Doa yang Ditukar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

"Doa yang Ditukar" merupakan puisi yang dikarang oleh Fadli Zon pada 3 Februari 2019. Puisi ini adalah puisi kedua yang dikarang Fadli pada 2019 setelah "Ahmad Dhani" dan dan puisi ke-28 yang dikarang sejak 2014; Fadli kemudian mengarang puisi berjudul "Sajak Orang Kaget" selang beberapa hari setelah penulisan puisi ini. Puisi ini menanggapi insiden kesalahan pembacaan doa oleh Maimun Zubair yang malah mendoakan Prabowo Subianto alih-alih Joko Widodo dalam zikir akbar. Zikir akbar ini merupakan bagian dari lawatan Joko ke Pondok Pesantren Al-Anwar di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, yang merupakan lawatan kedua Joko ke pondok pesantren tersebut selepas lawatan pertama pada 4 Mei 2014. Puisi ini mendapat tanggapan yang beragam di kalangan pihak, termasuk puisi balasan yang dibuat Romahurmuziy dan Irma Suryani Chaniago. Sejumlah pihak mempertanyakan penggunaan beberapa kata, termasuk "kau", dan dibalas Fadli dengan "makelar doa". Banyak santri menggelar unjuk rasa menuntut Fadli meminta maaf kepada Maimun. Tuntutan permintaan maaf juga disuarakan oleh beberapa tokoh politik lainnya. Walaupun awalnya Fadli menolak meminta maaf atas puisinya, tetapi Fadli akhirnya meminta maaf karena dampak yang luas dari puisi ini.

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Alih-alih mendoakan Joko (kanan), Maimun malah tidak sengaja mendoakan Prabowo (kiri). Alih-alih mendoakan Joko (kanan), Maimun malah tidak sengaja mendoakan Prabowo (kiri).
Alih-alih mendoakan Joko (kanan), Maimun malah tidak sengaja mendoakan Prabowo (kiri).

Pada 1 Februari 2019, Presiden Joko Widodo mengunjungi Pondok Pesantren Al-Anwar di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, untuk bertemu dengan pengasuh pondok pesantren tersebut yaitu Maimun Zubair. Kedatangan Joko tersebut dilakukan dalam rangka menghadiri zikir akbar bertajuk "Sarang Berzikir untuk Indonesia Maju". Dalam perhelatan tersebut, Joko duduk bersebelahan dengan Maimun.[1] Joko menuturkan bahwa kedatangannya ke pondok pesantren itu bukanlah kunjungan pertamanya, tetapi kunjungan yang "kesatu ditambah satu";[2][a] sebelumnya Joko pernah bertandang ke ponpes ini untuk menemui Maimun pada 4 Mei 2014.[4] Maimun sempat menyebut pilihannya dalam Pilpres 2019 adalah Joko,[5] tetapi dalam doa penutup yang dibacakan pada akhir zikir akbar, Maimun malah membacakan doa yang ditujukan kepada Prabowo Subianto alih-alih Joko.[6] Sebelumnya, Prabowo pernah melawat ke Ponpes Al-Anwar untuk menemui Maimun pada 29 September 2018. Prabowo menyebut lawatannya itu bukan untuk meminta sokongan bagi Pilpres karena ingin menempatkan ulama di atas segala kepentingan, melainkan hanya sekadar meminta izin dan memohon doa restu.[7] Maimun mengaku gembira tatkala mengetahui Prabowo bersedia maju sebagai calon presiden.[8]

