De Wallen

De Wallen (pelafalan dalam bahasa Belanda: [də ˈʋɑlə(n)]) adalah distrik lampu merah terbesar dan paling terkenal di Amsterdam. Kawasan ini terdiri dari jaringan gang-gang kecil yang memiliki sekitar 300 kabin satu kamar, yang disewa oleh para pekerja seks komersial (PSK) untuk menawarkan jasanya dari balik jendela atau pintu kaca—biasanya diterangi dengan lampu merah dan lampu hitam. Prostitusi lewat jendela adalah bentuk paling terlihat dan paling khas dari praktik prostitusi di distrik lampu merah Amsterdam.
De Wallen, bersama dengan kawasan prostitusi Singelgebied dan Ruysdaelkade, membentuk kawasan Rosse Buurt (area lampu merah) di Amsterdam. Dari ketiganya, De Wallen adalah yang tertua dan terbesar. Kawasan ini juga menjadi salah satu daya tarik utama wisata di kota tersebut. Akses ke De Wallen dibatasi mulai pukul 1:00 dini hari dari hari Kamis sampai Minggu, dengan bar dan restoran tutup pukul 2:00 pagi, dan rumah bordil tutup pukul 3:00 pagi.[1]
Di area ini juga terdapat sejumlah toko dewasa, teater seks, pertunjukan intip (peep show), museum seks, museum ganja, serta beberapa "kedai kopi" yang menjual ganja.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Rokin dan Damrak adalah dua jalan yang mengikuti aliran asli Sungai Amstel. Keduanya bertemu di Lapangan Dam, tempat di mana jembatan dibangun pada tahun 1270 untuk mengendalikan banjir dengan pintu-pintu air. Damrak kemudian menjadi pelabuhan, dan di sekitarnya mulai muncul kawasan prostitusi. Kanal-kanal berpagar di sekitar area ini memberi nama De Wallen dan Walletjes (yang berarti “tembok kecil”).
Karena lokasinya dekat pelabuhan, daerah ini sejak dulu menarik para pekerja seks dan komunitas migran—dua ciri khas yang masih melekat hingga kini.[2]
Sejak akhir Abad Pertengahan, praktik prostitusi mulai dibatasi. Pria menikah dan pendeta dilarang masuk area ini. Pada tahun 1578, saat Amsterdam menjadi kota Protestan, hubungan di luar nikah dianggap sebagai pelanggaran hukum. PSK dilarang dan dipaksa bekerja secara sembunyi-sembunyi, biasanya di bawah pengawasan orang yang menyediakan tempat tinggal dan keamanan. Mereka mencari klien di pub atau penginapan, dan meskipun rumah bordil ilegal, praktik ini ditoleransi selama tidak mencolok. Prostitusi tetap berskala kecil dan tersebar, seperti di Haarlemmerdijk, Zeedijk, dan sekitar pelabuhan.

Pada abad ke-18, pria kaya kerap bertemu PSK di rumah judi di kawasan seperti Zeedijk. Karena tempat asal para perempuan ini kurang layak, rumah judi mulai menyediakan tempat inap dan perlengkapan mewah, yang kemudian berkembang menjadi rumah bordil dengan puluhan pekerja. Beberapa yang terkenal antara lain De Pijl di Pijlstraat dan Madame Therese di Prinsengracht. Sementara itu, untuk masyarakat biasa, PSK masih bisa ditemukan di sekitar Oudekerksplein.
Pada 1811, larangan prostitusi dicabut. Di masa Napoleon, pelanggan utama adalah prajurit Angkatan Laut Kekaisaran Prancis.[3] Pemerintah mewajibkan pemeriksaan kesehatan, dan PSK diberi "kartu merah" sebagai izin kerja. Jika terinfeksi penyakit menular seksual, kartu dicabut hingga mereka dinyatakan sembuh. Karena belum ada pengobatan efektif untuk sifilis, banyak yang menjalani pengobatan berbahaya seperti rendaman air raksa.
Di awal abad ke-20, kelompok religius gencar menentang prostitusi. Pada 1911, rumah bordil dan mucikari resmi dilarang, meskipun prostitusi sendiri tidak. Aktivitas kembali ke bawah tanah, asal tidak menimbulkan gangguan. Banyak rumah bordil di De Wallen tutup, dan sebagian PSK pindah ke De Pijp. Pada 1935, diperkirakan ada 150 tempat tersembunyi yang menyamar sebagai jasa pijat atau perawatan kecantikan. Di Oudekerksplein, PSK tidak lagi tampil terbuka seperti sekarang; mereka berdiri di balik tirai dan mengintip lewat celah kecil untuk mencari pelanggan. Jika ketahuan berdiri di pintu, mereka bisa ditangkap.
