Aerowisata

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
PT Aero Wisata
Aerowisata
Perseroan terbatas
IndustriPariwisata dan logistik
Didirikan30 Juni 1973; 50 tahun lalu (1973-06-30)
Kantor
pusat
Jakarta, Indonesia
Wilayah operasi
Indonesia
Tokoh
kunci
Beni Gunawan[1]
(Direktur Utama)
Irfan Setiaputra[1]
(Komisaris Utama)
ProdukHotel
Merek
  • Aerofood ACS
  • Prama
  • Kila
  • Asana
  • Aerotravel
  • AeroMICE
  • Aerohajj
  • Garuda Indonesia Holidays
  • Aerotrans
  • AeroExpress
  • GIA Charter
Jasa
  • Katering
  • Pengaturan perjalanan
  • Logistik
  • Penyewaan mobil, bus, dan pesawat terbang
PendapatanRp 3,340 triliun (2019)[2]
Rp 100,12 milyar (2019)[2]
Total asetRp 4,107 triliun (2019)[2]
Total ekuitasRp 2,682 triliun (2019)[2]
PemilikGaruda Indonesia
Karyawan
10.975 (2019)[2]
Anak
usaha
Lihat anak usaha
Situs webwww.aerowisata.com

PT Aero Wisata (berbisnis dengan nama Aerowisata) adalah anak usaha Garuda Indonesia yang bergerak di bidang pariwisata dan logistik.[2][3]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Perusahaan ini didirikan oleh Garuda Indonesia pada tahun 1973 untuk menyediakan jasa pengaturan perjalanan. Pada tahun 1974, perusahaan ini mengambil alih PT Biro Perjalanan Wisata Satriavi milik Garuda Indonesia. Bersama Dairy Farm asal Hong Kong, perusahaan ini juga mendirikan PT Aero Garuda Dairy Farm (AGDF) untuk menyediakan jasa katering. Saat itu, AGDF baru memiliki dua dapur, yakni di Bandar Udara Polonia dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Baru pada tahun 1975, AGDF mulai mengoperasikan dapur baru di Bandar Udara Ngurah Rai. Pada tahun 1977, perusahaan ini mulai mengelola sebuah pesanggrahan milik Garuda Indonesia yang terletak di Surabaya. Pada tahun 1980, perusahaan ini mengakuisisi PT Mirtasari Hotel Development yang memiliki Hotel Sanur Beach Seaside Bungalows di Pantai Sanur, Bali. Pada bulan April 1980, perusahaan ini mulai mengelola Hotel Inan di Biak yang dimiliki oleh Garuda Indonesia. Pada tahun 1981, nama PT Aero Garuda Dairy Farm diubah menjadi PT Garuda Catering Service. Perusahaan ini kemudian mendirikan Garuda Orient Holiday di Sydney, Australia. Pada tahun 1983, perusahaan ini mengambil alih pengelolaan Nusa Dua Beach Hotel 3 di Denpasar yang sebelumnya dikelola oleh PT Bukit Nusa Hotel. Nama PT Garuda Catering Service kemudian juga diubah menjadi PT Angkasa Citra Sarana (ACS). Pada tahun 1985, ACS mulai membangun dapur baru di Bandar Udara Soekarno-Hatta.

Pada tahun 1986, melalui PT Aero Jasa Perkasa (AJP), perusahaan ini mulai menyediakan jasa keagenan penjualan umum dan keagenan kargo. Garuda Orient Holidays kemudian diperluas ke Auckland, Selandia Baru dan Los Angeles, Amerika Serikat. Pada tahun 1987, Garuda Indonesia resmi menyerahkan kepemilikan Hotel Inan di Biak kepada perusahaan ini. Melalui kerja sama dengan PT Bina Karya Pariswindo, perusahaan ini juga mulai mengelola Grand Hotel Preanger di Bandung. Pada tahun 1987 juga, perusahaan ini mendirikan Hotel Senggigi Beach di kawasan Pantai Senggigi, Lombok Barat. ACS kemudian membuka kantor cabang di Bandara Polonia. Pada tanggal 2 November 1988, perusahaan ini mendirikan PT Mandira Erajasa Wahana untuk menyediakan jasa transportasi darat. Pada tahun 1989, bisnis AJP dialihkan menjadi agen penjualan umum dari American Airlines. Pada tahun 1991, nama PT Angkasa Citra Sarana diubah menjadi PT Aerowisata Catering Service (ACS). Dalam rangka restrukturisasi anak usaha, Garuda Indonesia juga menyerahkan saham PT Mitra Hotel Development ke perusahaan ini. ACS kemudian membuka kantor cabang di Bandar Udara Juanda. Pada tahun 2005, perusahaan ini mendirikan PT Aerojasa Cargo untuk menyediakan jasa pengiriman kargo.