Kesalahan dalam pembacaan doa tersebut langsung menjadi viral di media sosial dan mendapat tanggapan dari pelbagai kalangan. Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy memberikan klarifikasi perihal video doa Maimun tersebut. Dalam klarifikasinya, Romahurmuziy menyebut video yang beredar dan digunakan kubu Prabowo-Sandiaga sudah disunting. Rommy meminta kepada pendukung Prabowo-Sandiaga—yang disebutnya sebagai "tukang framing pendukung Prabowo yang hobi ngedit dan motong video"—untuk menghentikan cara-cara yang kotor dan menjijikkan untuk memenangkan pasangan yang didukungnya sembari meminta agar menggunakan nalar, kreativitas, dan kecerdasan, alih-alih manipulasi, kebohongan, dan fitnah.[9] Menurut Romahurmuziy, potongan video yang viral tersebut tidak berdiri sendiri karena masih ada rangkaian sebelumnya dan sesudahnya. Romahurmuziy menegaskan bahwa ketika zikir akbar tersebut sudah selesai, Maimun langsung mengklarifikasi terkait kesalahan yang diperbuat dalam pembacaan doa bahwa Maimun salah mengucap Joko sebagai Prabowo dan yang dimaksud Maimun dalam doa tersebut sebenarnya adalah Joko. Maimun menyebut faktor usianya yang saat itu sudah mencapai 90 tahunan membuatnya salah mengucapkan doa.[10] Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Arwani Thomafi yang hadir dalam zikir akbar tersebut meminta masyarakat melihat video yang viral itu secara utuh, bukannya sepotong-sepotong. Arwani menyebut Maimun jelas-jelas mendoakan Joko untuk memimpin Indonesia hingga kedua kalinya.[11] Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Sa'adi menyebut kesalahan tersebut sangat manusiawi dan tidak mengurangi maksud yang terkandung dalam doa itu sehingga semua pihak diminta tidak menjadikan nilai-nilai ritual keagamaan seperti doa sebagai bahan olok-olok, ejekan, dan untuk konsumsi kepentingan politik praktis.[12]

Puisi[sunting | sunting sumber]

Menanggapi insiden kesalahan pembacaan doa, Fadli mengarang puisi "Doa yang Ditukar" yang merupakan puisi ke-2 yang dikarangnya pada 2019 dan puisi ke-28 yang dikarangnya sejak 2014.
Lukman meminta Fadli membuat klarifikasi berkenaan dengan kata "kau" dalam puisi karangan Fadli.

"Doa yang Ditukar" dikarang oleh Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Bidang Politik dan Keamanan Fadli Zon. Puisi ini adalah puisi karya Fadli kedua yang dikarang pada 2019 setelah "Ahmad Dhani" dan puisi ke-28 yang dikarang sejak 2014. Puisi kedua ini dibuat enam hari setelah puisi "Ahmad Dhani" yang dikarang pada 28 Januari,[13] tepatnya 3 Februari, dua hari setelah peristiwa kesalahan pembacaan doa. Dalam puisi ini, Fadli menyindir soal agama yang diobral, penguasa tengik, hingga perbaikan doa yang dianggapnya sebagai pertunjukan yang gagal. Dalam puisi ini pula Fadli berdoa kepada Allah dengan penuh keikhlasan untuk menguatkan 'para pejuang di jalan amanah'.[14] Setelah mengarang puisi ini, Fadli kemudian mengarang puisi berjudul "Sajak Orang Kaget" pada 13 Februari. "Sajak Orang Kaget" bercerita tentang "orang kaget" dan menyinggung masalah seperti tingginya harga tiket pesawat hingga honor guru.[15] Walaupun tidak disebutkan dengan jelas siapakah yang disasar "Sajak Orang Kaget", tetapi sebelumnya Fadli pernah menyinggung istilah "kaget" dalam pernyataannya yang mengkritisi Joko yang kaget dengan harga tiket pesawat yang mahal. Dalam pernyataannya, Fadli mengatakan bahwa kekagetan Joko ini bukanlah yang pertama, sembari memberikan contoh berupa kekagetan Joko atas kemacetan yang bisa merugikan hingga triliunan rupiah, kenaikan harga avtur, dll.[16] Sebelum puisi ini dikarang, Fadli menyatakan bahwa dirinya mengaku heran dengan doa Maimun yang tak sengaja menyebut Prabowo lalu "direvisi"; Fadli mengaku baru tahu jika doa bisa "direvisi". Fadli menyebut bahwa doa Maimun sudah didengar oleh Allah dan diamini peserta zikir akbar.[17]

