Ali bin Ja'far

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ali bin Ja`far atau lebih dikenal dengan Ali al-Uraidhi adalah putra dari Imam Ja'far ash-Shadiq dan saudara dari Imam Musa al-Kadzim. Dia dikenal dengan julukan al-`Uraidhi, karena ia tinggal di suatu daerah yang bernama `Uraidh (sekitar 4 mil dari Madinah), selain itu ia juga dipanggil dengan julukan Abu Hasan.

al-Imam as-Sayyid Abul Hasan
Ali bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Fatimah binti Rasulullah
al-'Uraidhi
Nama asalعلى
LahirAli
765
Madinah
Meninggal818 – 765; umur -54–-53 tahun
Madinah
MakamMadinah
Tempat tinggalMadinah
KebangsaanArab
Warga negaraAbbasiyah
PendidikanJa'far ash-Shadiq (ayahnya sendiri)
Musa al-Kadzim
Hasan bin Zaid bin Ali
Dikenal atasLeluhur Bani Alawi
AnakJa'far al-Asghar
Ahmad asy-Sya'rani
Muhammad an-Naqib
Hasan
Orang tuaJa'far ash-Shadiq (father)
Kerabatputra dari: Ja'far ash-Shadiq
adik bungsu dari: Ismail, Musa al-Kadzim, Muhammad ad-Dibaj, Ishaq bin Ja'far
paman dari: Muhammad al-Wafi bin Ismail, Ali ar-Ridha, Ibrahim bin Musa

Biografi[sunting | sunting sumber]

Kelahiran[sunting | sunting sumber]

Dilahirkan dan dibesarkan di Madinah, dan kemudian memilih untuk tinggal di daerah desa 'Uraidh, sekitar 4 mil dari Madinah. Ia merupakan seorang yang tekun beribadah, dermawan dan seorang ulama besar. Di antara saudara-saudaranya, ia adalah putera Ja'far bin Muhammad yang paling bungsu, paling panjang umurnya dan salah satu yang menonjol kealimannya. Ayahnya, Ja'far ash-Shadiq meninggal pada saat ia masih kecil, sehingga ia diasuh oleh kakanya, Musa al-Kazim.

Ali al-'Uraidhi, lebih mengutamakan menghindari ketenaran dan takut dari hal-hal yang dapat menyebabkan dikenal. Ia dikaruniai umur panjang, sampai dapat menjumpai cucu dari cucunya.

Keturunan[sunting | sunting sumber]

Kebanyakan sayyid dan habib yang berada di Indonesia dan Asia Tenggara merupakan keturunannya dari jalur Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir. Putra-putranya adalah:

  1. Hasan
    • Abdullah
  2. Ahmad asy-Sya'rani
  3. Ja'far al-Ashgar
  4. Muhammad an-Naqib

Wafat[sunting | sunting sumber]

Dia meninggal pada tahun 112 H di kota 'Uraidh dan disemayamkan di kota tersebut. Makamnya sempat tak diketahui, lalu Zain bin Abdullah Bahasan menampakkannya, sehingga terkenal hingga sekarang.

Keilmuan[sunting | sunting sumber]

Keilmuan didapat dari ayah dan sahabat ayahnya, selain itu didapat pula dari saudaranya, Musa al-Kadzim. Ia juga belajar dari Hasan bin Zaid bin Ali. Banyak pula yang meriwayatkan hadits dari jalur Ali al-Uraidhi, di antaranya adalah kedua putranya (Ahmad dan Muhammad), cucunya (Abdullah bin Hasan bin Ali), putra keponakan (Ismail bin Muhammad bin Ishaq bin Ja'far ash-Shadiq) dan juga al-Imam al-Buzzi.

Daftar Guru[sunting | sunting sumber]

Pendapat perawi hadits[sunting | sunting sumber]

  • Berkata Al-Imam Adz-Dzahabi di dalam kitabnya Al-Miizaan, "Ali bin Ja'far Ash-Shadiq meriwayatkan hadits dari ayahnya, juga dari saudaranya (yaitu Musa al-Kadzim), dan juga dari Sufyan ats-Tsauri. Adapun yang meriwayatkan hadits dari dia di antaranya Al-Jahdhami, Al-Buzzi, Al-Ausi, dan ada beberapa lagi. At-Turmudzi juga meriwayatkan hadits dari dia di dalam kitabnya."
  • Adz-Dzahabi menulis dalam kitab lainnya, Al-Kaasyif, "Ali bin Ja'far bin Muhammad meriwayatkan hadits dari ayahnya, dan juga dari saudaranya (yaitu Musa al-Kadzim). Adapun yang meriwayatkan hadits dari dia adalah dua putranya (yaitu Muhammad dan Ahmad) dan juga ada beberapa orang. Ia meninggal pada tahun 112 H..."
  • Adz-Dzahabi juga meriwayatkan suatu hadits dengan mengambil sanad dari dia, dari ayahnya terus sampai kepada Imam Ali bin Abi Thalib, "Sesungguhnya Nabi SAW memegang tangan Hasan dan Husain, sambil berkata, 'Barangsiapa yang mencintaiku dan mencintai kedua orang ini dan ayah dari keduanya, maka ia akan bersamaku di dalam kedudukanku (surga) pada hari kiamat.' "
  • Ibnu Hajar juga berkata di dalam kitabnya At-Taqrib, "Ali bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain adalah salah seorang tokoh besar pada abad ke-10 H..."
  • Al-Yaafi'i memujinya di dalam kitab Tarikh-nya. Demikian juga Al-Qadhi menyebutkannya di dalam kitabnya Asy-Syifa', dan juga mensanadkan hadits dari dia, serta meriwayatkan hadits yang panjang tentang sifat-sifat Nabi SAW. Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad-nya juga meriwayatkan hadits dari jalur dia. Demikian juga beberapa orang menyebutkan nama dia, di antaranya As-Sayyid Ibnu 'Unbah, Al-'Amri, dan As-Sayyid As-Samhudi.

Referensi[sunting | sunting sumber]

Sumber[sunting | sunting sumber]

  • Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba'alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba'alawy

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  1. ^ DIA, Yayasan (2021-11-07). "Biografi Imam Basri bin Ubaidillah bin Ahmad Muhajir bin Isa". Biografi Imam Basri bin Ubaidillah bin Ahmad Muhajir bin Isa (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-10-12. 
  2. ^ Ilovehasny (Sabtu, 24 Maret 2012). "Biografi para waliyullah: Imam Basri bin Imam Ubaidillah Ra". Biografi para waliyullah. Diakses tanggal 2022-10-12. 
  3. ^ brultokugawa (2017-01-05). "IMAM BASRI BIN ABDULLOH BIN AHMAD BIN ISA". SYAHIB (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-10-12. 
  4. ^ "Jadid bin Ubaidillah - Rodovid ID". id.rodovid.org. Diakses tanggal 2022-10-12. 
  5. ^ Ilovehasny (Sabtu, 24 Maret 2012). "Biografi para waliyullah: Imam Jadid Bin Imam Ubaidillah Ra". Biografi para waliyullah. Diakses tanggal 2022-10-12.