Daun sirih

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sekumpulan daun sirih yang tumbuh pada tangkai daun.

Daun sirih adalah bagian daun pada sirih. Bentuk daun sirih menyerupai bentuk hati. Secara umum, kromosom pada daun sirih bersifat diploid dengan formula rata-rata yakni 2n = 64. Kandungan utama pada daun sirih ialah minyak asiri, seskuiterpen, diastase, tannin, gula dan pati. Daun sirih telah dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional sejak zaman kuno. Jenis penyakit yang dapat disembuhkan menggunakan daun sirih antara lain penyakit gigi dan mulut, penyakit jantung, penyakit kulit, serta penyakit pencernaan. Daun sirih juga dijadikan sebagai bahan pengusir serangga dan bahan untuk tradisi menyirih di Indonesia. Perdagangan daun sirih dilakukan dalam kondisi segar maupun simplisia sebagai bahan baku pembuatan jamu, obat dan kosmetik.

Tampilan fisik[sunting | sunting sumber]

Daun sirih yang menyerupai bentuk hati.

Daun sirih berbentuk seperti hati dan termasuk jenis daun tunggal. Ujung daun sirih meruncing. Daun sirih tumbuh secara berselang-seling pada tangkai daun.[1]   

Genetika[sunting | sunting sumber]

Kromosom pada daun sirih pada umumnya bersifat diploid meskipun jumlah kromosom yang dimiliki bernilai bervariasi. Formula kromosom rata-rata untuk daun sirih ialah 2n = 64. Namun formula kromosom yang paling sering ditemukan ialah 2n = 78. Sementara itu, formula kromosom lainnya yang ditemukan pada daun sirih ialah 2n = 26,  2n = 32, 2n = 52, 2n = 58, 2n = 62, dan 2n = 195.[2]

Kandungan[sunting | sunting sumber]

Pada beberapa kultivar sirih, kandungan minyak asiri pada daun sirih mengalami perbedaan komposisi yang ditentukan oleh morfologi dan warna.[2] Minyak asiri dengan kandungan sebesar 4,2% menimbulkan aroma yang khas pada daun sirih. Aroma ini dihasilkan oleh senyawa aromatik dari senyawa fenol berbentuk betelfenol dan kavikol pada minyak asiri. Pada daun sirih, kavikol memiliki komposisi terbanyak dan memiliki senyawa turunan berupa kavibetol, karvakol, eugenol, alilpirokatekol dan katekin. Bau khas daun sirih dihasilkan oleh senyawa kavikol dan turunannya. Senyawa lain yang terkandung di dalam daun sirih ialah seskuiterpen, diastase, tannin, gula dan pati.[3]   

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Pengobatan[sunting | sunting sumber]

Sirih merupakan salah satu tanaman yang telah berabad-abad digunakan untuk pengobatan tradisional. Dalam naskah-naskah yang menggunakan bahasa Sanskerta Kuno telah ditemukan gambar daun sirih berbentuk hati. Beberapa naskah ini yakni Charaka, Sushruta Samhita, dan stanga Hradayam.[4] Ketiga naskah tersebut menggambarkan daun sirih dalam bentuk hati sebagai simbol kebahagiaan.[5]

Penyembuhan penyakit gigi dan mulut[sunting | sunting sumber]

Fenol dan katekin dalam minyak asiri yang terkandung pada daun sirih dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus mutans.[6] Air rebusan daun sirih dapat menghentikan pendarahan dan pembengkakan pada gusi yang baru saja mengalami pencabutan gigi. Caranya dengan berkumur menggunakan air rebusan daun sirih setiap satu jam sekali. Jumlah air rebusan yang dibuat sebanyak tiga gelas. Pembuatannya dengan merebus sebanyak 10–15 lembar daun sirih yang telah dicuci bersih lalu ditambah dengan air sebanyak lima gelas. Daun sirih pada air rebusan harus disaring terlebih dahulu sebelum air rebusan dipakai untuk berkumur.[7]   

Penyembuhan penyakit jantung[sunting | sunting sumber]

Meminum air hasil rebusan daun sirih dapat mengurangi gejala penyakit jantung akut. Caranya dengan meminum segelas air rebusan daun sirih setiap hari. Segelas air rebusan daun sirih dapat dibuat dengan merebus 3–5 lembar daun sirih yang telah dicuci bersih lalu ditambahi air sebanyak tiga gelas hingga mendidih. Air rebusan daun sirih diminum dalam kondisi hangat.[8]

Penyembuhan penyakit kulit[sunting | sunting sumber]

Selembar daun sirih yang telah diremas dapat digunakan untuk memecahkan bisul yang terasa panas dan menyakitkan. Caranya dengan menempelkan daun sirih yang kemudian akan mematangkan bisul hingga pecah. Pecahan bisul akan mengeluarkan darah kotor. Pembersihan darah kotor hasil pecahan bisul dilakukan dengan pembilasan dengan air hangat. Bekas bisul akan mengerin satu hari setelah terjadinya pemecahan.[7]

