Atap hijau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Atap hijau (Bahasa Inggris: Green roof) adalah penghijauan pada permukaan atap bangunan yang dilapisi dengan membran yang tahan air dan ditanami tumbuhan-tumbuhan jenis tertentu yang biasanya tahan di lingkungan kering.[1] Selain itu, atap hijau merupakan suatu pemanfaatan ruang terbuka untuk mengelola air hujan dan efesiensi atap hijau dapat berkorelasi secara langsung dengan ketebalan dan sifat-sifat media tumbuhan pada atap hijau.[2] Konsep atap hijau merupakan praktik yang tidak hanya memberikan perbaikan dan kenyamanan termal bagi penghuninya, melainkan juga mengurangi konsumsi energi bangunan dan menambah nilai estetika terhadap bangunan. Atap hijau menjadi salah satu solusi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas udara dan mempermudah pengelolaan air hujan di kawasan perkotaan.[3]

Persyaratan dan pertimbangan dalam mengembangkan atap hijau[sunting | sunting sumber]

Dalam menerapkan atap hijau pada sebuah bangunan tentunya terdapat pertimbangan agar bangunan sesuai dengan struktur pemasangan atap hijau. Perlindungan dan struktur atap merupakan salah satu faktor utama dalam membangun atap hijau yang bertujuan untuk melindungi integritas dan komponen struktural di bawah tanaman. Oleh karena itu, diperlukannya lapisan membran tahan air yang bagus untuk ditambahkan ke dalam struktur agar atap hijau dapat bertahan lama.[2]

Kapasitas beban atap hijau pada umumnya memiliki batas minimum beban tambahan yang diperlukan sekitar 150 psf antara kolom yang cocok untuk membangun atap hijau. Beban di atas kolom dan tepi atap bisa lebih tinggi, namun tetap harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahli bidang struktur. Dalam struktur atap hijau diperlukan lapisan tahan air (waterproofing) yang harus dipasang sesuai dengan struktur atap bangunan. Namun, apabila terdapat kebocoran pada lapisan tahan air maka diperlukan perombakan terhadap seluruh tanaman. Selain itu, diperlukannya ketentuan metode penanaman karena terdapat struktur atap hijau yang terdiri atas berbagai lapisan sehingga pemilihan ketentuan penanaman harus sesuai dengan struktur bangunan. Apabila ketentuan penanaman tidak sesuai maka akan menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu, perlu berhati-hati dalam memilih ketentuan penanaman atap hijau.[2]

Dalam atap hijau juga harus terdapat saluran air atau sistem drainase atap yang berguna untuk akses air yang mengalir pada bagian atap bangunan. Iklim juga menjadi pertimbangan dalam menerapkan atap hijau karena perubahan iklim di suatu wilayah tentunya dapat mempengaruhi tumbuhan yang terdapat pada atap hijau. Oleh karena itu, perlu pertimbangan dalam memilih tumbuhan yang akan ditanam dan disesuaikan dengan iklim di wilayah tersebut. Kemiringan ketika membangun atap hijau disarankan untuk tidak diterapkan pada permukaan atap yang datar. Rekomendasi kemiringan atap yang bagus adalah minimal diatas 10° dan maksimal 45°.[2]

Manfaat atap hijau[sunting | sunting sumber]

Manfaat penggunaan atap hijau dapat mengurangi efek panas yang ditimbulkan oleh sinar matahari. Dengan adanya atap hijau, maka tumbuhan dapat meningkatkan faktor pendinginan dengan melepaskan air dengan proses yang disebut evapotranspirasi. Atap hijau juga dapat mengurangi polusi udara karena tumbuhan yang berada di atap berguna untuk mengurangi kadar karbondioksida di suatu tempat khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan yang menghasilkan polusi udara, maka atap hijau dapat meminimalisir adanya pencemaran udara. hal ini menunjukkan bahwa atap hijau cocok dibangun di daerah yang tercemar polusi udaranya. Selain itu, atap hijau juga bermanfaat untuk mengurangi limpasan air. Penerapan konsep atap hijau dapat mengurangi volume limpasan yang dihasilkan dari air hujan. Atap hijau juga berguna sebagai insulator bangunan. Sama halnya dengan mengurangi efek panas, atap hijau juga dapat berguna sebagai isolasi sebuah bangunan. Lapisan tambahan yang berada di permukaan atap dapat memberikan perlindungan terhadap bangunan dan suhu dalam bangunan menjadi dingin.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Green roof (atap hijau/atap ekologi) - Kamus BPIW". bank-data.bpiw.pu.go.id. Diakses tanggal 2022-12-05. 
  2. ^ a b c d e Jurnal, Redaksi Tim (2017). "ANALISA TAMAN ATAP DALAM UPAYA MENGURANGI LIMPASAN AIR HUJAN PADA BANGUNAN PERKOTAAN: Endah Lestari, Irma Wirantina K, Ranti Hidayawanti". KILAT (dalam bahasa Inggris). 6 (2): 81–87. doi:10.33322/kilat.v6i2.124. ISSN 2655-4925. 
  3. ^ Yuliani, Sri (2018-12-31). "ATAP HIJAU - Sebuah Kajian Asimilasi Budaya Berkebun dan Bermukim pada Rumah Tropis". Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan (dalam bahasa Inggris). 13 (2): 135–144. doi:10.14710/sabda.13.2.135-144. ISSN 2549-1628.