Isi puisi ini kemudian mendapat tanggapan dari pelbagai pihak. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin lewat akun Twitter pribadinya meminta Fadli membuat klarifikasi berkenaan dengan kata "kau" pada "Doa yang Ditukar". Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Qotrunnada Wahid—mempertegas dirinya tidak pernah mengomentari Fadli sebelumnya—mempertanyakan maksud dari "bandar", "pembisik", "kacung", dan "makelar" yang dijumpai dalam puisi tersebut.[18] Menanggapi pertanyaan Lukman, Fadli menjawab bahwa "kau" yang tertulis dalam puisi ini bukanlah Maimun, melainkan penguasa dan "makelar doa".[19] Fadli menegaskan istilah "penguasa" dalam puisi ini tidak ditujukan kepada Maimun, karena menurutnya Maimun bukanlah penguasa.[20] Menanggapi penggunaan kata "kau" dan "makelar doa", Politikus Partai Golongan Karya Nusron Wahid menganggap jawaban Fadli tersebut dapat disimpulkan bahwa Maimun bisa digerakkan oleh makelar sembari menilai Fadli telah merendahkan integritas dan kepribadian Maimun. Menurut Nusron, jawaban Fadli seperti memperlihatkan sikap pendukung Prabowo-Sandi dalam memandang ulama dan mencurigai mereka juga menggunakan "makelar ulama". Tidak dijelaskan dengan gamblang penguasa dan "makelar doa" yang dimaksud Fadli, tetapi Nusron menduga "makelar doa" tersebut adalah Romahurmuziy; Nusron menegaskan Maimun tak mungkin tunduk kepada Romahurmuziy.[21] Namun, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Andre Rosiade menilai Fadli tidak menyasar Maimun dalam puisi ini, tetapi untuk "makelar doa" yang membujuk Maimun merevisi doanya.[22] Salah satu dari putra Maimun bernama Majid Kamil menilai Fadli bermain api dengan penggunaan kata "kau" sehingga membuat pihak lain merasa tersinggung. Majid menganggap walaupun sebetulnya secara pribadi dia tak terpancing dengan puisi ini, tetapi ada saudaranya yang lain yang sempat terpancing dengan puisi ini, walau kemudian bisa diredam agar ditanggapi dengan kepala dingin.[23] Majid menambahkan Fadli tak merasa bersalah atas perkataan "kau" dalam puisi ini meski banyak yang mempermasalahkan perkataan itu dan menilai bapaknya tidak merasa disalahi atas puisi tersebut.[24]

Dampak[sunting | sunting sumber]

Bersama Mbah Moen di pesantren Syekh Ahmad bin Muhammad Alawy Al Maliki, Rusaifah, Mekkah. Sy selalu hormat pd beliau n doa beliau utk P @prabowo mudah2an diijabah. Amin.

– Fadli Zon (@Fadlizon), 6 Februari 2019.[25]

Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy membuat dua puisi balasan yang diunggah lewat akun Twitter pribadinya, yaitu puisi berjudul "Katanya Bela Ulama" yang diunggah pada 3 Februari,[26] dan puisi satu lagi yang diunggah dua hari kemudian.[27] Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Irma Suryani Chaniago membuat puisi balasan berjudul "Aku".[28] Pada 7 Februari, untuk membuktikan Fadli masih menghormati Maimun, Fadli mengunggah foto bersama Maimun lewat akun Twitter-nya.[25]

Laporan Fadli ke Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri ditembuskan kepada Tito (kiri) dan Bambang (kanan). Laporan Fadli ke Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri ditembuskan kepada Tito (kiri) dan Bambang (kanan).
Laporan Fadli ke Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri ditembuskan kepada Tito (kiri) dan Bambang (kanan).

Puisi ini juga memicu berbagai kalangan turun ke jalan untuk menyelenggarakan unjuk rasa. Pada 8 Februari, ribuan santri dari pondok pesantren seluruh Kudus yang tergabung dalam Aliansi Santri Bela Kiai menggelar demonstrasi di Alun-alun Simpang Tujuh, Kudus, Jawa Tengah;[29] koordinator demonstrasi mengklaim jumlah santri yang ikut serta dalam demonstrasi ini berjumlah 2.000 orang. Dalam demonstrasi ini, para santri membawa pelbagai poster yang bertuliskan "Mulutmu Harimaumu", "Kau Wakil Rakyat yang Munafik", hingga "Fadli? Man Huwa? Huwa Hayawan Bila Natiq" (Arab: "Fadli? Siapa dia? Dia adalah hewan yang tidak berpikir").[30] Andre menduga ada pihak yang ingin membenturkan Fadli dengan Maimun dan kiai lainnya.[22] Pada 10 Februari, ratusan santri di Jember, Jawa Timur, menggelar unjuk rasa serupa.[31] Pada 15 Februari, sekitar 5.000 santri di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, termasuk ratusan perwakilan santri dari Cisarua, menggelar unjuk rasa.[32] Pada hari yang sama, 1.111 santri di Kebumen, Jawa Tengah menggelar aksi damai.[33] Pada 18 Februari, sebuah unjuk rasa yang digelar Jaringan Santri Nasional di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, menuntut akan melaporkan Fadli kepada kepolisian. Mereka juga menuntut Fadli meminta maaf kepada Maimun.[34] Pada hari yang sama di Balai Kota Bogor, Bogor, Jawa Barat, ratusan santri menggelar unjuk rasa memprotes sikap Fadli yang dinilai merendahkan Maimun lewat puisi karangannya.[35]

