A House for Mr Biswas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
A House for Mr Biswas
PengarangV. S. Naipaul
Perancang sampulStephen Russ[1]
NegaraBritania Raya
BahasaInggris
GenreFiksi
Diterbitkan1961 André Deutsch
Jenis mediaPrint

A House for Mr Biswas (Sebuah Rumah untuk Bpk Biswas) adalah novel yang terbit pada tahun 1961 karangan V. S. Naipaul. Karya novel ini menjadi karya Naipaul yang membuatnya terkenal. Novel ini bercerita tentang Mohun Biswas, seorang pria keturunan India berkasta Brahmana yang tinggal di Trinidad. Bpk Biswas seumur hidupnya selalu berusaha untuk sukses tapi hampir selalu menemui kegagalan. Bpk Biswas menikah dengan seorang perempuan dari Tulsi family yang kaya dan tinggal di rumah keluarga besar Tulsi. Disitu Bpk Biswas merasa didominasi terus sehingga membuatnya bersemangat untuk mencari tempat tinggal sendiri.

Cerita ini diinspirasi oleh bapak kandung V.S. Naipaul[2][3] bernama Seepersad Naipaul, seorang jurnalis di Trinidad yang punya inspirasi menjadi sastrawan yang diakui namun impian ini tidak jadi kenyataan. Anak laki-laki Bpk Biswas, Anand, melambangkan V.S. Naipaul. Tentang hubungan antara ayah dan anak ini, V.S. Naipaul menulis dengan sangat jujur, walaupun dalam format fiksi, dengan kalimat-kalimat yang tajam dan tulisan pena yang tak kenal belas kasihan:

"Meskipun tidak ada yang menyadari kekokohan karakternya, Anand termasuk di antara karakter-karakter kuat. Akalnya yang penuh satire membuat dia terasingkan. Awalnya ini hanya sebuah pose yang ditirukannya dari ayahnya. Tapi satire menyebabkan perasaan terhina ... yang menyebabkan perasaan rendah diri, sangat sadar akan diri sendiri dan kesepian yang tak bertepi. Walaupun begitu, satire membuatnya tak tergoyah. ".[4]

Karya sastra ini diakui sangat tajam menyorot kehidupan di daerah bekas penjajahan (pascakolonialisme) yang kejayaannya memudar.


Plot Cerita[sunting | sunting sumber]

Bpk Biswas lahir di daerah pedesaan di Trinidad. Orang tuanya keturunan Hindu dari India, ayahnya berkasta Brahmana. Alkisah, saat lahirnya Bpk Biswas dikatakan bernasib buruk atau “salah lahir”: Bpk Biswas terlahir dengan 6 jari. Seorang Pundit meramalkan bahwa bayi ini “akan jadi bandot dan pemboros. Mungkin juga jadi pembohong", dan Bpk Biswas akan "memakan ayah dan ibunya". Pendeta Hindu ini menasihatkan anak ini untuk "dijauhkan dari pepohonan dan perairan. Khususnya perairan". Beberapa tahun kemudian, Bpk Biswas ketika masih kecil, dia mendala anak sapi tetangga untuk minum air di sungai. Karena tidak pernah lihat air, kususnya air dari sumber yang alami, Bpk Biswas jadi penasaran dan terbagi perhatiannya, jadinya anak sapi melanglang kabur. Takut dihukum, Bpk Biswas sembunyi. Ayahnya, menyangka anaknya di dalam air, meninggal ketika berusaha menyelamatkan Bpk Biswas. Dengan ini, terkabullah sebagian lamaran dari pendeta dulu itu. Kematian ayahnya, membuat keluarga Bpk Biswas terpecah: adik perempuannya dikirim untuk tinggal dengan bibik dan paman yang kaya bernama Tara dan Ajodah. Bpk Biswas, ibunya, dan dua kakak laki-lakinya pergi tinggal ke famili yang lain.

Bpk Biswas dikeluarkan dari sekolah dan kemudian pergi magang dengan seorang pendeta, tetapi akhirnya diusir karena hubungan mereka menjadi buruk. Pamannya, Ajodha, kemudian menempatkannya dalam perawatan saudara lelakinya yang kasar dan suka minum-munim, Bhandat, yang memukuli Bpk Biswas sehingga dia kabur. Akhirnya, Bpk Biswas yang masih muda memutuskan untuk mengadu nasib. Bpk Biswas bersumpah, "Saya akan mendapatkan pekerjaan. Dan saya akan mendapatkan rumah sendiri juga. Saya sudah muak dengan semua ini." [hal. 64]. Dia bertemu seorang teman dari sekolahnya dulu yang membantunya masuk ke bisnis pelukisan papan reklame dengan tangan. Suatu hari selagi bekerja, Bpk Biswas tertarik untuk mendekati Shama, gadis putri salah seorang kliennya, famili Tulsi. Bpk Biswas menulis surat cinta untuk Shama, tetapi ini disalahartikan oleh keluarga Tulsi sebagai lamaran untuk nikah. Bpk Biswas tidak berani menolak, sehingga jadilah dia kawin dengan Shama. Setelah menikah Bpk Biswas tinggal di rumah keluarga Tulsi dan menjadi anggota keluarga besar Tulsi.

