Detak jantung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Denyut jantung)

Detak jantung adalah debaran yang dikeluarkan oleh jantung dan akibat aliran darah melalui jantung. Dokter biasanya menggunakan stetoskop ketika memerika pasien untuk mendengarkan detak jantung, yang memberikan informasi penting tentang kondisi jantung.

Awal mula[sunting | sunting sumber]

Animasi dari detak jantung

Detak jantung pertama kali muncul pada janin sejak minggu ke-6 selama masa kehamilan. Kecepatan detak jantung janin pertama kali pada rentang 75-80 kali per menit. Tingkat kecepatan ini sama dengan tingkat kecepatan detak jantung ibu yang hamil. Pada satu bulan pertama hingga minggu ke-9 masa kehamilan, detak jantung pada janin mengalami peningkatan menjadi sekitar 165-185 kali per menit. Setelah itu, etak jantung pada janin mengalami penurunan hingga minggu ke-15 masa kehamilan menjadi sekitar 150 kali per menit. Pada masa akhir kehamilan hingga tiba masa melahirkan, detak jantung bayi menjadi stbail dengan rentang 120-160 kali per menit.[1] Detak jantung bayi dapat diketahui dengan menggunakan alat fetal ekokardiografi.[2]

Siklus[sunting | sunting sumber]

Tampang depan dari toraks, menunjukan hubungan permukaan antara tulang, paru-paru (berwarna ungu), pleura (biru), dan jantung (merah). Katup jantung diberi label "B", "T", "A", dan "P".

Denyut jantung pertama: disebabkan oleh katup atrioventricular - Bikuspid/Mitral (B) dan Trikuspid (T).

Detak jantung kedua diakibatkan oleh katup semilunar -- Aorta (A) dan Pulmonari/Pulmonik (P).

Satu detak jantung yang lengkap dihitung sebagai satu siklus jantung. Prosesnya melalui dua tahapan yaitu sistol dan diastol. Pada tahapan pertama, darah dipompa sebagai akibat dari kontraksi bilik jantung untuk sirkulasi paru dan sistemi. Pada kondisi ini, bilik jantung dalam keadaan rileks. Darah kemudian mengisi atrium pada tahapan diastol. Kedua tahapan ini membuat pemompaan darah terjadi dalam sistem tertutup pada sistem peredaran darah.[3]

Perubahan kecepatan[sunting | sunting sumber]

Pada pekerjaan yang sangat ringan, rata-rata jantung manusia berdetak kurang dari 60 kali tiap detik. Pada pekerjaan yang tergolong ringan, rata-rata jantung manusia berdetak antara 60-100 kali per detik. Detak jantung manusia meningkat menjadi 100-125 detak per detik pada pekerjaan sedang. Pada pekerjaan berat, rata-rata jantung manusia berdetak antara 125-150 kali tiap detik. Lalu pada pekerjaan yang sangat berat, detak jantung manusia berdetak rata-rata 150-175 kali per detik. Sementara pada pekerjaan yang terlalu berat, jantung manusia dapat berdetak lebih dari 175 kali tiap detik.[4]

Peningkatan[sunting | sunting sumber]

Peningkatan detak jantung dipengaruhi oleh jumlah otot-otot yang sedang bekerja pada tubuh. Kinerja otot-otot ini memerlukan ketersediaan oksigen yang berasal dari paru-paru dan kemudian diantarkan oleh darah yang menuju ke jantung. Oksigen ini kemudian dikirim ke otot-otot melalui darah.

Peningkatan kecepatan detak jantung dapat terjadi selama latihan daya tahan tubuh. Dalam latihan daya tahan tubuh, otot-otot dilatih untuk memiliki kemampuan bekerja tanpa menghasilkan kelelahan fisik bagi tubuh. Latihan daya tahan tubuh merupakan bentuk latihan peningkatan sistem peredaran darah.[5] Detak jantung juga dapat meningkat minimum 60% dari detak jantung maksimum melalui latihan aerobik. Bentuk latihannya adalah senam aerobik rutin harian selama 30 menit. Peningkatan detak jantung melalui latihan aerobik mampu menjaga kesehatan dan kebugaran di masa dewasa awal.[6]

Fungsi[sunting | sunting sumber]

Penanda penyakit[sunting | sunting sumber]

Denyut jantung merupakan salah satu indikator kesehatan manusia.[7] Kondisi denyut jantung yang cepat menjadi salah satu gejala penyakit anemia pada masa kehamilan.[8]