Bersama Gifari Shadad Ramadhan, Rizka Ananda melaporkan Fadli ke Direktorat Tindak Pidana Siber Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia (Bareskrim Polri) karena diduga melakukan penghinaan kepada Maimun; laporan tersebut ditembuskan ke Kapolri Tito Karnavian dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Bambang Soesatyo.[36]

Tanggapan[sunting | sunting sumber]

Bersama Yenny, Said menyebut Fadli lewat puisinya tidak memiliki adab.

Secara garis besar, puisi ini mendapat tanggapan yang beragam dari pelbagai pihak. Romahurmuziy menyebut "Doa yang Ditukar" menegaskan klaimnya bahwa ini bukanlah kali pertama pihak Prabowo menghina ulama, sembari menambahkan bukti lain yaitu pihak Prabowo tidak mengindahkan ijtima ulama memberikan pilihan untuk mengangkat tokoh dari kalangan ulama sebagai calon wakil presiden.[37] Putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid mengaku menyesalkan puisi ini yang dinilainya sebagai bentuk penghinaan kepada ulama.[38] Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Arsul Sani menyebut puisi ini semakin membulatkan dukungan kaum Nahdliyin (warga Nahdlatul Ulama) kepada pasangan Joko-Ma'ruf. Arsul menambahkan doa tersebut dibingkai dan dijadikan berita palsu lewat media sosial secara masif. Bersama Yenny, Arsul menyebut puisi ini adalah sebuah kesalahan besar bagi pasangan Prabowo-Sandiaga yang diperbuat Fadli. Bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, Yenny menyebut banyak Nahdliyin yang marah dan tak terima dengan puisi ini karena dianggap telah menghina Maimun. Said menyebut Fadli adalah orang yang tidak beradab dan tidak berakhlak,[39][40][41] sementara Yenny meminta Fadli untuk memperhatikan adabnya.[42] Menguatkan pendapat Said, Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini menyebut walaupun Fadli memang tak menyebut nama Maimun dalam puisi ini, tetapi Nadhliyin tahu jika puisi ini ditujukan kepada Maimun karena diterbitkan sesaat usai terjadinya insiden kesalahan pembacaan doa.[43] Direktur Riset Populi Center Usep S. Ahyar menilai puisi ini membuat suara untuk pasangan Prabowo-Sandiaga di provinsi Jawa Tengah semakin terpuruk. Usep mencatat puisi itu menimbulkan dampak yang fatal karena dinilai melecehkan Maimun sebagai salah satu kiai yang terpandang di Jawa Tengah.[44] Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto menyindir puisi Fadli dengan menyebut bahwa politikus harus belajar dari kebudayaan yang penuh dengan nilai-nilai peradaban, karena kebudayaan itu pada dasarnya tak bisa disalahgunakan dan ketika disalahgunakan, maka bisa terjadi masalah seperti penghinaan ulama.[45] Ketua Baitul Muslimin PDIP Hamka Haq menyebut puisi ini dapat memengaruhi suara pendukung Partai Gerindra sehingga bisa beralih ke PDIP.[46]

