Lompat ke isi

Buku Injil

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Buku Injil atau Evangeliarium (bahasa Yunani: Εὐαγγέλιον, Evanggélion; bahasa Latin: Evangeliarium) adalah kodeks atau buku yang memuat satu atau lebih Injil dari Kitab Suci Perjanjian Baru. Lazimnya sebuah buku Injil memuat keempat Injil yang terdapat di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, yakni keempat versi riwayat hidup Yesus dari Nazaret yang menjadi pangkal iman Kristen. Istilah "buku Injil" dapat pula berarti buku liturgi yang disebut evangeliarium, yaitu kumpulan bacaan Injil yang disusun menurut penanggalan liturgi untuk dibacakan dalam perayaan Misa atau ibadat-ibadat lainnya.[1]

Pemakaian buku Injil dalam ibadat merupakan suatu kelaziman bahkan keharusan di Gereja-Gereja Timur, dan sangat jamak dijumpai di Gereja Katolik, beberapa gereja Anglikan, dan beberapa gereja Lutheran. Gereja-gereja Protestan selebihnya hanya memakai Alkitab utuh dalam ibadat.

Kristus dalam kemuliaan, iluminasi berlanggam Romanik di dalam Kodeks Bruchsal, sebuah buku Injil dari sekitar tahun 1220.

Pada permulaan Abad Pertengahan, salinan-salinan Kitab Suci yang lengkap jarang sekali dibuat karena mahalnya harga perkamen. Buku atau kumpulan buku dibuat untuk maksud-maksud tertentu. Sejak abad ke-4, buku Injil sudah dibuat untuk digunakan dalam ibadat, untuk dikaji secara pribadi, dan untuk dijadikan "buku pajangan", baik sebagai sarana upacara maupun sekadar hiasan belaka.[2] Kodeks Washington (bahasa Latin: Codex Washingtonianus) atau Buku Injil Freer adalah salah satu contoh buku Injil tertua yang memuat keempat Injil dalam bahasa Yunani, dibuat pada abad ke-4 atau abad ke-5. Pada abad ke-7, nas-nas Injil disusun menurut hari-hari dalam penanggalan liturgi; sebelum itu, nas-nas Injil sering kali dibacakan mengikuti urut-urutannya dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.[3] Banyak dari buku-buku tersebut dibuat dengan sangat cermat; buku Injil adalah naskah yang mula-mula paling banyak dihias dengan iluminasi sampai akhirnya diungguli oleh Alkitab dan buku Mazmur berlanggam Romanik pada sekitar abad ke-11 di Barat. Di Timur, buku Injil tetap menjadi subjek penting bagi karya-karya iluminasi sampai mesin cetak ditemukan. Potret penginjil adalah salah satu unsur hiasan yang menjadi ciri khas buku Injil.[4] Sebagian besar mahakarya seni iluminasi Insular dan Otto adalah hiasan naskah buku-buku Injil,[5] dan ada banyak sekali peninggalan naskah buku Injil dengan hiasan yang bergaya seni Bizantin serta Karoling.

Meskipun demikian, sebagian besar naskah buku Injil tidak diiluminasi sama sekali, atau sekadar diperindah dengan inisial-inisial hias dan sentuhan-sentuhan hiasan kecil lainnya. Selain nas-nas Injil, buku-buku ini acap kali juga memuat teks-teks tambahan seperti tabel-tabel kanon Alkitab, rangkuman-rangkuman, glosarium, dan tulisan-tulisan penjelasan lainnya. Buku-buku Injil berbahasa Latin juga sering kali memuat surat Hieronimus kepada Paus Damasus yang berisi penjelasan Hieronimus kepada Sri Paus tentang alasan yang mendasari pembuatan terjemahan Vulgata dan tatanan susasrta suci yang disusunnya, sementara buku-buku Injil berbahasa Yunani sering kali memuat pula Epistula ad Carpianum (surat kepada Karpianus) dari Eusebius yang berisi penjelasan mengenai kanon-kanon yang disusunnya.[6]

Buku-buku Injil yang mewah sebagian besar dihasilkan pada Awal Abad Pertengahan, manakala orang semakin gemar membubuhkan hiasan yang berlimpah ruah pada evangeliarium atau leksionari (bahasa Latin: lectionarium), yang lambat laun semakin lazim digunakan dalam peribadatan, serta teks-teks lainnya.[7]

