Diskriminasi bahasa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Diskriminasi bahasa atau disebut juga denga glottophobia merupakan perlakuan tidak adil yang diterima seseorang karena penggunaan bahasa dan cara bicaranya. Penggunaan bahasa diantaranya meliputi penggunaan bahasa ibu, aksen, pilihan kosakata, penyusunan kalimat, dan nada bicara.[1] Oleh karena perbedaan bahasa yang digunakan seseorang mendapatkan penilaian mengenai status, pendidikan, latar belakang, dan karakter yang berujung pada prilaku diskriminatif atau membeda-bedakan.

Pada pertengahan tahun 1980, diskriminasi bahasa menurut ahli bahasa Tove Skutnabb-Kangas sebagai suatu ideologi dan struktur yang digunakan untuk melegitimasi, mengefektifkan, dan mereproduksi pembagian sumber daya secara tidak setara baik materi maupun non-materi antara kelompok-kelompok yang didefinisikan secara bahasa. Diskriminasi bahasa ditentukan secara sosial dan budaya karena prefensi untuk satu penggunaan bahasa atau dialek dianggap lebih baik dari yang lain.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "What is glottophobia and should it be illegal?". The Week UK (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-13. 
  2. ^ Quoted in Skutnabb-Kangas, Tove, and Phillipson, Robert, "'Mother Tongue': The Theoretical and Sociopolitical Construction of a Concept." In Ammon, Ulrich (ed.) (1989). Status and Function of Languages and Language Varieties, p. 455. Berlin, New York: Walter de Gruyter & Co. ISBN 3-11-011299-X.