Ahmad Najamuddin Prabu Anom

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom
Duli Yang Maha Mulia
Sultan Palembang Ke-10
Berkuasa16 Juli 1821
PendahuluSultan Ahmad Najamuddin II
PenerusMonarki Masih berlaku tidak dihapuskan
Informasi pribadi
Kelahiran1795
Kematian21 Jumadil Awal 1260H atau tahun 1844
WangsaAzmatkhan
Nama lengkap
Sri Paduka Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom Bin Sultan Susuhunan Husin Dhiauddin
AyahSultan Ahmad Najamuddin II
IbuRatu Nakiah Binti Pangeran Suryo Wikrama Dawau bin Pangeran Suryo Dilaga bin Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikrama
PasanganNayu Ratu Maryam

Embok Nayu Embok Raden Embok Raden Cinto Rasmi

Embok Jalima
AnakDari Embok Jalima
  • Raden Ayu Nakiyah
  • Raden Muhammad Ali
  • Raden Abdurrahman
AgamaIslam

Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom merupakan Sultan terakhir Kesultanan Palembang Darussalam (1821-1823). Ia dilahirkan di Palembang pada hari kamis tanggal 14 Syafar 1211 H (18 Agustus 1796 M). Ayahnya adalah Sultan Ahmad Najamuddin II atau dikenal juga dengan nama Susuhunan Husin Diauddin, sedangkan ibunya bernama Ratu Nakiah binti Pangeran Suryo Wikrama Dawau bin Pangeran Suryo Dilaga bin Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikrama.

Ia mendapatkan pendidikan dari ulama besar waktu itu seperti Syekh Kiagus Muhammad Akib, Kiagus Muhammad Zen, Kemas Muhammad bin Ahmad, Sayid Muhammad Arif Jamalullail dan lain-lain.

Nasab[sunting | sunting sumber]

Sayyidina Muhammad SAW Binti Sayyidatuna Fatimah Azzahra Menikah dengan Ali Bin Abi Thalib Bin Sayyidina Husain As Syahid Bin Ali Zainal Abidin As Sajad Bin Muhammad Al Baqir Bin Ja'far Shadiq Bin Ali Uraidhi Bin Muhammad An Naqib Bin Isa Ar Rumi Bin Ahmad Muhajjir Bin Ubaidillah Bin Alwi Alawiyyin Bin Muhammad Shohibus Saumiah Bin Alwi At Tsani Bin Ali Khaliq Qasam Bin Muhammad Shohib Mirbath Bin Alwi Ammul Faqih Bin Abdul Malik Adzmatkhan Bin Abdullah Adzmatkhan Bin Ahmad Syah Jalaluddin Adzmatkhan Bin Maulana Husain Jamaluddin Kubro Bin Maulana Ibrahim Asmaraqandi Bin Maulana Ishaq Al Ummul Islam Bin Maulana Ainul Yaqin ( Raden Paku / Sunan Giri ) Bin Maulana Muhammad Ali Mahmud Nuruddin ( Pangeran Wirokesumo Cirebon / Pangeran Sido Ing Margi ) Bin Maulana Abdullah ( Pangeran Adipati Sumedang ) Bin Maulana Fadhlullah ( Tumenggung Manco Negoro ) Bin Maulana Muhammad Ali ( Pangeran Sido Ing Pasarean / Sultan Jamaluddin Mangkurat V ) Bin Sultan Abdurrahman Kholifatul Mukminin Sayyidul Imam ( Candi Walang ) Bin Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago ( Kebon Gede ) Bin Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo ( Kawah Tekurep ) Bin Sultan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo Bin Sultan Muhammad Bahauddin Bin Sultan Ahmad Najamuddin Susuhunan Husin Dhiauddin ( SAN II ) Bin Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom ( SAN IV )

Masa Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Sultan Ahmad Najamuddin (iv) Prabu Anom, diangkat menjadi Sultan Palembang Darussalam menggantikan saudara sepupunya Sultan Ahmad Najamuddin (iii) Pangeran Ratu bin Sultan Mahmud Badaruddin (ii) Pangeran Ratu bin Sultan Muhammad Bahauddin.

Dia mulai memerintah pada tanggal 16 Juli 1821. Tidak lama memerintah, Sultan berselisih dengan Kolonial Belanda. Pada tanggal 21 November 1824, Sultan dibantu keluarga, alim-ulama dan rakyat, menyerbu garnisun Belanda di Kuto Besak. Selepas melakukan penyerangan, Sultan beserta pengikutnya hijrah ke daerah Ogan.

Beberapa waktu kemudian, tersiar khabar, Sultan berhasil ditangkap oleh Belanda, dan pada tahun 1825, Sang Sultan dibawa ke Batavia, dan setelah itu dipindahkan ke wilayah pedalaman daerah Menado (Sulawesi Utara).

Legenda Sultan Amuk[sunting | sunting sumber]

Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom, dikenal Belanda sebagai seorang yang pemberani dan sulit untuk dikendalikan, hal inilah yang membuatnya digelari Sultan Amuk oleh Belanda.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]