Dokter daring

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Dokter online)


Dokter daring atau telemedis merupakan bentuk layanan dari dokter dan tenaga kesehatan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan menggunakan teknologi-teknologi seperti kamera web, internet, email dan telepon, pasien dan dokter dapat saling berkomunikasi langsung dan bertukar data dan informasi tanpa adanya kendala posisi geografi.

Jenis-jenis layanan telemedis[1][sunting | sunting sumber]

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membagi layanan telemedis ke dalam tiga kategori menurut cara interaksinya yaitu:

Simpan dan kirim (asinkron)[sunting | sunting sumber]

Metode ini memungkinkan pasien untuk menyimpan data dan rekam jejak medis pada suatu platform untuk dianalisa oleh tenaga keseahatan di kemudian hari sehingga sering digunakan untuk layanan kesehatan yang bersifat non-medis. Layanan ini lumrah digunakan pada beberapa bidang kedokteran seperti dermatologi, radiologi, dan oftamologi.

Layanan interaktif (waktu nyata)[sunting | sunting sumber]

Metode ini melibatkan komunikasi dua arah antara beberap pihak dalam praktik klinis secara jarak jauh. Layanan ini biasanya digunakan untuk mendiagnosa pasien serta pendampingan terapi apabila dibutuhkan.

Telemonitoring (sinkron)[sunting | sunting sumber]

Telemonitoring memungkinkan tenaga medis untuk memantau kondisi pasien dari jarak jauh menggunakan alat kesehatan yang terhubung ke perangkat telekomunikasi. Layanan ini biasanya diberikan kepada pasien dengan kondisi kronis sehingga setiap ada nya perubahan kondisi pasien, tenaga kesehatan dapat langsung berkoordinasi untuk melakukan tindakan kepada pasien.

Privasi dan keamanan[2][sunting | sunting sumber]

Pandemi seperti COVID-19 turut mengakselerasi penggunaan telemedis seiring dengan anjuran dari pemerintah di berbagai negara untuk membatasi mobilitas dan kontak fisik. Popularitas telemedis datang dengan beberapa resiko salah satunya adalah resiko privasi dan keamanan yang terbagi dalam tiga faktor yaitu lingkungan, teknologi, dan operasional.

Lingkungan[sunting | sunting sumber]

Kondisi lingkungan seperti kondisi tempat tinggal, lingkungan sosial, dan kondisi sekitar merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi privasi. Kelompok rentan seperti tunawisma, lansia, remaja, dan penyintas gangguan jiwa sering kali merasa khawatir akan kurangnya ruang pribadi untuk melakukan konsultasi telemedis. Pasien telemedis juga merasa khawatir untuk membagikan informasi terkait kondisi kesehatan tertentu seperti HIV/AIDS, kesehatan mental, dan alat kontrasepsi.[3]

Teknologi[sunting | sunting sumber]

Sesuai dengan sifat dari telemedis yang memanfaatkan layanan teknologi informasi dan komunikasi, maka kendala teknis dari layanan tersebut akan mempengaruhi layanan telemedis seperti peretasan video kunjungan pasien, keterbatasan akses terhadap internet (selular dan Wi-Fi), ketersediaan perangkat digital yang memupuni, dan rendahnya kualitas output audio dan video. Selain kendala teknis, rendahnya literasi digital juga dapat menjadi kendala dalam menggunakan layanan telemedis.[4]

Operasional[sunting | sunting sumber]

Kendala operasional merupakan aspek lain yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan layanan telemedis. Beberapa faktor operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  • Penolakan terhadap penggantian biaya (reimbursement)
  • Aksesibilitas terhadap teknologi
  • Pelatihan dan pendidikan bagi staf dan penyedia layanan,
  • Pemeliharaan dan pembaruan perangkat

Resiko[sunting | sunting sumber]

Seperti halnya layanan menggunakan teknologi informasi lainnya, telemedis juga rentan terhadap kejahatan siber karena di dalamnya terdapat data dan informasi pasien yang dapat dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Penyedia layanan telemedis harus bisa menjamin keamanan transaksi elektronis untuk menjaga keamanan data pasien serta menjaga reputasi dari penyedia layanan telemedis.

Sumber daya manusia[sunting | sunting sumber]

Teknologi informasi dan dunia kedokteran adalah dua hal yang berbeda, untuk memadukannya diperlukan sumber daya manusia yang kompeten. Untuk itu para ahli medis perlu mendapat pelatihan yang memadai dalam pemanfaatan teknologi dan terbiasa menyelaraskan kedua hal yang menjadi basis dari teknologi telemedis ini.[5]

Faktor sosial[sunting | sunting sumber]

Keinginan pasien untuk menggunakan aplikasi telemedis tidak hanya ditentukan oleh kemudahan yang ditawarkan oleh telemedis. Faktor lain seperti kualitas komunikasi visual kepada pasien dalam bentuk desain grafis dan dukungan layanan kesehatan dari organisasi lain dapat menjadi faktor yang mempengaruhi pasien untuk menggunakan layanan telemedis.[6]

Faktor geografi[sunting | sunting sumber]

Telemedis tidaklah hanya meng-elektronik-kan data-data medis dan kemudian dokter mengirimkankannya pada pasien atau sebaliknya, pasien mengirimkan keluhannya pada dokter atau paremedis, melainkan lebih dari itu. Perlu pula diadakan sinkronisasi dari data-data lain dari pasien misalnya informasi geografi sekitar dan posisi pasien pada saat tertentu, berkaitan dengan adanya epidemi atau penyakit lokal yang khusus terdapat pada suatu daerah misalnya. Personalisasi informasi kesehatan ini disebut sebagai location-based health information.[7]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Consolidated telemedicine implementation guide". www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-01-10. 
  2. ^ Houser, Shannon H.; Flite, Cathy A.; Foster, Susan L. (2023-01-10). "Privacy and Security Risk Factors Related to Telehealth Services – A Systematic Review". Perspectives in Health Information Management. 20 (1): 1f. ISSN 1559-4122. PMC 9860467alt=Dapat diakses gratis Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 37215337 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  3. ^ Houser, Shannon H.; Flite, Cathy A.; Foster, Susan L. (2023-01-10). "Privacy and Security Risk Factors Related to Telehealth Services – A Systematic Review". Perspectives in Health Information Management. 20 (1): 1f. ISSN 1559-4122. PMC 9860467alt=Dapat diakses gratis Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 37215337 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  4. ^ Houser, Shannon H.; Flite, Cathy A.; Foster, Susan L. (2023-01-10). "Privacy and Security Risk Factors Related to Telehealth Services – A Systematic Review". Perspectives in Health Information Management. 20 (1): 1f. ISSN 1559-4122. PMC 9860467alt=Dapat diakses gratis Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 37215337 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  5. ^ Telemedicine project launch today, The Hindu, Monday 29 December 2003[pranala nonaktif permanen]
  6. ^ Wu, Qiwei Luna; Brannon, Grace Ellen (2024-01). "What's after COVID-19?: Communication pathways influencing future use of telehealth". Patient Education and Counseling (dalam bahasa Inggris). 118: 108025. doi:10.1016/j.pec.2023.108025. 
  7. ^ Maged N Kamel Boulos, Location-based health information services: a new paradigm in personalised information delivery, Int J Health Geogr. 2003; 2: 2. Published online 2003 January 10. doi: 10.1186/1476-072X-2-2

Pranala luar[sunting | sunting sumber]