Balai Basarah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Balai Basarah Induk Intan Kaharingan yang berlokasi di Muara Teweh, Barito Utara, Kalimantan Tengah

Balai Basarah adalah istilah yang digunakan untuk menyebut tempat peribadatan umat Hindu Kaharingan yang merupakan kepercayaan asli suku Dayak di Kalimantan. Istilah lain untuk menyebut tempat beribadah umat Hindu Kaharingan adalah Balai Kaharingan atau Rahan.[1]

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Istilah Balai Basarah sendiri berasal dari Bahasa Sangiang yang merupakan ragam tinggi dari bahasa Dayak Ngaju. Dalam bahasa Sangiang, kata balai berarti rumah Tuhan dan kata basarah bermakna bentuk penyerahan diri kepada Ranying Hatala Langit (Tuhan Yang Mahatinggi). Dalam KBBI sendiri, kata balai berarti gedung, rumah, atau kantor dan basarah yang padanannya adalah berserah memiliki arti mempercayakan diri dan nasib serta berpasrah kepada suatu hal yang disembah.[2][3][4] Oleh karena itu, Balai Basarah dimaknai sebagai rumah Tuhan yang menjadi tempat bagi manusia untuk beribadah dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Struktur[sunting | sunting sumber]

Balai Basarah sebagai tempat suci bagi umat Hindu Kaharingan biasanya memiliki bentuk bangunan berupa gedung atau rumah segi empat. Atap suatu bangunan Balai Basarah biasanya memiliki tiga hingga tujuh tingkatan yang semakin ke atas maka semakin kecil. Susunan atap yang bertingkat tersebut melambangkan setiap alam yang puncaknya merupakan alam atau tempat dari Ranying Hatala Langit (Tuhan Yang Mahatinggi). Selain itu, suatu Balai Basarah biasanya memiliki hiasan atau ukiran Batang Garing yang merupakan simbol dari kehidupan serta lambang dari keterhubungan kehidupan antara alam bawah, alam tengah, dan alam atas.[5] Namun, ada beberapa Balai Basarah yang bentuk atapnya serupa seperti gedung atau rumah biasa dengan pembedanya adalah plang atau papan nama yang menunjukkan bahwa gedung atau rumah tersebut adalah balai basarah.[4]

Fungsi[sunting | sunting sumber]

Balai Basarah sebagai rumah peribadatan umat Hindu Kaharingan mempunyai beberapa fungsi, yaitu[4]

  • Fungsi peribadatan, yakni Balai Basarah sebagai tempat suci berfungsi sebagai tempat dilaksanakannya persembahyangan, pemujaan, dan peribadatan kepada Ranying Hatala Langit (Tuhan Yang Mahatinggi).
  • Fungsi ritual adat, yaitu Balai Basarah sebagai tempat suci umat Kaharingan dari suku Dayak memiliki fungsi sebagai tempat dilakukannya pelbagai tradisi dan adat dari suku Dayak seperti ritual Bayar Hajat, ritual Pakanan Sahur Lewu, dan acara adat Tiwah.
  • Fungsi pendidikan, yakni Balai Basarah sebagai tempat suci dijadikan sebagai sarana untuk mendidik dan mengenalkan manusia pada ajaran Kaharingan dan pelbagai tradisi dan adat dari suku Dayak.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Agama Hindu Kaharingan". NANOPDF.com. Januari 2018. Diakses tanggal 24 Agustus 2022. 
  2. ^ Makna kata berserah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. KBBI. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diakses tanggal 24 Agustus 2022.
  3. ^ Makna kata balai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. KBBI. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diakses tanggal 24 Agustus 2022.
  4. ^ a b c Pramarta, I Made (April 2022). "Bentuk dan Fungsi Balai Basarah Hindu Kaharingan". Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya. Diakses tanggal 24 Agustus 2022. 
  5. ^ Sugiyarto, Wakhid (Desember 2016). "Eksistensi Agama Hindu Kaharingan di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah". Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Diakses tanggal 24 Agustus 2022.