Penggunaan buku Injil di Gereja Barat

[sunting | sunting sumber]

Di Gereja Katolik

[sunting | sunting sumber]

Dalam Gereja Katolik Roma sekarang ini, buku Injil atau evangeliarium[1] memuat teks lengkap dari ayat-ayat keempat Injil yang akan dibacakan atau dilantunkan oleh diakon atau imam dalam perayaan Misa sepanjang tahun liturgi. Meskipun demikian, penggunaan buku Injil tidak diwajibkan, dan bacaan-bacaan Injil juga dimuat dalam leksionari (daftar bacaan Kitab Suci) standar.[8][9]

Bilamana digunakan dalam ibadat, buku Injil akan dibawa menuju Altar dalam arak-arakan pada permulaan perayaan Misa, tidak demikian halnya jika leksionari yang digunakan.[10] Pada saat dibawa dalam arak-arakan, buku Injil harus agak diangkat, meskipun tidak perlu sampai melewati kepala. Orang yang paling pantas membawa buku Injil dalam arak-arakan adalah diakon, karena pewartaan Injil merupakan salah satu kewenangannya. Bilamana tidak ada diakon, buku Injil boleh dibawa oleh lektor.[11]

Misa tengah malam pada 2008 di Katedral Santo Petrus Rasul, Jackson, Mississippi

Setibanya di altar, diakon atau lektor membungkuk hormat ke arah altar, kemudian meletakkan buku Injil di atas altar, dan dibiarkan tetap di atas altar sampai dengan pelantunan Alleluia.[12]

Selama Alleluia dilantunkan, diakon (yang sebelum mewartakan Injil terlebih dahulu menerima berkat dari imam pemimpin perayaan misa), atau imam jika tidak ada diakon, mengambil buku Injil dari altar dan mengaraknya menuju ambo (mimbar). Jika dupa digunakan, maka buku Injil didupai oleh diakon sebelum dibacakan atau dilantunkan. Seorang misdinar atau akolit akan mengayunkan pedupaan perlahan-lahan selama ayat-ayat Injil dibacakan atau dilantunkan.[13] Buku Injil dibiarkan tetap berada di atas ambo sampai perayaan Misa berakhir, kecuali jika dihantarkan kepada uskup untuk dicium. Jika demikian, maka buku Injil selanjutnya diletakkan di meja kredens atau tempat lain yang layak dan mulia.[14]

Jika ada upacara pemulangan para katekumen dalam perayaan Misa, maka buku Injil dibawa di depan barisan para katekumen pada saat berarak meninggalkan gedung gereja.

Di Gereja Episkopal Amerika

[sunting | sunting sumber]
Buku Injil di Gereja Episkopal Santa Maria, Kansas City, Missouri.

Di gereja Episkopal di Amerika Serikat, praktik pemakaian buku Injil dipulihkan dengan terbitnya Buku Doa Bersama Amerika Serikat tahun 1979, yang menganjurkan agar bacaan-bacaan Kitab Suci dan Injil "dibacakan dari buku atau buku-buku yang berukuran layak dan mulia".[15] Mengikuti anjuran ini, beberapa penerbit telah mengeluarkan buku-buku Injil untuk digunakan oleh gereja Episkopal, dan ada pula buku-buku Injil lain yang disusun sendiri secara perorangan.

Diakon, misdinar, atau akolit biasanya membawa buku Injil dalam arak-memasuki rumah ibadat di awal peribadatan, dengan cara mengangkatnya setinggi mungkin dengan kedua belah tangan terjulur penuh, kemudian meletakkannya di atas altar sampai saat pembacaan Injil. Sesudah itu, buku Injil diletakkan kembali di atas altar atau di atas sebuah meja atau rehal khusus di samping altar.

Penggunaan buku Injil di Gereja Timur

[sunting | sunting sumber]

Di Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur

[sunting | sunting sumber]
Buku Injil bertatah permata dan email milik Tsar Aleksey Mikhailovich (Biara Tritunggal, Aleksandrov).

Di kalangan Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur, buku Injil (bahasa Yunani: Εὐαγγέλιον, Evanggélion) merupakan sarana peribadatan yang sangat penting. Buku Injil dianggap sebagai ikon Kristus, dan dihormati sebagaimana orang menghormati ikon.

