Ekonomi neoklasik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Ekonomi neo-klasik)
Carl Menger, salah satu penggagas pemikiran ekonomi neoklasik.

Ekonomi neoklasik adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan beberapa aliran pemikiran ilmu ekonomi yang mencoba menjabarkan pembentukan harga, produksi, dan distribusi pendapatan melalui mekanisme penawaran dan permintaan pada suatu pasar. Asumsi maksimalisasi utilitas mendekatkan teori ini pada aliran ekonomi marjinalis yang lahir pada akhir abad ke-19 Masehi. Tiga penggagas utama mazhab ini adalah Carl Menger (1840-1941) dari Austria, William Stanley Jevons (1835-1882) dari Inggris, dan Léon Walras (1834-1910) dari Swiss.

Istilah neo-klasik sendiri diperkenalkan pertama kali oleh Thorstein Veblen[1] pada tahun 1900 untuk mengkategorikan segolongan ekonom yang mendukung revolusi marjinalis yang digagas oleh William Stanley Jevons. Di antara ekonom tersebut terdapat Alfred Marshall dan para ekonom mazhab Austria. Sejak dekade 1930-an, diawali oleh pemikiran John Hicks, aliran ekonomi walrasian (yang dipelopori oleh Léon Walras) semakin mendapat tempat di antara kaum ekonom marjinalis. Aliran walrasian mengadopsi pemikiran Keynesianisme dalam sintesis ekonomi neo-klasik. Evolusi ini berakibat pada pemisahaan dari para ekonom mazhab Austria dari mazhab neoklasik.

Aliran-aliran ekonomi di luar neo-klassik:[2] ekonomi marxisan, ekonomi pasca-Keynesian, mazhab Austria dan beberapa aliran pemikiran baru ekonomi (ekonomi institusional). Menurut E. Roy Weintraub,[3] keunggulan mazhab neo-klassik terletak pada kemampuannya untuk merepresentasikan ekonomi secara matematis dan ilmiah dan juga kemampuannya untuk memberikan indikasi-indikasi akan arah atau tindakan ekonomi yang harus diambil.

Sejarah pemikiran[sunting | sunting sumber]

Pemikiran ekonomi neoklasik muncul dari banyaknya kelemahan dari pemikiran radikalisme dan konservatisme. Radikalisme memberikan ketakutan atas penyitaan properti pribadi, sedangkan konservatisme dianggap bertentangan dengan demokrasi dan modernisasi. Hingga paruh pertama abad ke-19, ekonomi klasik masih dapat bertahan karena belum meningkatnya kemiskinan dan belum terjadinya penurunan ekonomi. Ekonomi neoklasik mulai berkembang dan menggantikan ekonomi klasik setelah para ahli ilmu ekonomi politik klasik menggunakan karya Karl Marx untuk menentang kapitalisme dan memulai sosialisasi terhadap pemikiran Adam Smith dan David Ricardo. Perubahan arah pemikiran ekonomi juga timbul seiring dengan timbulnya kelas pekerja yang beragam\. Selain itu, masalah sosial yang merpuakan akibat dari industrialisasi juga menciptakan tuntutan intervensi pemerintah untuk meningkatkan pendidikan, keamanan, kesehatan masyarakat, dan jaminan pekerjaan. Kebijakan laissez-faire mulai tidak digunakan lagi. Pada tahun 1871, teori ekonomi neoklasik dikembangkan oelh tiga ekonom yaitu Carl Menger (1840-1941) dari Austria, W. Stanley Jevons (1835-1882) dari Inggris dan Leon Walras (1934-1910) dari Swiss. Ketiganya telah mengembangkan ekonomi klasik yang mengubah fokus ekonomi politik dengan tidak lagi memusatkan perhatian pada distribusi dan pertumbuhan ekonomi. Pemusatan baru diadakan pada perilaku konsumen secara individu dan kepada perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam persaingan di pasar.[4]

Teori[sunting | sunting sumber]

Hukum Gossen[sunting | sunting sumber]

Berbagai teori dan metodologi ekonomi bermunculan seiring dengan berkembangnya ekonomi neoklasik. Pendekatan pemikiran terhadap teori nilai tidak lagi dilihat dari tenaga kerja atau biaya produksi melainkan kepada kepuasan marjinal. Jenis pendekatan ini dikembangkan oleh Hermann Heinrich Gossen. Pemikirannya ini dikenala sebagai hukum Gossen. Dalam analisanya, hukum Gossen terbagi menjadi dua yang kemudian dikenal sebagai hukum Gossen I dan hukum Gossen II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan antara tingkat kepuasan konsumen terhadap jumlah kuantitas barang yang dikonsumsi. Sedangkan Hukum Gossen II menjelaskan cara konsumen dalam menggunakan pendapatan yang dimilikinya untuk keperluan konsumsi atas berbagai jenis barang yang merupakan kebutuhan bagi dirinya . Pemikiran yang sama dengan Gossen juga dikembangkan oleh William Stanley Jevons dan Carl Menger dengan tambahan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa nilai barang ditentukan oleh perilaku individu dan perbedaan harga ditentukan oleh perbedaan preferensi. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari tingkatan kepuasan konsumen atas berbagai jenis barang. Kepuasan ini ditentukan oleh kesanggupan barang dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan adanya kepuasan konsumen atas barang makan timbul pula teori distribusi bisnis.[5]

Pemanfaatan[sunting | sunting sumber]

Perkiraan perilaku investasi[sunting | sunting sumber]

Dale Jorgenson merupakan salah satu tokoh mazhab ekonomi neoklasik yang menerbitkan sintesis yang sangat berpengaruh dalam sistem ekonomi dunia. Pada tahun 1963 ia mengemukakan sebuah sintesis yang dapat digunakan oleh analis kebijakan untuk memperoleh dukungan investasi bagi pemerintah melalui pengelolaan kebijakan ekonomi. Teori yang dikembangkan oleh Jorgenson dapat digunakan oleh mazhab ekonomi apapun.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Veblen, 2003, p. 170
  2. ^ voir E.Roy Weintraub, p.1 [1] Diarsipkan 2013-05-07 di Wayback Machine. ( Roy Weintraub professeur d'économie à Duke University et un des éditeurs de la revue History of Political Economy)
  3. ^ "E.Roy Weintraub, p.5". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-07. Diakses tanggal 2011-08-29. 
  4. ^ Anwar, Khairul (2011). Zulkarnaini, ed. Ekonomi Politk: Formulasi Kebijakan dalam Konteks yang Berubah (PDF). Pekanbaru: Alaf Riau Publishing. hlm. 32–33. ISBN 978-602-9012-60-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-08-13. Diakses tanggal 2021-08-13. 
  5. ^ Dinar, M., dan Muhammad Hasan (2018). Pengantar Ekonomi: Teori dan Aplikasi (PDF). CV. Nur Lina. hlm. 25. 
  6. ^ Priyono dan Zainuddin Ismail (2012). Chandra, Teddy, ed. Teori Ekonomi (PDF). Dharma Ilmu. hlm. 119. ISBN 978-979-1500-11-1.