Belalang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat.

Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan.

Habitat[sunting | sunting sumber]

Belalang liar yang hinggap di daun wedelia.

Belalang lebih menyukai kawasan alam terbuka yang lembab dengan banyak rumput serta tanaman rendah lainnya, meskipun beberapa spesies lainnya hidup di hutan ataupun hutan blantara. Beberapa lainnya berada di tebing, tanah, dan bebatuan lembap berlumut dan mengkonsumsi lumut.

Banyak spesies belalang yang hidup di padang rumput sering menyerang ladang petani sekitar. Populasi belalang yang berlebih akan sangat merugikan petani jika menyerang tanaman di perkebunan.

Informasi lain[sunting | sunting sumber]

Sebagai makanan[sunting | sunting sumber]

Belalang goreng di Gunung Kidul, Yogyakarta

Pada beberapa negara, belalang dikonsumsi sebagai sumber protein. Misalnya pada Meksiko bagian selatan, chapulines disukai karena kandungan protein, mineral, dan vitaminnya yang tinggi. Belalang biasanya dikumpulkan saat senja, dengan bantuan lampu atau senter, menggunakan jaring sapu. Selanjutnya belalang dimasukkan air selama 24 jam, kemudian bisa dimakan mentah atau dengan cara direbus, dikeringkan dengan matahari, digoreng, diberi bumbu seperti bawang putih, bawang merah, cabai, diberi perasan jeruk nipis, dan digunakan untuk sup atau sebagai bahan pengisi berbagai masakan. Menu belalang cukup melimpah pada pasar-pasar makanan serta kaki lima di Meksiko Tengah dan Selatan.

Pada pasar makanan Tiongkok, misalnya Pasar malam Donghuamen, masakan belalang disajikan menggunakan tusuk sate.[1]

Pada beberapa negara di Afrika, belalang merupakan sebuah sumber pangan penting selain beberapa jenis insekta lainnya. Belalang menjadi sumber protein dan lemak untuk diet sehari-hari, terutama saat terjadi krisis pangan. Biasanya belalang dimasak sup. Belalang yang dikonsumsi di Uganda dan beberapa wilayah tetangga disebut nsenene, meskipun sebenarnya merupakan jangkrik rumput.

Pada beberapa negara di Timur Tengah, belalang direbus dengan garam, dikeringkan dengan sinar matahari, kemudian dimakan sebagai makanan ringan.[2]

Di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia masyarakat biasa mengolah belalang menjadi belalang goreng (bahasa jawa : Walang goreng). Jenis belalang yang digunakan yaitu belalang kayu dan belalang padi yang biasa menjadi hama perusak tanaman.

Banyak insekta yang menjadi predator bagi belalang, misalnya berbagai jenis semut seperti pada genus Crematogaster.

Budaya dan Agama[sunting | sunting sumber]

Dalam Agama Islam, Belalang adalah salah satu dari dua hewan yang apabila telah terlebih dahulu mati masih dihalalkan untuk dimakan oleh manusia.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Bizarre Foods bersama Andrew Zimmern yang ditayangkan di Travel Channel pada tanggal 27 April 2008.
  2. ^ King, Bes Sie (December 23,2009). "Snack on grasshoppers". Ny Food Chain. New York: Columbia University Graduate School of Journalism. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-24. 
  3. ^ Syamhudi, Kholid (Edisi 01-Tahun XI/1428H/2007M). "Hukum Bangkai". As-Sunnah. Surakarta: Yayasan Lajnah Istiqomah. 

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

  • O'Toole, Christopher (2002), Firefly Encyclopedia of Insects and Spiders, ISBN 1-55297-612-2 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]