Buku Injil memuat bacaan-bacaan yang digunakan dalam ibadat Matin, Liturgi Ilahi, ibadat-ibadat Moleben, dan ibadat-ibadat lainnya. Di kalangan Gereja bertradisi Yunani, buku Injil yang digunakan dalam liturgi pada zaman modern disusun menurut siklus bacaan sebagaimana urut-urutannya sepanjang satu tahun liturgi, ditambah satu bagian terakhir yang berisi bacaan-bacaan Injil untuk ibadat Matin, hari-hari raya serta perayaan-perayaan khusus, sehingga buku ini sebenarnya lebih mirip evangeliarium daripada buku Injil. Di kalangan Gereja bertradisi Slavia, buku Injil memuat teks lengkap dari keempat Injil menurut tata urutan kanoniknya (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) disertai tanda-tanda khusus di tepi halaman sebagai petunjuk awal dan akhir suatu bacaan, ditambah pula dengan sebuah tabel bacaan di halaman belakang. Kadang-kadang buku ini juga memuat gabungan teks-teks bacaan yang lebih rumit, misalnya "Dua Belas Bacaan Injil" yang dibacakan dalam ibadat Matin pada hari Jumat Agung.

Menurut tradisi, Gereja Ortodoks tidak pernah menyampul buku Injil dengan kulit samakan—kulit binatang mati—karena sabda Kristus dianggap sebagai pemberi hidup. Kulit hewan juga mengingatkan orang pada riwayat Kejatuhan Manusia, manakala Allah membuatkan pakaian dari kulit binatang untuk Adam dan Hawa setelah mereka melanggar perintah-Nya (Kej 3:21). Rasul Paulus menyebut Kristus sebagai "Adam yang baru" (1 Kor 15:22,47–49), dan Gereja Ortodoks mengajarkan bahwa Kristus datang untuk memakaikan "pakaian cahaya" kepada umat manusia, yakni pakaian fitrah manusia yang hilang ketika Adam dan Hawa berdosa di Firdaus. Menurut tradisi, buku Injil disampul dengan emas, yakni unsur duniawi yang paling layak dijadikan lambang kemuliaan surga. Jika tidak ada emas, buku Injil boleh disampul dengan kain.

Buku Injil ditempatkan di tengah-tengah Meja Suci (altar), melambangkan Salib Kristus yang terpancang di pusat bumi. Penempatan buku Injil semacam ini juga melambangkan karya Kristus pada saat penciptaan alam semesta (altar persegi melambangkan jagad ciptaan). Buku Injil diletakkan di atas antimension, yang senantiasa berada di atas altar, sebagaimana Kristus senantiasa menyertai Gereja sampai akhir zaman (Mat 28:20). Bahkan bilamana antimension dibentangkan untuk mengalasi piala dan diskos, Buku Injil tidak dipindahkan dari meja suci (altar), tetapi tetap berdiri tegak di hadapan tabernakel.

Pembacaan Injil dalam perayaan Liturgi Ilahi.

Perayaan Liturgi Ilahi diawali dengan tindakan imam mengangkat buku Injil tinggi-tinggi dan membuat tanda salib di atas altar dengannya. Buku Injil dibawa dalam arak-arakan pada waktu-waktu tertentu dengan dikawal lilin-lilin, paling sering dalam perayaan Liturgi Ilahi, manakala buku Injil dibawa pada saat Upacara Masuk Kecil[16] yang digelar sebelum pembacaan Epistola dan pembacaan Injil. Buku Injil juga dibawa dalam perarakan-perarakan pada hari raya Paskah dan Teofani. Seusai pembacaan Injil, imam akan memberkati jemaat dengan menggunakan buku Injil. Pada ibadat Matin hari Minggu, seusai pembacaan Injil, seluruh jemaat maju menghormati buku Injil dan menerima berkat dari imam atau uskup.

Dalam upacara pengakuan dosa Gereja Ortodoks Timur, seorang pengaku dosa mengakukan dosanya di hadapan sebuah buku Injil dan salib. Di negeri-negeri yang warganya turun-temurun memeluk agama Kristen Ortodoks Timur, bilamana seseorang mengikrarkan kaul atau sumpah, ia akan melakukannya di hadapan sebuah buku Injil dan salib. Pada akhir upacara Misteri Suci Pengurapan, orang atau orang-orang yang diurapi akan berlutut, kemudian buku Injil dibuka dan ditumpangkan menghadap ke bawah di atas kepala mereka, sementara imam pemimpin upacara mendaraskan doa khusus dari Injil.