Daun sirih yang berwarna hijau juga dapat digunakan untuk mencegah dan menghilangkan jerawat. Caranya dengan mengoleskan daun sirih di jerawat yang terdapat pada wajah. Setelah satu jam, bekas olesan daun sirih dibasuh dengan air hangat. Daun sirih juga dapat menghilangkan bau badan pada ketiak dan penyakit eksim pada kulit. Caranya dengan mengolesi ketiak atau kulit dengan beberapa daun sirih yang sebelumnya telah ditumbuk.[9]  

Penyembuhan penyakit pencernaan[sunting | sunting sumber]

Air rebusan daun sirih juga dapat menyembuhkan bawasir. Cara membuat air rebusan ialah dengan merebus sebanyak 10 lembar daun sirih yang bersih ke dalam 1 1liter air. Air hasil rebusan kemudian dipakai untuk mencuci bagian yang terkena bawasir setiap melakukan buang air besar. Pencucian dengan air rebusan dilakukan selama lima hari secara rutin.[8]  

Pengusir serangga[sunting | sunting sumber]

Tumbukan daun sirih yang telah disaring dengan air dapat mengusir lalat dan semut. Caranya dengan menjadikan tumbukan daun siri sebagai pembersih lantai. Hasil rendaman air dengan daun sirih juga dapat dioles ke kulit untuk mencegah gigitan nyamuk.[10] Daun sirih juga dapat mengurangi hama penghisap karena memiliki kandungan fenol dan kavikol yang berperan sebagai pestisida nabati.[11] Daun sirih yang diramu bersama dengan daun miana akan menghasilkan khasiat antimalaria.[12]

Menginang[sunting | sunting sumber]

Seorang nenek asal suku Jawa yang sedang menginang.

Daun sirih merupakan salah satu bahan baku pembuatan kinang.[13] Masyarakat pedesaan di Indonesia umumnya menggunakan kinang sebagai kunyahan untuk membersihkan gigi dan mulut secara tradisional. Pengunyahan kinang umumnya dilakukan oleh nenek-nenek.[6] Tradisi menginang masih dipertahankan di beberapa pedesaan di Pulau Jawa.[14] Kebiasaan menginang juga menjadi tradisi suku Nias.[15]

Perdagangan[sunting | sunting sumber]

Daun sirih telah menjadi salah satu komoditas perdagangan yang penting bagi industri pembuatan jamu, obat dan kosmetik. Ketiga industri ini masing-masing memerlukan daun sirih sebagai bahan baku. Perdagangan daun sirih dalam kondisi segar maupun simplisia.[16] Suku Jawa membuat jamu dari daun sirih yang disebut jamu kunci suruh.[17]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Julianto, Sudiarto, dan Setiawan 2019, hlm. 14.
  2. ^ a b Widiyastuti, Rahmawati, dan Mujahid 2020, hlm. 10.
  3. ^ Rasmiati, dkk. (2022). Olah Praktis Pasta Gigi Egeleaf Smile dari Kominasi Limbah Cangkang Telur dan Daun Sirih (PDF). Purbalingga: Eureka Media Aksara. hlm. 61. ISBN 978-623-487-143-2. 
  4. ^ Agung, Hervina, dan Sandi 2021, hlm. 1.
  5. ^ Agung, Hervina, dan Sandi 2021, hlm. 3.
  6. ^ a b Santoso dan Pangawikan 2022, hlm. 109.
  7. ^ a b Pramono 2008, hlm. 9.
  8. ^ a b Pramono 2008, hlm. 10.
  9. ^ Utami, Matahari, dan Ikhsanudian 2018, hlm. 5.
  10. ^ Utami, Matahari, dan Ikhsanudian 2018, hlm. 6.
  11. ^ Julianto, Sudiarto, dan Setiawan 2019, hlm. 15-16.
  12. ^ Salimi, Yuszda K. (2021). Abdul Rosid, ed. Daun Miana Sebagai Antioksidan dan Antikanker (PDF). Serang: Yayasan Pendidikan dan Sosial Indonesia Maju (YPSIM) Banten. hlm. 9. ISBN 978-623-6356-79-1. 
  13. ^ Santoso dan Pangawikan 2022, hlm. 110.
  14. ^ Hakim 2015, hlm. 136.
  15. ^ Koestoro, L. P., dan Wiradnyana, K. (2007). Tradisi Megalitik di Pulau Nias. Medan: Badan Arkeologi Medan. hlm. 16. ISBN 979-98772-1-0. 
  16. ^ Widiyastuti, Rahmawati, dan Mujahid 2020, hlm. 3.
  17. ^ Hakim 2015, hlm. 163.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Widiyastuti, Y., Rahmawati, N., dan Mujahid, R. (2020). Widowati, L., dan Agus, T. P., ed. Budidaya dan Manfaat Sirih untuk Kesehatan (PDF). Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.