Baayun Mulud

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Suasana baayun Mulud di Masjid Sultan Suriansyah, Banjarmasin pada tahun 2023

Baayun Mulud adalah kegiatan mengayun bayi atau anak sambil membaca syair maulid[1] yang dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal yang bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad.[1] Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan.[2] Kata Baayun artinya ayunan atau buaian, sedangkan kata mulud berasal dari bahasa Arab yang artinya ungkapan masyarakat Arab untuk kelahiran Nabi Muhammad SAW.[2] Dengan demikian, Baayun Mulud artinya kegiatan mengayun anak (bayi) sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.[2]

Pelaksanaan[sunting | sunting sumber]

Peserta Baayun Mulud duduk dan rebahan di ayunan

Tujuan tradisi ini adalah anak-anak Banjar jika sudah besar nanti mengikuti ketauladanan Nabi Muhammad SAW dan berbakti kepada kedua orang tua.[3] Tradisi ini bisanya dilakukan di masjid.[1] Peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan dalam Baayun Mulud adalah ayunan yang dibuat dari kain sarung wanita atau (tapih bahalai) yang pada ujungnya diikat dengan tali/pengait.[3] Kain ayunan terdiri dari tiga lapis.[3] Lapisan paling atas adalah kain sarigading atau sasirangan (kain tenun khas Banjar).[3] Ayunan dihias dengan janur pohon nipah atau pohon enau dan pohon kelapa, buah pisang, kue cucur, kue cincin, ketupat denga segala bentuk, dan hisan lainnya.[3] Baayun mulud memiliki syarat upacara yang disebut piduduk.[3] Piduduk terdiri dari 3,5 liter beras, 1 gula merah, garam untuk anak laki-laki dan sedikit garam ditambah minyak goreng untuk anak perempuan.[3]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Kalimantan Selatan menganut kepercayaan nenek moyang.[1] Baayun Mulud adalah perpaduan budaya antara budaya Islam dengan kepercayaan nenek moyang[1] Tradisi mengayun ini sudah ada sebelum Islam masuk di Kalimantan Selatan..[3] Tradisi ini bermula di Kabupaten Tapin (khususnya di Desa Banua Halat, Kecamatan Tapin Utara).[2] Namun kemudian berkembang dan dilaksanakan di seluruh daerah Kalimantan Selatan.[2] Tradisi ini dianggap sebagai konversi antara agama orang Dayak yang mendiami Banua Halat dan daerah sekitarnya, yang semula menganut kepercayaan Kaharingan dan kemudian memeluk agama Islam.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e "Baayun, Tradisi Masyarakat Banjar". 26 Mei 2014.21.00. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-27. Diakses tanggal 2014-05-26. 
  2. ^ a b c d e f "Baayun Mulud:Tradisi Khas Banjar Merayakan Maulid Nabi". republika.co.id. Diakses tanggal 26 Mei 2014.21.15. 
  3. ^ a b c d e f g h "Baayun Maulid, Tradisi Unik Masyarakat Banjar". itoday.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-27. Diakses tanggal 26 Juni 2014.21.48.