Dalam upacara pentahbisan uskup, calon yang akan ditahbiskan berlutut dengan dahi menyentuh altar, kemudian buku Injil dalam keadaan terbuka dan menghadap ke bawah ditumpangkan pada lehernya, sementara para uskup yang akan menahbiskan meletakkan tangan mereka di atas buku Injil sambil mendaraskan doa konsekrasi. Dalam penyelenggaraan sinode para uskup, sering kali sebuah buku Injil diletakkan pada tempat yang terlihat jelas untuk menandakan bahwa Kristus sendiri hadir dalam pertemuan itu. Bilamana mengubur jenazah imam atau uskup, sebuah buku Injil akan diletakkan di atas dada jenazah untuk menandakan bahwa tugas mendiang adalah mewartakan Injil kepada semua orang. Dalam upacara pemakaman seorang imam atau uskup, pembacaan Injil dilakukan lebih dari sekali untuk menandakan pentingnya Injil dalam pelayanan mendiang.

Di Gereja Armenia

[sunting | sunting sumber]

Di Gereja Apostolik Armenia dan Gereja Katolik Armenia, pada saat pembacaan Injil, diakon akan mengalasi tangannya dengan sehelai kain halus sebelum menyentuh buku Injil, karena menyentuhnya dengan tangan secara langsung dianggap kurang pantas. Panti imam dalam gedung-gedung gereja Kristen Armenia tidak dilengkapi dengan rehal atau mimbar khusus sebagai tempat pembacaan Injil.

Buku-buku Injil yang penting

[sunting | sunting sumber]
Selembar halaman beriluminasi dalam Buku Injil Rossano buatan abad ke-6, salah satu buku Injil tertua yang masih ada sampai sekarang.
  1. ^ a b "General Instruction of the Roman Missal, 44" (PDF). Catholic Bishops' Conference of England & Wales. Catholic Truth Society. Diakses tanggal 2 Februari 2015. Gerak-gerik mencakup pula perbuatan-perbuatan dan arak-arakan: imam bersama diakon dan para petugas berarak menuju altar; diakon membawa evangeliarium atau buku Injil menuju ambo sebelum pewartaan Injil ... 
  2. ^ Calkins, 31
  3. ^ Calkins, 18-19
  4. ^ Calkins, 23-29, dan bab 1 & 3
  5. ^ Calkins, bab 1 & 3 berturut-turut membahas mengenai hal ini
  6. ^ Calkins, 25
  7. ^ Calkins, 148-150
  8. ^ Deiss, 36-37
  9. ^ ""The Proclamation of the Gospel at Mass" (The Catholic Liturgical Library)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-18. Diakses tanggal 2018-03-12. 
  10. ^ General Instruction of the Roman Missal, 120
  11. ^ Deiss, 38-39
  12. ^ Commentary, 128
  13. ^ Paul Turner, "The Book of the Gospels"
  14. ^ Edward McNamara, "A Place for the Book of the Gospels"
  15. ^ Buku Doa Bersama Amerika Serikat tahun 1979, hlm. 406
  16. ^ Dalam tata ibadat Yunani, salib prosesi dan flabella dibawa serta dalam Upacara Masuk Kecil. Dalam tata ibadat Rusia, flabella hanya dibawa jika selebran adalah seorang uskup.
  • Calkins, Robert G. Illuminated Books of the Middle Ages. 1983, Cornell University Press, ISBN 0500233756
  • "Commentary", Edward Foley, John Francis Baldovin, Mary Collins, Joanne M. Pierce, eds., A Commentary on the Order of Mass of the Roman Missal, 2011, Liturgical Press, 2011, ISBN 0814662471, 9780814662472
  • Deiss, Lucien, The Mass, 1992, Liturgical Press, ISBN 0814620582, 9780814620588
  • Otto Pächt, Book Illumination in the Middle Ages (diterjemahkan dari bahasa Jerman), 1986, Harvey Miller Publishers, London, ISBN 0199210608
  • Palazzo,Eric, A History of Liturgical Books from the Beginning to the Thirteenth Century, 1998, Liturgical Press, ISBN 081466167X, 9780814661673, google books

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]