Pemerintah kota Amsterdam berencana untuk membangun gedung baru yang akan menjadi pusat erotis. Gedung ini dapat menggantikan sebagian prostitusi jendela di distrik lampu merah. Pada tanggal 18 Desember 2023, wali kota Halsema mengumumkan bahwa ada preferensi untuk lokasi di Europaboulevard, antara Stasiun Amsterdam RAI, jalan raya A10 selatan dan Amstelpark.[4][5]
Lokasi
[sunting | sunting sumber]Total luas kawasan ini sekitar 6.500 meter persegi, dibatasi oleh Niezel di utara, Nieuwmarkt di timur, Sint Jansstraat di selatan, dan Warmoesstraat di barat. Aktivitas prostitusi berlangsung di area ini pada beberapa jalan, antara lain: Barndesteeg, Bethlehemsteeg, Bloedstraat, Boomsteeg (sekarang sudah ditutup), Dollebegijnensteeg, Enge Kerksteeg, Goldbergersteeg, Gordijnensteeg, Molensteeg, Monnikenstraat, Oudekerksplein, Oudekennissteeg, Oudezijds Achterburgwal, Oudezijds Voorburgwal, Sint Annendwarsstraat, Sint Annenstraat, Stoofsteeg, dan Trompettersteeg.
Pekerja seks
[sunting | sunting sumber]
Prostitusi di Belanda adalah legal, kecuali prostitusi jalanan. Namun, pemerintah tidak mengeluarkan izin kerja khusus untuk pekerjaan ini. Karena itu, hanya warga negara UE atau penduduk tetap yang umumnya bisa bekerja secara legal sebagai PSK. Warga non-UE hanya bisa bekerja secara sah dalam kondisi tertentu, misalnya jika mereka adalah pasangan dari warga Belanda. Sejak Januari 2013, usia minimum legal untuk menjadi PSK di Belanda dinaikkan dari 18 menjadi 21 tahun.[6]
Belanda tidak mewajibkan PSK untuk menjalani tes penyakit menular seksual (PMS) atau HIV. Meskipun beberapa rumah bordil atau klub melakukan pemeriksaan rutin, tidak ada pedoman formal terkait hal ini. Pemilik bordil dan penyewa kamar biasanya tetap meminta surat keterangan kesehatan seperti sertifikat SERVSAFE sebelum menerima PSK baru.[7]
Untuk mengatasi stigma negatif, Mariska Majoor, pendiri Pusat Informasi Prostitusi, mengadakan dua acara "open day" pada Februari 2006 dan Maret 2007. Dalam acara ini, pengunjung bisa melihat langsung kondisi tempat kerja di balik jendela bordil dan pertunjukan intip.[8][9] Majoor juga berperan penting dalam pengadaan monumen pertama di dunia untuk PSK. Patung perunggu ini diresmikan pada open day bulan Maret 2007 di Oudekerksplein, di depan Oude Kerk, menggambarkan seorang perempuan berdiri di ambang pintu.
Lampu merah dan lampu biru
[sunting | sunting sumber]
Di De Wallen, PSK perempuan menyalakan lampu merah di jendela mereka, sementara PSK transgender perempuan menggunakan lampu biru untuk membedakan diri. Salah satu jalan di kawasan ini, Bloedstraat, dikenal memiliki banyak pekerja seks transgender yang menggunakan lampu biru.
PSK laki-laki umumnya tidak terlihat di distrik lampu merah. Mereka lebih sering menawarkan jasa lewat taman, klub gay, atau situs web tertentu seperti “bullchat.nl” dan “chatboy.nl”. Mereka disebut “paydates”, dan istilah “prostitusi” secara umum hanya digunakan untuk perempuan.
Namun, ada satu hari dalam setahun di mana laki-laki ditampilkan di balik jendela, yakni setiap tanggal 3 Agustus saat perayaan Pride Amsterdam. Mereka tidak benar-benar bekerja sebagai PSK, tapi hanya tampil sebagai model untuk meningkatkan kesadaran tentang kurangnya representasi pria dan komunitas gay di distrik lampu merah, yang didominasi oleh perempuan cisgender heteroseksual.