Pernikahan dengan Shama adalah suatu mula dari perjalan panjang dan tidak bahagia, menghasilkan empat anak, perjuangan terus-menerus untuk mencari uang, dan pertengkaran sengit yang tak terhitung jumlahnya.Keluarga Tulsi yang tinggal di rumah besar tetapi perlahan rongsok mencerminkan cara hidup tradisional di daerah seluruh Afrika dan Asia di masa pascakolonialisme. Bpk Biswas dikasih atap untuk hidup di rumah keluarga besar Tusli. Memang tempata seorang bawahan, tetapi Bpk Biswas dijamin bisa tinggal disitu seumur hidupnya. Walaupun begitu, Bpk Biswas tidak puas. Dia ingin lebih. Bpk Biswas mempunyai naluri akan hak asasinya sebagai manusia. Dia ingin menyutradarai kehidupannya. Aspirasi Bpk Biswas tidak dihargai oleh keluarga besar Tulsi, keluarga besar yang kejayaannya perlahan pudar dan seakan membawa Bpk Biswas tenggelam bersamanya.

Setelah gagal menjalani toko barang-barang kering, Bpk Biswas dan keluarganya kembali tinggal bersama keluarga Tulsi, sebuah pola yang berulang di seluruh novel. Meskipun pendidikannya rendah, Bpk Biswas akhirnya berhasil menjadi seorang jurnalis di Port of Spain. Disinilah bisa dikatakan saat yang sangat dekat dengan kebahagiaan Bpk Biswas: bekerja sebagai jurnalis untuk koran Sentinel, menulis cerita-cerita aneh, dan mencapai tingkat ketenaran lokal. Di sini, putranya, Anand unggul di sekolah dan menunjukkan bakat sebagai penulis. Tetapi keuangan Bpk Biswas menurun beberapa kali. Baru ketika dia dekat dengan ajalnya, akhirnya dapat membeli rumah - hanya untuk menyadari perasaaannya setelah membeli rumah jauh berbeda dari yang ia bayangkan.

Keteguhan Bpk Biswa untuk memiliki rumah sendiri dilambangkan sebagai kebutuhan naluri untuk berdikari dan kebebasan sebagai manusia yang otentik. Dia merasa bahwa dengan memiliki rumahnya sendiri adalah satu-satunya cara dia dapat mengatasi perasaannya yang asing dan tidak berakar.Sebuah potret yang hidup tentang seorang pria berjuang untuk membebaskan dirinya dari keterikatan keluarga, adat istiadat, dan agama, A House for Mr Biswas juga menawarkan pandangan yang tak terlupakan di dalam masyarakat pascakolonial pada awal masa transisi besar.[5]

Signifikansi[sunting | sunting sumber]

Banyak yang menilai bahwa karya novel ini adalah yang paling penting dari V.S. Naipaul. Juga novel inilah yang membawa Naipaul jadi terkenal. Sebuah Rumah untuk Bpk Biswas menelusuri perjalanan seorang pria, yang merasa diperlakukan tidak adil oleh takdir dan juga oleh komunitas. Akibatny, dia jadi pilu dan dilihat dari aksi dan kehidupannya, dia menghapus semua kemanisan didalam hidupnya. Novel ini disebut tragikomik, namun Bpk Biswas bukanlah bertingkah sebagai pelawak. Meskipun dihajar oleh kekerasan ekonomi, sosial dan budaya yang di luar kendalinya, dan juga sering melakukan kesalahan, Bpk Biswas pada akhirnya digambarkan sebagai orang yang mempunyai intergitas, yang memenuhi tantangan hidupnya dengan keanggunan. Novel ini tragis karena kehidupan itu sendiri tragis. Juga karya sastra ini ini lucu, karena hidup juga sering lucu. Kisah Mohun Biswas mempunyai lataer belakang budaya India, tetapi berhasil melampaui batas-batas budaya dan negara dan menginspirasikan konsep-konsep yang universal dalam implikasi terhadap kehidupan manusia.

Pada tahun 1998, Modern Library menobatkan A House for Mr Biswas menjadi nomor 72 dari daftar 100 novel Inggris terbaik di abad 20. Majalah Time menobatkan novel ini dalam "TIME 100 Terbaik Inggris Novel di periode 1923 sampai 2005".[6]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Bound books - a set on Flickr
  2. ^ Kumar, Amitava (2002-01-01). Bombay--London--New York (dalam bahasa Inggris). Psychology Press. ISBN 9780415942119. 
  3. ^ Hayward, Helen (2002-01-01). The Enigma of V S Naipaul: Sources and Contexts (dalam bahasa Inggris). Palgrave Macmillan. ISBN 9781403902542. 
  4. ^ "Obituary: VS Naipaul". BBC.com. 
  5. ^ "A House for Mr. Biswas Reader's Guide". penguinrandomhouse.com. 
  6. ^ "All-TIME 100 Novels: How We Picked the List". TIME.com.