Pada tahun 2008, perusahaan ini mendirikan Garuda Indonesia Holidays Co. Ltd di Seoul, Korea Selatan. Nama tiga anak usaha dari perusahaan ini juga diubah, yakni nama PT Aerowisata Catering Service diubah menjadi PT Aerofood Indonesia, nama PT Mandira Erajasa Wahana diubah menjadi PT Aerotrans Services Indonesia, dan nama PT Biro Perjalanan Wisata Satriavi diubah menjadi PT Aero Globe Indonesia. Pada tahun 2009, nama ACS kembali diubah menjadi PT Aerofood Indonesia, dan perusahaan ini mendirikan Garuda Orient Holidays Japan, Co. Ltd di Jepang. Pada tahun 2010, perusahaan ini mendirikan Garuda Orient Holidays Pte. Ltd. di Tokyo dan Osaka. Pada tahun 2012, perusahaan ini mendirikan PT Citra Lintas Angkasa. Pada tahun 2017, perusahaan ini membuka Garuda Orient Holidays China sebagai penjual paket wisata di Chengdu. Aerofood ACS juga membuka tiga dapur satelit, yakni di Cilegon, Jatake, dan Cikarang. Pada tahun 2018, melalui Aerofood ACS, perusahaan ini ditunjuk sebagai penyedia makanan untuk para atlet yang berpartisipasi dalam Asian Para Games 2018 di Indonesia. Pada tahun 2019, bersama Citilink, perusahaan ini membentuk sebuah perusahaan patungan yang diberi nama PT Garuda Indonesia Air Charter untuk menyediakan jasa penyewaan pesawat terbang.[2][3] Pada tanggal 11 Juni 2021, Aerowisata resmi menyerahkan satu hotel miliknya ke Wika Realty, sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk menyatukan kepemilikan hotel milik BUMN.[4]

Anak usaha[sunting | sunting sumber]

Hingga akhir tahun 2019, perusahaan ini memiliki 14 anak usaha, yakni:

  1. PT Aerofood Indonesia
  2. PT Aero Hotel Management
  3. PT Mirtasari Hotel Development
  4. PT Senggigi Pratama Internasional
  5. PT Belitung Inti Permai
  6. PT Bina Inti Dinamika
  7. PT Aero Globe Indonesia
  8. Garuda Orient Holidays Japan Inc.
  9. Garuda Orient Holidays Korea Co. Ltd.
  10. PT GIH Indonesia
  11. PT Aerotrans Services Indonesia
  12. PT Aerojasa Cargo
  13. PT Aerojasa Perkasa
  14. PT Garuda Indonesia Air Charter

Hotel[sunting | sunting sumber]

Aerowisata memiliki bisnis pengelolaan hotel melalui salah satu anak usahanya, PT Aero Hotel Management. Hotel-hotel tersebut dipasarkan melalui tiga merek, yakni Prama (bintang lima), Kila (bintang empat), dan Asana (bintang tiga). Saat Pemerintah Indonesia memulai proses konsolidasi hotel-hotel milik negara pada tahun 2016, Aerowisata tercatat mengelola tujuh hotel.[5] Satu hotel (Kila Senggigi Beach Lombok, sekarang Merumatta Senggigi Lombok) sudah diserahkan ke Hotel Indonesia Natour, sementara empat yang lain berganti manajemen atau tutup, sehingga pada akhir tahun 2023, Aerowisata hanya mengelola dua hotel saja.[6]

No. Nama Alamat Provinsi Tahun Buka
1 Asana Biak Papua Jl. M. Yamin No.4, Mandala, Biak Kota, Biak Numfor Papua 1963[a][7]
2 Prama Sanur Beach Bali Jl. Cemara, Sanur Kauh, Denpasar Selatan, Denpasar Bali 1974[b][8]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Pemerintah Indonesia mengambil alih kepemilikan RIF Hotel bekas Belanda pada tahun 1963. Pengelolaan hotel selanjutnya diserahkan ke Aerowisata dengan nama Aerotel Irian Biak, sebelum diganti namanya menjadi Asana Biak Papua pada tahun 2014.
  2. ^ Hotel dibuka dengan nama Sanur Beach Hotel pada tahun 1974, sebelum diganti namanya menjadi Prama Sanur Beach Bali pada tahun 2014.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Komisaris & Direksi". PT Aero Wisata. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-13. Diakses tanggal 13 Januari 2022. 
  2. ^ a b c d e f g "Laporan Tahunan 2019" (PDF). PT Aero Wisata. Diakses tanggal 13 Januari 2022. 
  3. ^ a b "Profil Perusahaan". PT Aero Wisata. Diakses tanggal 13 Januari 2022. 
  4. ^ Pratomo, M. Nurhadi (13 Juni 2021). "Holding Hotel BUMN Makin Dekat, Inbreng 11 Hotel Diteken". bisnis.com. Bisnis.com. Diakses tanggal 27 Juli 2021. 
  5. ^ "Hotel Indonesia Group Resmi Dibentuk". Antara. Diakses tanggal 30 Desember 2023. 
  6. ^ "Holding Hotel BUMN Makin Dekat, Inbreng 11 Hotel Diteken". Market. Diakses tanggal 30 Desember 2023. 
  7. ^ "Asana, hotel tua peninggalan Belanda di Biak". Jubi TV. 7 Maret 2022. 
  8. ^ "Prama Sanur Beach Hotel". Setiap Gedung Punya Cerita. 9 November 2022. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]