Cetak tuang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Cetak Tuang

Cetak Tuang adala salah satu teknik pembuatan kerajinan tangan yang menghasilkan produk keramik. Tuang cetak merupakan bentuk praktis dari teknik pengolahan gerabah. Keuntungan penggunaan teknik cetak tuang adalah barang dengan bentuk yang sama dapat diproduksi secara massal dengan cepat dan hanya memerlukan sedikit tenaga kerja. Cetakan dibuat agar bisa dipakai berulang kali, sehingga produk dibuat dengan membongkar dan memasang kembali cetakan.[1]

Proses[sunting | sunting sumber]

Teknik cetak tuang memanfaatkan tanah liat cair. Alat cetak yang digunakan harus sepasang, karena pencetakan dilakukan dari dua sisi. Kedua cetakan harus digabungkan dengan diikat terlebih dahulu sebelum mencetak. Setelah itu, tanah liat cair dituangkan ke cetakan berulang kali hingga tanah liat benar-benar rapat di dalam cetakan. Setelah agak mengeras, tanah liat dipindahkan ke wadah lain, hingga yang tersisa pada cetakan adalah tanah liat yang menempel. Cetakan dapat dibuka setelah tanah liat mengering.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Hendra (2016), hlm. 208."Seniman ini membuat produk keramik untuk souvenir dan berbagai produk aksesoris dengan menggunakan teknik cetak tuang. Teknik cetak ini merupakan salah satu bentuk perkembangan teknik pengolahan gerabah yang lebih praktis. Membuat produk keramik dengan teknik cetak tuang memungkinkan kriyawan untuk menghasilkan produk dengan bentuk yang sama dan dengan jumlah yang relatif banyak. Teknik ini merupakan solusi untuk menghasilkan produk gerabah secara masal dalam waktu yang relatif singkat dan juga mengurangi tenaga kerja. Hal ini karena produk dibuat dengan menggunakan cetakan yang telah di bentuk sebelumnya sehingga pengrajin tinggal bongkar pasang cetakan untuk membuat produk selanjutnya."
  2. ^ Nurcahyo, I. F. (2017), hlm. 19."Cetak Tuang: Tanah liat yang digunakan adalah bahan tanah liat cair. Cetakan keramik dengan teknik cetak tuang minimal terdiri dua sisi. Sebelum mencetak, cetakan digabungkan dulu kemudian ditali dengan karet. Setelah cetakan siap digunakan, tanah liat cair dituangkan sampai penuh lalu ditunggu sampai tanah turun. Kemudian tambahkan tanah cair sampai penuh lagi. Setelah ketebalan tanah liat yang menempel di cetakan sudah sesuai yang kita inginkan, tanah liat cair yang ada di dalam cetakan dituang ke dalam wadah sampai yang tertinggal hanya tanah liat yang menempel di cetakan."

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

Buku[sunting | sunting sumber]

  • Nurcahyo, I. F. (2017). Panduan Pendirian Usaha Kriya Keramik. Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif & Universitas Sebelas Maret. 

Jurnal ilmiah[sunting | sunting sumber]

  • Hendra (November 2016). "Keramik Metro Menuju Era Baru Kriya Keramik Sumatera Barat". Ekspresi Seni. 18 (2): 206–225.