Argumen homunculus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gagasan tentang adanya "pengamat dalam penglihatan manusia" menghasilkan kemunduran rekursif yang tak terhingga.

Argumen homunculus adalah kesalahan logika informal dimana sebuah konsep dijelaskan dalam kaitanya dengan konsep itu sendiri secara rekursif, tanpa terlebih dahulu mendefinisikan atau menjelaskan konsep aslinya.[1] Salah satu contoh kekeliruan ini bisa dijumpai dalam teori penglihatan internal. Dalam penglihatan manusia, cahaya dari dunia luar membentuk gambar pada retina di mata, menurut teori penglihatan internal, ada sesuatu (atau seseorang) di otak melihat gambar-gambar ini seolah-olah seperti gambar di layar film. Kemudian timbul pertanyaan tentang siapa "pengamat" di dalam otak ini, hingga muncul asumsi bahwa ada "manusia kecil" atau "homunculus" di dalam otak yang seolah-olah "melihat" film.

Asumsi ini merupakan sebuah kekeliruan karena kemudian muncul pertanyaan tentang bagaimana homunculus itu bisa "melihat" film didalam kepala manusia. Jawaban paling logis yang muncul adalah bahwa ada homunculus lain di dalam "kepala" atau "otak" homunculus pertama yang melihat "film" ini. Namun, kemudian menimbulkan pertanyaan bagaimana homunculus ini bisa melihat "dunia luar". Untuk menjawabnya sepertinya membutuhkan penempatan homunculus lain di dalam kepala homunculus kedua ini, dan seterusnya. Dengan kata lain, argumen ini akan menyebababkan kemunduran rekursif yang tak terhingga. Masalah utama argumen homunculus adalah bahwa ia mencoba menjelaskan fenomena dalam kaitannya dengan fenomena yang seharusnya dijelaskan.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kenny, Anthony (1971). "The Homunculus Fallacy". Dalam Grene, Marjorie. Interpretations of Life and Mind: Essays around the problem of reduction (dalam bahasa English). New York: Humanities Press. hlm. 65-74. ISBN 978-0-391-00144-2. 
  2. ^ Richard L. Gregory. (1987), The Oxford Companion to the Mind, Oxford University Press