sebuah antiandrogen.[8] Obat ini bekerja dengan mengurangi produksi dihidrotestosteron (DHT) sekitar sebesar 70%.[3]

Finasterid dipatenkan pada tahun 1984 dan disetujui untuk digunakan secara medis pada tahun 1992.[9] Obat ini telah tersedia sebagai obat generik.[10]

Kegunaan medis[sunting | sunting sumber]

Pembesaran prostat[sunting | sunting sumber]

Finasterid digunakan dalam pengobatan pembesaran atau hiperplasia prostat jinak (benign prostatic hyperplasia, BPH). Pemakaian obat ini dapat meredakan gejala terkait BPH seperti kesulitan buang air kecil, buang air kecil pada malam hari, rasa ragu saat sebelum dan setelah buang air kecil, serta air seni yang sedikit. Efek dari finasterid lebih lemah dibandingkan dengan bloker alfa-1 seperti tamsulosin dan muncul lebih lambat—pemakaian membutuhkan minimal 6 bulan untuk menentukan hasil.[6][11][12]

Kanker prostat[sunting | sunting sumber]

Sebuah ulasan tahun 2010 oleh Cochrane menemukan pengurangan risiko perkembangan kanker prostat sebesar 25–26% menggunakan kemoprofilaksis inhibitor 5α-reduktase.[13] Penelitian lanjutan oleh Medicare menyebutkan bahwa partisipan dalam percobaan pencegahan kanker prostat selama 10 tahun menunjukkan adanya pengurangan signifikan dari risiko kanker prostat yang tetap ada bahkan setelah obat berhenti dipakai.[14] Akan tetapi, terdapat pula penelitian inhibitor 5α-reduktase juga ditemukan dapat meningkatkan risiko perkembangan beberapa jenis kanker prostat yang langka dan ganas sebesar 27% meskipun terdapat pula penelitan yang membantah hal tersebut.[15] Tidak ditemukan dampak negatif dari inhibitor 5α-reduktase terhadap tingkat penyembuhan dari kanker prostat.[15]

Kebotakan[sunting | sunting sumber]

Finasterid juga digunakan untuk mengobati kebotakan (alopesia androgenik) pada pria.[16][17][18][7] Finasterid juga telah diuji dalam pengobatan kebotakan pada wanita. Tapi hasil yang ditemukan tidak lebih baik daripada obat plasebo.[19]

Hirsutisme[sunting | sunting sumber]

Finasterid telah ditemukan efektif dalam menangani hirsutisme (pertumbuhan bulu berlebih) pada wanita.[4]

Terapi hormon transgender[sunting | sunting sumber]

Finasterid terkadang disertakan dalam terapi hormon feminin bagi wanita transgender karena efek antiandrogenik yang dimilikinya untuk melengkapi estrogen. Akan tetapi, baru sedikit uji klinis yang telah dilakukan mengenai pemakaian finasterid seperti itu sehingga bukti, keamanan, serta keampuhannya hanya diketahui terbatas.[5] Finasterid juga harus diperhatikan bila akan diresepkan bagi wanit transgender karena efek sampingnya seperti depresi, ansietas, dan ide bunuh diri cenderung banyak ditemukan pada kelompok penduduk transgender.[20]

Kontraindikasi[sunting | sunting sumber]

Finasterid dapat meneybabkan kelainan pada janin laki-laki jika orang yang memakainya ataupun pasangannya berencana atau sedang hamil.[21][22] Finasterid dapat menimbulkan genitalia ambigu pada janin laki-laki dalam percobaan pada monyet rhesus.[11][17][23]

Efek samping[sunting | sunting sumber]

Sebuah ulasan tahun 2010 oleh Cochrane menyimpulkan bahwa efek samping dari finasterid jarang ditemukan dalam pemakaiannya sebagai obat BPH.[6] FDA pada tahun 1997 melaporkan bahwa finasterid ditoleransi dengan baik dan efek samping yang paling umum adalah masalah disfungsi seksual.[24]

Pada tahun 2011, FDA mengeluarkan peringatan mengenai penggunaan inhibitor 5α-reduktas yang berkaitan dengan perkembangan kanker prostat ganas. Karena pengobatan BPH menurunkan antigen spesifik prostat, penggunaan finasterid dapat menutupi perkembangan kanker prostat.[25][26] Terdapat pula hubungan finasterida dengan kanker payudara meskipun tidak ditemukan bukti terkait korelasi di antara keduanya.[17][27] Beberapa pria dapat terkena ginekomastia (perkembangan payudara) dari pemakaian finasterid.[28][29][30][31] Risiko ginekomastia dari inhibitor 5α-reduktase secara umum adalah sekitar 2,8%.[32] Gejala depresi dan ide bunuh diri juga dilaporkan ditemukan.[33]