Dari pihak yang mendukung puisi ini, dua Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional memberikan tanggapan positif bagi puisi ini. Muhammad Syafii membantah tudingan yang menilai puisi ini menghina Maimun dengan menyebut tudingan tersebut adalah pemutarbalikan fakta. Syafii menyerang balik pendukung Joko dengan mengatakan mereka menghina Maimun karena keberatan ketika Maimun menyebut agar Allah menjadikan Prabowo sebagai presiden Indonesia selanjutnya. Syafii menilai doa Maimun berasal dari lubuk hati Maimun sendiri. Syafii tidak mempersoalkan jika ada pihak yang melaporkan Fadli Zon ke polisi, sembari menyindir polisi pasti bergegas menangani laporan itu karena Fadli berasal dari pihak oposisi.[47] Andre Rosiade menegaskan puisi ini tidak ditujukan kepada Maimun karena Fadli tak berniat menghina Maimun, dibuktikan lewat pernyataan oleh Fadli sendiri dan foto antara Fadli dan Maimun.[22] Sandiaga Uno menolak berkomentar perihal puisi ini.[48]

Permintaan maaf[sunting | sunting sumber]

Khofifah menyarankan Fadli untuk meminta maaf dengan Maimun.

Sejumlah pihak menuntut permintaan maaf dari Fadli terkait puisi ini. Said menyebutkan bahwa meminta maaf itu tidak berat, tetapi jika Fadli tidak bersedia meminta maaf, maka Fadli akan mendapat kualat dari Allah.[41] Helmy bersama Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa menyarankan Fadli langsung menyambangi kediaman Maimun untuk meminta maaf secepat mungkin.[43][49]

Menanggapi tuntutan permintaan maaf, pada 11 Februari, Fadli menolak meminta maaf karena puisi itu lebih merupakan bentuk ekspresi semata dan tak berhubungan dengan Maimun.[50] Fadli menilai puisi karangannya 'digoreng' oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk menyebarkan fitnah dan memanipulasi informasi;[51] sebelumnya Fadli memperbolehkan siapapun untuk 'menggoreng' puisinya.[20] Namun, pada 16 Februari, Fadli menyatakan meminta maaf kepada Maimun karena dampak yang luas dari puisi ini dianggap Fadli membuat Maimun dan keluarganya merasa tak nyaman.[52] Permintaan maaf ini didukung oleh putra Maimun sendiri bernama Majid Kamil.[24]

Permintaan maaf ini mendapat tanggapan dari pelbagai kalangan. Anggota Direktorat Advokasi BPN Habiburokhman menilai Fadli sebagai seorang negarawan yang bersedia meminta maaf kepada Maimun walaupun permintaan maaf tersebut tidak diperlukan karena puisi itu masih dalam ranah kebebasan berpendapat yang dijamin konstitusi.[53] Wasekjen DPP PPP Achmad Baidowi menilai permintaan maaf Fadli tidak tulus karena mengandung niatan politik tertentu.[54] Rizka memandang permintaan maaf Fadli tidak menyelesaikan masalah karena dinilai tidak tulus, tetapi menuduh orang lain sebagai pelakunya.[36]