Setiap tahun, beberapa rumah bordil pria ditutup oleh polisi, sehingga sulit untuk mengetahui berapa banyak yang masih beroperasi secara diam-diam. Saat ini hanya ada satu rumah bordil pria yang legal di Belanda, yaitu “Club 21”.
Kedai kopi ganja
[sunting | sunting sumber]
Kedai kopi ganja di distrik lampu merah maupun di wilayah lain di Belanda memiliki izin untuk menjual ganja dan menyajikan minuman ringan. Beberapa di antaranya juga menyediakan makanan ringan kemasan, atau bahkan makanan lengkap yang dicampur ganja. Penjualan tembakau murni (tanpa ganja) tidak diizinkan, tapi banyak kedai kopi yang menawarkan rokok linting siap pakai berisi campuran ganja dan tembakau. Minuman beralkohol dilarang dikonsumsi di dalam kedai kopi.[10]
Sebelum adanya izin resmi untuk kedai kopi, beberapa tempat mulai secara terang-terangan menjual ganja. Kedai pertama dibuka pada tahun 1970-an, tapi sering ditutup paksa oleh polisi dan pemerintah setempat. Pada 1976, pemerintah Belanda mulai mengambil langkah untuk mendekriminalisasi penggunaan dan kepemilikan ganja dengan mengubah hukum, sehingga kepemilikan hingga 30 gram ganja tidak lagi dianggap sebagai pelanggaran pidana.
Kebijakan toleransi (gedoogbeleid) yang diberlakukan pemerintah membuka jalan bagi legalisasi kedai kopi, selama mereka tidak menjual narkoba keras. Namun, di beberapa kota dekat perbatasan Jerman dan Belgia, kedai kopi dilarang karena dikhawatirkan meningkatkan angka kejahatan terkait narkoba ringan.
Pemerintah Belanda juga terus mendapat tekanan dari negara-negara Barat lainnya untuk membatasi operasional kedai kopi, sehingga beberapa tempat ditutup karena melanggar aturan, dan izin baru untuk pendatang baru sudah tidak lagi dikeluarkan sejak tahun 1995. Pada tahun 1990-an, para pemilik kedai kopi membentuk serikat bernama Bond van cannabis Detaillisten (BCD) untuk memperjuangkan kepentingan mereka yang terus berada di bawah tekanan pemerintah setempat.
Salah satu kebijakan terbaru mengharuskan 26 kedai kopi di kawasan De Wallen untuk menutup usahanya antara 1 September 2012 sampai 31 Agustus 2015.
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Pengunjung di distrik lampu merah De Wallen
-
Casa Rosso, salah satu bordil paling terkenal di De Wallen
-
Museum prostitusi Red Light Secrets
-
De Wallen di siang hari
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Amsterdam bans cannabis in its red light district" (dalam bahasa Inggris (Britania)). 2023-02-09. Diakses tanggal 2025-04-19.
- ^ Ditmore, Melissa (2006). Encyclopedia of Prostitution and Sex Work. Vol. 1. Greenwood Publishing Group. hlm. 782. ISBN 978-0313329692. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ de Waard, Marco (2012). Imagining Global Amsterdam, History, Culture, and Geography in a World City. Amsterdam University Press. hlm. 316. ISBN 978-9089643674. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ Amsterdam. "Erotisch Centrum". Amsterdam.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2025-04-19.
- ^ "Locatie erotisch centrum na een jaar vol emoties bekend: 'de oksel' van de A10 naast het Amstelpark". www.parool.nl. Diakses tanggal 18 Desember 2023.
- ^ Wedia. "Legal age for prostitution raised in Amsterdam". IamExpat (dalam bahasa Inggris (Britania)). Diakses tanggal 2025-04-19.
- ^ Pascoe, Robin (2013-02-27). "Amsterdam to raise prostitution age, bring in brothel closing hours". DutchNews.nl (dalam bahasa Inggris (Britania)). Diakses tanggal 2025-04-19.
- ^ "The Seattle Times: Nation & World: Amsterdam Red Light District turns spotlight on its practice". web.archive.org. 2011-09-24. Diakses tanggal 2025-04-19.
- ^ Hein, Anton (2007-03-09). "Red Light District holds 2nd annual Open Day". Amsterdam Tourist Information (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-04-19.
- ^ Amsterdam. "Policy: Coffeeshops". English site (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-04-19.