Ulasan Cochrane tahun 2010 menemukan bahwa pria yang memakai finasterid memiliki risiko lebih terhadap impotensi, disfungsi ereksi, libido yang berkurang, serta gangguan ejakulasi dalam tahun pertama pemakaian. Tingkat efek-efek tersebut mereda hingga setara dengan plasebo setelah 2-4 tahun dan terus membaik.[6] Meta-analisis tahun 2016 menemukan bahwa disfungsi seksual termasuk hipospermia dapat terjadi pada 3,4 hingga 15,8% pria yang memakai finasterid atau dutasteride.[15] Hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup yang pada gilirannya dapat mengganggu kesehatan jiwa serta hubungan sosial.[34]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g Lemke TL, Williams DA (2008). Foye's Principles of Medicinal Chemistry (edisi ke-6th). Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 1286–. ISBN 978-0-7817-6879-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-10. Diakses tanggal 2019-07-04. 
  2. ^ Badan Pengawas Obat dan Makanan. "Finasterid". Pusat Informasi Obat Nasional. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-11. Diakses tanggal 2019-07-04. 
  3. ^ a b c "Finasteride Monograph for Professionals". Drugs.com. American Society of Health-System Pharmacists. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-25. Diakses tanggal 2019-03-05. 
  4. ^ a b Blume-Peytavi U, Whiting DA, Trüeb RM (2008-06-26). Hair Growth and Disorders. Springer Science & Business Media. hlm. 369. ISBN 978-3-540-46911-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-10. Diakses tanggal 2019-07-04. 
  5. ^ a b Knezevich EL, Viereck LK, Drincic AT (2012). "Medical management of adult transsexual persons". Pharmacotherapy. 32 (1): 54–66. doi:10.1002/PHAR.1006. PMID 22392828. 
  6. ^ a b c d Tacklind J, Fink HA, Macdonald R, Rutks I, Wilt TJ (2010). "Finasteride for benign prostatic hyperplasia". The Cochrane Database of Systematic Reviews (10): CD006015. doi:10.1002/14651858.CD006015.pub3. PMID 20927745. 
  7. ^ a b c Varothai S, Bergfeld WF (2014). "Androgenetic alopecia: an evidence-based treatment update". American Journal of Clinical Dermatology. 15 (3): 217–30. doi:10.1007/s40257-014-0077-5. PMID 24848508. 
  8. ^ Ferri, Fred F. (2014). Ferri's Clinical Advisor 2015 E-Book: 5 Books in 1. Elsevier Health Sciences. hlm. 580. ISBN 9780323084307. 
  9. ^ Fischer, Jnos; Ganellin, C. Robin (2006). Analogue-based Drug Discovery. John Wiley & Sons. hlm. 483. ISBN 9783527607495. 
  10. ^ Sataloff RT, Sclafani AP (30 November 2015). Sataloff's Comprehensive Textbook of Otolaryngology: Head & Neck Surgery: Facial Plastic and Reconstructive Surgery. JP Medical Ltd. hlm. 400–. ISBN 978-93-5152-459-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-10. Diakses tanggal 2019-07-04. 
  11. ^ a b "Proscar label" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 2019-07-04. 
  12. ^ "Treatment of Non-neurogenic Male LUTS | Uroweb". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-06. 
  13. ^ Wilt TJ, Macdonald R, Hagerty K, Schellhammer P, Tacklind J, Somerfield MR, Kramer BS (2010). "5-α-Reductase inhibitors for prostate cancer chemoprevention: an updated Cochrane systematic review". BJU Int. 106 (10): 1444–51. doi:10.1111/j.1464-410X.2010.09714.x. PMID 20977593. 
  14. ^ Unger JM, Hershman DL, Till C, Tangen CM, Barlow WE, Ramsey SD, Goodman PJ, Thompson IM (2018). "Using Medicare Claims to Examine Long-term Prostate Cancer Risk of Finasteride in the Prostate Cancer Prevention Trial". Journal of the National Cancer Institute. 110 (11): 1208–1215. doi:10.1093/jnci/djy035. PMID 29534197. 
  15. ^ a b c Hirshburg JM, Kelsey PA, Therrien CA, Gavino AC, Reichenberg JS (2016). "Adverse Effects and Safety of 5-alpha Reductase Inhibitors (Finasteride, Dutasteride): A Systematic Review". J Clin Aesthet Dermatol. 9 (7): 56–62. PMC 5023004alt=Dapat diakses gratis. PMID 27672412. 