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Detik membandingkan penghindaran angka 2 oleh Joko juga dilakukan oleh Tim Basuki Tjahaja Purnama lewat akun YouTube-nya bernama Panggil Saya BTP. Video yang diunggah akun tersebut terkesan menghindari angka 2 dengan langsung mengunggah sebuah video bertajuk "BTPVLOG #3 - SILATURAHMI DENGAN KELUARGA HOEGENG" setelah sebelumnya mengunggah video bertajuk "BTPVLOG #1 - PULANG". Anggota Tim Basuki Tjahaja Purnama Ima Mahdiah menyebut alasan tidak menggunakan nomor 2 adalah tim ini tidak condong ke nomor 2, yang merujuk kepada nomor pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam pemilihan umum Presiden Indonesia 2019.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Jordan, Ray (1 Februari 2019). "Jokowi Bertemu Mbah Moen dan Zikir Akbar di Ponpes Al Anwar Rembang". detikcom. Diakses tanggal 10 Februari 2019. 
  2. ^ Jordan, Ray (1 Februari 2019). "Jokowi Tak Sebut '2' di Ponpes Mbah Moen: Kehadiran yang ke-1 Tambah 1". detikcom. Diakses tanggal 10 Februari 2019. 
  3. ^ "Kala Jokowi dan Ahok Kompakan Hindari Angka 2". detikcom. 2 Februari 2019. Diakses tanggal 10 Februari 2019. 
  4. ^ Maharani, Dian (4 Mei 2014). Auliani, Palupi Annisa, ed. "Bertemu Sesepuh PPP, Jokowi Tak Bicara Koalisi". Kompas.com. Diakses tanggal 28 Februari 2019. 
  5. ^ Syaefudin, Arif (1 Februari 2019). "Dikunjungi Jokowi, Mbah Moen: Pilih yang Paling Dekat Malam Ini". detikcom. Diakses tanggal 10 Februari 2019. 
  6. ^ Hadi, Syafiul (2 Februari 2019). Persada, Syailendra, ed. "Di Acara Jokowi, Maimun Zubair Salah Sebut Prabowo Jadi Pemimpin". Tempo.co. Diakses tanggal 10 Februari 2019. 
  7. ^ Syaefudin, Arif (29 September 2018). "Sowan ke Mbah Moen, Prabowo: Saya Tak Datang Minta Dukungan". detikcom. Diakses tanggal 22 Februari 2019. 
  8. ^ Syaefudin, Arif (29 September 2018). "Disowani Prabowo, Mbah Moen: Saya Gembira Beliau Mau Jadi Capres". detikcom. Diakses tanggal 22 Februari 2019. 
  9. ^ Triyoga, Hardani (3 Februari 2019). "Klarifikasi Doa Kiai Maimun, Rommy: Pendukung Prabowo Hobi Ngedit". VIVA.co.id. Diakses tanggal 12 Februari 2019. 
  10. ^ Arigi, Fikri (2 Februari 2019). Persada, Syailendra, ed. "Ketua Umum PPP: Kiai Maimun Zubair Salah Sebut Nama Pak Jokowi". Tempo.co. Diakses tanggal 28 Februari 2019. 
  11. ^ Septianto, Bayu (2 Februari 2019). "PPP Tanggapi Video Viral Mbah Moen Sebut Prabowo dalam Doa". Tirto. Diakses tanggal 11 Februari 2019. 
  12. ^ Batubara, Herianto (4 Februari 2019). "MUI: Salah Ucap Mbah Moen Manusiawi, Jangan Jadikan Doa Olok-olok". detikcom. Diakses tanggal 28 Februari 2019. 
  13. ^ Arigi, Fikri (29 Januari 2019). Wijanarko, Tulus, ed. "Puisi Fadli Zon untuk Ahmad Dhani". Tempo.co. Diakses tanggal 1 Februari 2019. 
  14. ^ Komara, Indra (3 Februari 2019). "Heboh Doa Mbah Moen, Fadli Zon Tulis Puisi 'Doa yang Ditukar'". detikcom. Diakses tanggal 10 Februari 2019. 
  15. ^ Kami, Indah Mutiara (13 Februari 2019). "Fadli Zon Bikin 'Sajak Orang Kaget', Sentil Tiket Pesawat hingga Kecebong". detikcom. Diakses tanggal 14 Februari 2019. 
  16. ^ Carina, Jessi (13 Februari 2019). Krisiandi, ed. "Fadli Zon Sebut Pemerintah Amatiran karena Presiden Sering Kaget". Kompas.com. Diakses tanggal 26 Februari 2019. 