Gangguan[sunting | sunting sumber]

Jantung merupakan bagian utama dari sistem peredaran darah. Normalnya, jantung berdetak pada rentang 60-100 kali tiap menit. Detak jantung dapat menjadi tidak stabil karena pengaruh dari pola makan dan pola hidup yang tidak sehat. Ketidakstabilan detak jantung ini disebut sebagai aritmia. Pada kondisi gangguan, jantung dapat berdetak lebih kencang ataupun lebih lamban daripada kondisinya yang normal. Aritmia dapat terjadi ketika pengontrol detak jantung yang berupa penghantar listrik mengalami gangguan pada sel saraf penghantarnya. Selain itu, aritmia dapat disebabkan oleh kondisi abnormal pada bagian jantung yang memiliki kemampuan menghantarkan listrik. Detak jantung yang kencang dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya gagal jantung kongestif. Sementara detak jantung yang lamban dapat menyebabkan seseorang pingsan secara mendadak akibat kurangnya aliran darah ke otak.[9]

Pemulihan[sunting | sunting sumber]

Detak jantung dapat mengalami fibrilasi atrium. Kondisi ini dapat diatasi dengan melalui pemulihan serambi jantung ke kondisi normalnya. Pada kondisi normal, jantung berdetak kurang dari 100 kali tiap menit. Sementara itu, pengendalian ritme detak jantung berarti mengembalikan iramanya dari fibrilasi atrium menjadi irama sinusoid. Persiapan awal untuk memulai pemulihan detak jantung ada tiga. Pertama, mengamati keberadaan tanda-tanda gagal jantung dengan melakukan evaluasi klinis. Kedua, mengamati terjadi tidaknya pembesaran jantung dan edema paru melalui pemeriksaan radiologi. Ketiga, menilai kinerja pompa jantung dengan fraksi ejeksi yang mengkonfirmasi pemeriksaan ekokardiografi.[10]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Supangat, dkk. (2020). Trilogi Jiwa Otak Jantung dalam Perspektif Sain's dan Qur'an. Jember: UPT Penerbitan Universitas Jember. hlm. 32–33. 
  2. ^ Rahayu, A. P., dkk. (November 2021). Gunawan, Candra, ed. Modul Pemberdayaan Ibu dan Keluarga di Manajemen Pelayanan Maternitas pada Ibu Hamil (PDF). Samarinda: CV Gunawana Lestari. hlm. 46. ISBN 978-623-6066-22-5. 
  3. ^ Purnamasari, R., dan Santi, D. R. (Desember 2017). Pribadi, Eko Teguh, ed. Fisiologi Hewan. Surabaya: Program Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel. hlm. 11. ISBN 978-602-50337-2-8. 
  4. ^ Susanti, L., Zadry, H. R., dan Yuliandra, B. (2015). Pengantar Ergonomi Industri (PDF). Padang: Andalas University Press. hlm. 15. ISBN 978-602-8821-74-2. 
  5. ^ Mintarto, Edy (2019). Kriswanto, Erwin Setyo, ed. Komponen Biomotor Olahraga (PDF). Bantul: Penerbit Samudra Biru. hlm. 40. ISBN 978-623-261-012-5. 
  6. ^ Mariyati, L. I., dan Rezania, V. (November 2021). Multazam, M. T., Darmawan, dan Wijayanti, W. W., ed. Buku Ajar Psikologi Perkembangan I. Sidoarjo: UMSIDA Press. hlm. 108. ISBN 978-623-6292-34-1. 
  7. ^ Nurdin, M., dkk. (11 Juni 2015). "Deteksi Denyut Jantung dengan Metode Sensor Pulsh Berbasis Ardiuno" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro & Informatika 2015: 201. ISBN 978-602-18168-0-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-12-05. Diakses tanggal 2022-12-11. 
  8. ^ Hutagaol, Aureliya (September 2021). Silalahi, Bernita, ed. Teori Keperawatan Maternitas (PDF). UIM Press. hlm. 57. ISBN 978-623-97680-9-6. 
  9. ^ Yasir, M., dkk. (17 Oktober 2019). "Perancangan Sistem Deteksi Denyut Nadi Untuk Klasifikasi Aritmia Berbasis Android". Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi dan Ilmu Komputer 2019. UNPRI Press: 87. 
  10. ^ Setiadi, A. P., dan Halim, S. V. (2018). Penyakit Kardiovaskular: Seri Pengobatan Rasional (PDF). Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. 105. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]