Antiblok (aditif)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Antiblok (Anti-blocking) adalah suatu aditif dalam proses produksi plastik yang memiliki fungsi atau kegunaan untuk mengurangi gesekan pada permukaan polimer dengan barang plastik lainnya sehingga memudahkan pada waktu memisahkan, begitu juga dalam proses penanganan berikutnya.[1] Pada penggunaan akhir antiblok diaplikasikan misalnya pada kantong plastik, menjadi tidak sukar dibuka dan bersifat licin (slip).[1][2] Antiblok anorganik tradisional dibuat dari bahan silika yang ditambahkan kedalam polimer film, namun jenis ini memiliki dampak terhadap berkurangnya kejernihan (transparent) dari lembaran polimer itu sendiri.[1][2]

Didalam proses blowing film, antiblock juga mengacu kepada istilah yang menggambarkan suatu tindakan pencegahan terhadap lembaran plastik film agar tidak saling menempel satu sama lainnya.[1] Yang mana lembaran film poliolefin cenderung saling menempel satu sama lainnya dikarenakan adanya interaksi "van der waals" yang kuat, atau adanya muatan elektrostatik saat lembaran plastik saling mendekat, begitu juga kontak yang terjadi pada waktu proses produksi akan memberikan dampak elektrostatik terhadap poliolefin.[1]

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Penggunaan antiblok sekaligus memecahkan dua masalah utama yang sering dihadapi dalam industri perfilman (baik selama pembuatan atau penggunaan):

  1. Mengurangi risiko udara terjebaknya (air trap) pada waktu balon plastik dilipat dimenara mesin (collapsing) kemudian digulung membentuk roll, gelembung udara yang terjebak dapat mengakibatkan gulungan tidak silindris dan film yang dihasilkan menjadi tidak rata saat dibuka.[3]
  2. Efek "pemblokiran" (blocking) dimana adanya lapisan tipis dan halus yang memisahkan area kontak satu samalain, baik dalam proses "CAST" atau "inflasi" (BLOWN). Fenomena ini terutama terkait dengan film polietilen dan polipropilena, bahkan setelah proses laminasi.[3][3]

Cara kerja[sunting | sunting sumber]

Untuk menghindari risiko lengket saat terjadi kontak, partikulat dimasukan kedalam film dengan konsentrasi yang sangat tipis.[1] Dengan maksud memberikan lapisan pada permukaan, untuk meminimalkan area kontak pada lapisan film; jarak antara lembaran film dimaksimalkan dan elektrostatik dapat ditekan.[1] Mineral yang digunakan dalam aplikasi ini, harus tidak berdapak terhadap sifat mekanik film itu sendiri; tidak memberi dampak berkabut, warna, sehingga mengurangi kejernihan dan kilau (glossy) dari lembaran filmnya.[1] Beberapa mineral yang digunakan untuk tujuan ini seperti: talek, kaolin dikasinasi, kristobalit, endapan silika, tanah diatom (diatomaceous earth), mika, kalsium karbonat, kalsium sulfat (anhidrit), magnesium karbonat, magnesium sulfat, dan feldspars.[1] Alternatif organik yang digunakan untuk anti-blocking atau anti stick adalah amida, amida asam lemak, asam lemak, garam asam lemak, Silikon, atau yang lainnya.[1] Mekanisme kerja antiblocking organik, berbeda dengan antiblocking anorganik.[1] aditif anorganik, bermigrasi ke permukaan film saat proses pendinginan berlangsung dan membentuk lapisan pelepas.[1] aditive organik memiliki sifat pemblokiran yang kurang bagus dibanding dengan anorganik, tetapi memiliki efek slip yang lebih baik.[1]

Macam material antiblok[sunting | sunting sumber]

Pilihan antiblock tergantung kepada polimer yang digunakan dan persyaratan kualitas akhir produk, jenis yang banyak beredar diantaranya:

  1. Silika sintetis: bentuk amorf dari silikon dioksida dengan microporsity yang tinggi, permukaan hidroksilasi yang luas. Dapat digunakan pada film berkualitas tingggi dan memiliki indek bias mendekati PE dan PP, ini akan menghasilkan film dengan tingkat kejernih yang tinggi.[4]
  2. Limestone: kalsium karbonat kadang-kadang bersama dengan magnesium karbonat tergantung pada depositnya. Ini cenderung digunakan sebagai antiblok di bawahnya aplikasi film berkualitas.[4]
  3. Silika alam: Silika alami adalah batuan sedimen yang tersusun dari kerangka diatom bersel tunggal. Kerangka itu terbuat dari silika amorf dan memiliki berbagai struktur dan bentuk berpori. Kotoran seperti air dan organik bisa dengan mudah dilepas, namun penghilangan kuarsa itu sendiri lebih kompleks sehingga penggunaan silika alami cenderung memiliki tingkat kuarsa berbeda tergantung kebutuhan.[4]
  4. Talek (Talc): magnesium hidrosilikat. Ini memiliki kekerasan yang sangat rendah dan indeks bias yang dekat dengan PE dan PP. Banyak terdapat hampir diseluruh negara, meskipun harus melewati proses penyulingan terlebih dahulu, untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik.[4]
  5. Zeolit: Ini adalah alumosilikat yang terhidrogenasi. memiliki sifat sangat seragam, struktur tiga dimensi berpori dan lagi indeks bias dekat dengan PE dan PP.[4] Zeolit terjadi secara alami mineral atau bisa disintesis.[4]
  6. Aditif organik: Bahan organik tertentu seperti lilin keras dan amida asam lemak menunjukkan efek antiblok.[4] Dibandingkan dengan anorganik aditif ini memiliki efisiensi antiblocking rendah tapi efek slip sangat baik.[4]

Sering slip dan antiblock aditif digunakan bersamaan untuk memberikan keseimbangan antara slip dan kinerja antiblok.[4]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m polymer Matrix Composite. 1995. ISBN 9780412613302. 
  2. ^ a b "Anti-block". Coroda. 2017-12-05. 
  3. ^ a b c "Anti-block masterbatches". Polytech. 2017-12-05. 
  4. ^ a b c d e f g h i "Slip and anti block products" (PDF). 2017-12-5.