  17. ^ Hariyanto, Ibnu (4 Februari 2019). "Bagi Fadli Zon, Doa Mbah Moen untuk Prabowo Sudah Didengar Allah". detikcom. Diakses tanggal 28 Februari 2019. 
  18. ^ Batubara, Herianto (5 Februari 2019). "Menag Tanya Fadli Zon: Apakah Sosok Kau di 'Doa yang Ditukar' Mbah Moen?". detikcom. Diakses tanggal 11 Februari 2019. 
  19. ^ Triyoga, Hardani (5 Februari 2019). "Fadli Zon Jawab Menag soal Kau: Itu Penguasa dan Makelar Doa". VIVA.co.id. Diakses tanggal 12 Februari 2019. 
  20. ^ a b Anggriawan, Ryan Dwiky (13 Februari 2019). Persada, Syailendra, ed. "Fadli Zon soal Doa yang Ditukar: Puisi kan Bagian Ekspresi". Tempo.co. Diakses tanggal 5 Maret 2019. 
  21. ^ Zhacky, Mochamad (9 Februari 2019). "Nusron Wahid soal Makelar Doa: Fadli Rendahkan Integritas Mbah Moen". detikcom. Diakses tanggal 12 Februari 2019. 
  22. ^ a b c Erwanti, Marlinda Oktavia (8 Februari 2019). "BPN soal Protes Santri Kudus: Ada yang Benturkan Fadli Zon-Ulama". detikcom. Diakses tanggal 26 Februari 2019. 
  23. ^ Syaefudin, Arif (12 Februari 2019). "Putra Mbah Moen Ingatkan Fadli Zon Jangan Suka Main Api". detikcom. Diakses tanggal 24 Februari 2019. 
  24. ^ a b Syaefudin, Arif (17 Februari 2019). "Fadli Minta Maaf, Putra Mbah Moen: Pintu Terbuka Buat Siapa Saja". detikcom. Diakses tanggal 24 Februari 2019. 
  25. ^ a b Retaduari, Elza Astari (7 Februari 2019). "Dianggap Hina Ulama, Fadli Zon Posting Foto Bareng Mbah Moen". detikcom. Diakses tanggal 26 Februari 2019. 
  26. ^ Medistiara, Yulida (4 Februari 2019). "Rommy Balas Puisi Fadli Zon: Katanya Bela Ulama, Kiai Sepuh Kau Nista". detikcom. Diakses tanggal 11 Februari 2019. 
  27. ^ "Romahurmuziy Balas Puisi 'Doa yang Ditukar' Fadli Zon". CNN Indonesia. 6 Februari 2019. Diakses tanggal 11 Februari 2019. 
  28. ^ Retaduari, Elza Astari (6 Februari 2019). "Irma Suryani Ikut Berpuisi, Bikin 'Raja Nyinyir' untuk Fadli". detikcom. Diakses tanggal 11 Februari 2019. 
  29. ^ Billiocta, Ya'cob (8 Februari 2019). Billiocta, Ya'cob, ed. "Ribuan Santri di Kudus Kecam Puisi Fadli Zon 'Doa yang Ditukar'". Merdeka.com. Diakses tanggal 21 Februari 2019. 
  30. ^ "Bela Mbah Moen, Santri Sebut Fadli Zon 'Hewan Tak Berpikir'". CNN Indonesia. 8 Februari 2019. Diakses tanggal 21 Februari 2019. 
  31. ^ Mulyono, Yakub (10 Februari 2019). "Ratusan Santri di Jember Gelar Aksi Long March Bela Kiai". detikcom. Diakses tanggal 28 Februari 2019. 
  32. ^ Aliansyah, Muhamad Agil (15 Februari 2019). Aliansyah, Muhamad Agil, ed. "Protes Fadli Zon Soal Puisi Doa Tertukar, Santri di Bogor Gelar Aksi Bela Mbah Moen". Merdeka.com. Diakses tanggal 5 Maret 2019. 
  33. ^ Supriyanto (16 Februari 2019). "1.111 Santri Kebumen Gelar Aksi Bela Kiai - Suara Merdeka". Suara Merdeka Online. 
  34. ^ "Fadli Zon Bakal Dipolisikan Jika Tak Minta Maaf ke Mbah Moen". CNN Indonesia. 18 Februari 2019. Diakses tanggal 20 Februari 2019. 
  35. ^ Sudarno, Achmad (18 Februari 2019). Rinaldo; Fahmi, Yusron, ed. "Massa Ancam Geruduk Kediaman Fadli Zon Jika Tak Sungkem ke Mbah Moen". Liputan6.com. Diakses tanggal 20 Februari 2019. 
