Anas bin Nadhar
Anas bin Naḍhar (bahasa Arab: أنس بن النضر) atau Anas bin al-Nadhar adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad. Ia berasal dari suku Bani Khazraj dari suku Anshar dan merupakan paman Anas bin Malik.[1]
Ia tidak dapat ikut serta dalam Perang Badar dan merasa sedih karenanya, sehingga ia berkata kepada Muhammad:
"Wahai Rasulullah! Aku tidak hadir dalam pertempuran pertama yang engkau lakukan melawan orang-orang kafir. (Demi Allah) jika Allah memberiku kesempatan untuk melawan orang-orang kafir, tidak diragukan lagi. Allah akan melihat seberapa (berani) aku akan berperang". — Sahih al-Bukhari, Kitab al-Jihad, 2805 dan 2806
Ia berperang melawan kaum musyrik dalam Perang Uhud. Dalam Sirah Ibnu Hisyam disebutkan bahwa dalam peperangan tersebut, kaum musyrik mengatakan bahwa Muhammad telah meninggal, ia bertemu dengan para sahabat yang telah berhenti berperang dan ia menyuruh mereka untuk berdiri dan siap mati untuk Muhammad yang telah meninggal, dan kemudian ia menjadi syahid. kaum muslim terdesak sehingga banyak di antara mereka yang mundur meninggalkan medan Perang Uhud, Anas bin al-Nadhar berkata "Apa yang kalian tunggu?" Mereka menjawab, "Rasulullah terbunuh."[2]
"Apa yang kalian perbuat dengan kehidupan sepeninggalannya? Bangkitlah dan matilah seperti matinya Rasulullah," lalu ia berdoa,"Ya Allah, aku memohon ampunan kepada-Mu atas apa yang dilakukan para sahabatku dan aku membebaskan diri kepada-Mu dari kaum musyrik."[1] Ketika berpapasan dengan Sa‘ad ibn Muadz, Anas berkata, "Wahai Sa‘ad ibn Muadz, demi Allah yang menciptakan al-Nadhar, aku sungguh mencium harumnya surga dari bawah bukit Uhud."[2]
Mayatnya ditemukan dengan lebih dari delapan puluh luka akibat pedang dan anak panah. Hanya saudara perempuannya yang dapat mengenali jasadnya dari jari-jarinya.[1]