  16. ^ Kanti V., Messenger A., Dobos G., Reygagne P., Finner A., Blumeyer A., Trakatelli M., Tosti A., Del Marmol V., Piraccini B. M., Nast A., Blume-Peytavi U. (2018). "Evidence-based (S3) guideline for the treatment of androgenetic alopecia in women and in men - short version". Eur Acad Dermatol Venereol. 32 (1): 11–22. doi:10.1111/jdv.14624. 
  17. ^ a b c "Propecia label" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2017-02-10. Diakses tanggal 2019-07-04. 
  18. ^ Habif TP (23 April 2015). Clinical Dermatology. Elsevier Health Sciences. hlm. 934–. ISBN 978-0-323-26607-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-10. Diakses tanggal 2019-07-04. 
  19. ^ Levy LL, Emer JJ (August 2013). "Female pattern alopecia: current perspectives". International Journal of Women's Health. 5: 541–56. doi:10.2147/IJWH.S49337. PMC 3769411alt=Dapat diakses gratis. PMID 24039457. 
  20. ^ Trüeb, Ralph M. (2017). "Discriminating in favour of or against men with increased risk of finasteride-related side effects?". Experimental Dermatology. 26 (6): 527–528. doi:10.1111/exd.13155. ISSN 0906-6705. PMID 27489125. [...] caution is recommended while prescribing oral finasteride to male-to-female transsexuals, as the drug has been associated with inducing depression, anxiety and suicidal ideation, symptoms that are particularly common in patients with gender dysphoria, who are already at a high risk.[9] 
  21. ^ Wolverton SE (2007). Comprehensive Dermatologic Drug Therapy. Elsevier Health Sciences. ISBN 978-1-4377-2070-9. 
  22. ^ Burchum J, Rosenthal L (2014-12-02). Lehne's Pharmacology for Nursing Care - E-Book. Elsevier Health Sciences. hlm. 802. ISBN 978-0-323-34026-7. 
  23. ^ Traish AM (2012). "5α-reductases in human physiology: an unfolding story". Endocr Pract. 18 (6): 965–75. doi:10.4158/EP12108.RA. PMID 23246684. 
  24. ^ FDA. "Summary of Key Safety Findings" (PDF). hlm. 98. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2020-01-12. Diakses tanggal 2019-07-04. 
  25. ^ Food and Drugs Administration (2011-06-09). "5-alpha reductase inhibitors (5-ARIs): Label Change – Increased Risk of Prostate Cancer". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-09. Diakses tanggal 2019-07-04. 
  26. ^ Walsh PC (2010). "Chemoprevention of prostate cancer". The New England Journal of Medicine. 362 (13): 1237–8. doi:10.1056/NEJMe1001045. PMID 20357287. 
  27. ^ Medicines and Healthcare products Regulatory Agency Drug Safety Update. December 2009 Finasteride: potential risk of male breast cancer Diarsipkan 2014-10-25 di Wayback Machine.
  28. ^ Narula HS, Carlson HE (2014). "Gynaecomastia-pathophysiology, diagnosis and treatment". Nat Rev Endocrinol. 10 (11): 684–698. doi:10.1038/nrendo.2014.139. PMID 25112235. 
  29. ^ Deepinder F, Braunstein GD (2012). "Drug-induced gynecomastia: an evidence-based review". Expert Opinion on Drug Safety. 11 (5): 779–795. doi:10.1517/14740338.2012.712109. PMID 22862307. 
  30. ^ Bolignano D, Palmer SC, Navaneethan SD, Strippoli GF (April 2014). "Aldosterone antagonists for preventing the progression of chronic kidney disease". Cochrane Database of Systematic Reviews. 4 (4): CD007004. doi:10.1002/14651858.CD007004.pub3. PMID 24782282. 
  31. ^ Aiman U, Haseeen MA, Rahman SZ (December 2009). "Gynecomastia: An ADR due to drug interaction". Indian Journal of Pharmacology. 41 (6): 286–7. doi:10.4103/0253-7613.59929. PMC 2846505alt=Dapat diakses gratis. PMID 20407562. 
  32. ^ Trost L, Saitz TR, Hellstrom WJ (2013). "Side Effects of 5-Alpha Reductase Inhibitors: A Comprehensive Review". Sex Med Rev. 1 (1): 24–41. doi:10.1002/smrj.3. PMID 27784557. 
  33. ^ Locci A, Pinna G (2017). "Neurosteroid biosynthesis downregulation and changes in GABAA receptor subunit composition: A biomarker axis in stress-induced cognitive and emotional impairment". Br. J. Pharmacol. 174 (19): 3226–3241. doi:10.1111/bph.13843. PMC 5595768alt=Dapat diakses gratis. PMID 28456011. 
  34. ^ Gur S, Kadowitz PJ, Hellstrom WJ (January 2013). "Effects of 5-alpha reductase inhibitors on erectile function, sexual desire and ejaculation". Expert Opinion on Drug Safety. 12 (1): 81–90. doi:10.1517/14740338.2013.742885. PMID 23173718.