  36. ^ a b Wibisono, Kunto (20 Februari 2019). Wibisono, Kunto, ed. "Fadli Zon diadukan ke polisi terkait puisi 'Doa yang Ditukar'". ANTARA News. Diakses tanggal 21 Februari 2019. 
  37. ^ Idris, Muhammad (9 Februari 2019). "Ketum PPP Kritik Puisi 'Doa yang Ditukar' Fadli Zon". detikcom. Diakses tanggal 26 Februari 2019. 
  38. ^ Firdaus, Randy Ferdi (8 Februari 2019). Firdaus, Randy Ferdi, ed. "Jokowi Minta Doa Mbah Moen, Yenny Wahid Bilang 'Kenapa Kok Marah?'". Merdeka.com. Diakses tanggal 26 Februari 2019. 
  39. ^ Ibrahim, Gibran Maulana (4 Februari 2019). "TKN Jokowi: Puisi 'Doa yang Ditukar' Fadli Zon Blunder!". detikcom. Diakses tanggal 11 Februari 2019. 
  40. ^ "Yenny Wahid: Warga NU Banyak Tak Terima Puisi Fadli Zon". CNN Indonesia. 7 Februari 2019. Diakses tanggal 22 Februari 2019. 
  41. ^ a b (), Muh. Syaifullah (15 Februari 2019). Hantoro, Juli, ed. "Puisi Fadli Zon, Said Aqil: NU Marah, Kiai Maimoen Dilecehkan". Tempo.co. Diakses tanggal 26 Februari 2019. 
  42. ^ Priatmojo, Dedy (7 Februari 2019). "Puisi Doa yang Tertukar, Yenny Wahid: Fadli Zon Jangan Su'ul Adab". VIVA.co.id. Diakses tanggal 22 Februari 2019. 
  43. ^ a b Edi, Purnomo (15 Februari 2019). Moerti, Wisnoe, ed. "Ketum PBNU Sarankan Fadli Zon Minta Maaf Langsung pada Mbah Moen". Merdeka.com. Diakses tanggal 26 Februari 2019. 
  44. ^ Setiawan, Riyan (7 Februari 2019). "Puisi Fadli Zon Buat Suara Prabowo-Sandi di Jateng Makin Terpuruk". Tirto. Diakses tanggal 11 Februari 2019. 
  45. ^ Firdaus, Randy Ferdi (9 Februari 2019). Firdaus, Randy Ferdi, ed. "Sindir Fadli Zon, Hasto Kristiyanto Bilang Politisi Harus Berbicara yang Baik". Merdeka.com. Diakses tanggal 11 Februari 2019. 
  46. ^ Adyatama, Egi (21 Februari 2019). Kurniawati, Endri, ed. "PDIP: Puisi Fadli Zon Bisa Ganggu Elektabilitas Pemilih Gerindra". Tempo.co. Diakses tanggal 22 Februari 2019. 
  47. ^ Setiawan, Riyan (8 Februari 2019). "Puisi Fadli Zon Disebut Hina Kiai Maimun, BPN: Putar Balik Fakta". Tirto. Diakses tanggal 11 Februari 2019. 
  48. ^ Rahmadi, Dedi, ed. (10 Februari 2019). "Sandiaga Tak Mau Tanggapi Puisi Fadli Zon yang Disinyalir Singgung Mbah Moen". Merdeka.com. Diakses tanggal 26 Februari 2019. 
  49. ^ Sasongko, Darmadi (10 Februari 2019). Fadil, Iqbal, ed. "Khofifah Sarankan Fadli Zon Sowan dan Minta Maaf ke KH Maimoen Zubair". Merdeka.com. Diakses tanggal 26 Februari 2019. 
  50. ^ Stefanie, Christie (11 Februari 2019). "Tolak Minta Maaf, Fadli Sebut Tak Hina Mbah Moen Lewat Puisi". CNN Indonesia. Diakses tanggal 12 Februari 2019. 
  51. ^ Halim, Devina (17 Februari 2019). Gatra, Sandro, ed. "Fadli Zon Nilai Puisinya "Doa yang Ditukar" Digoreng Sejumlah Pihak". Kompas.com. Diakses tanggal 21 Februari 2019. 
  52. ^ Triyoga, Hardani (17 Februari 2019). "Puisi Doa yang Ditukar Dipelintir, Fadli Zon Minta Maaf ke Kiai Maimun". VIVA.co.id. Diakses tanggal 18 Februari 2019. 
  53. ^ Zhacky, Mochamad (18 Februari 2019). "Fadli Zon Minta Maaf ke Mbah Moen, BPN: Beliau Negarawan". detikcom. Diakses tanggal 18 Februari 2019. 
  54. ^ Hidayat, Faiq (18 Februari 2019). "PPP: Minta Maaf Fadli Zon ke Mbah Moen Seperti Ada Hitungan Politik". detikcom. Diakses tanggal 18 Februari 2019. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]