Yuwen Huaji

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Yuwen Huaji

Yuwen Huaji (Hanzi: 宇文化及, ?-619) adalah seorang jenderal Tiongkok pada zaman Dinasti Sui yang dikenal karena membunuh Kaisar Yang dari Sui dalam suatu kudeta militer pada tahun 618. Ia kemudian mengangkat keponakan Kaisar Yang, Yang Hao sebagai kaisar boneka dan memimpin pasukan elit Xiaoguo (骁果军) ke utara untuk melawan para pemberontak. Ia mengalami kekalahan beruntun dari Li Mi, Li Shentong, dan terakhir oleh Dou Jiande. Merasa kekalahanya sudah tinggal menunggu waktu dan ingin menjadi kaisar sebelum benar-benar hancur, ia meracuni Yang Hao dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Xu (许帝). Tahun 619, ia kalah dan dihukum mati oleh Dou Jiande.

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Yuwen Huaji adalah putra sulung jenderal senior Sui, Yuwen Shu. Ia adalah teman dekat Yang Guang, pangeran Jin, putra Kaisar Wen dan Sui. Ia memiliki andil yang cukup besar dalam usaha Yang Guang merebut kedudukan sebagai putra mahkota dari kakaknya, Yang Yong pada tahun 600. Setelah itu Yang Guang mengangkat Yuwen sebagai kepala pengawalnya. Konon katanya, ia sering bertindak arogan dengan mengendarai kudanya yang gagah dengan kecepatan tinggi di jalan-jalan raya kota Chang’an sambil menembakkan batu dari katapelnya. Beberapa kali ia dipecat karena skandal suap, tetapi setiap kali pula Yang Guang turun tangan membelanya dengan membujuk ayahnya agar memulihkannya. Yang Guang bahkan menikahkan putrinya, Putri Nanyang, dengan salah satu adik Yuwen, yaitu Yuwen Shiji.

Kaisar Wen mangkat pada tahun 604, sejarawan tradisional umumnya menulis bahwa ia dibunuh oleh putranya sendiri, Yang Guang, tetapi kebenarannya masih simpang siur hingga kini. Yang Guang naik tahta sebagai Kaisar Yang dan ia mengangkat Yuwen sebagai menteri pertanian. Tahun 604, ketika kaisar mengunjungi pos militer Yulin (sekarang Yulin, Shaanxi), Yuwen dan adiknya, Yuwen Zhiji terlibat perdagangan terlarang dengan suku Tujue (Turki). Kaisar sangat marah dan menjatuhkan hukuman mati pada mereka, tetapi pada saat-saat terakhir tiba-tiba ia memberikan pengampunan dan secara resmi mengembalikan mereka pada ayah mereka sebagai budak.

Tahun 616, pemberontakan petani meletus di wilayah utara Tiongkok sebagai reaksi kemarahan rakyat atas kediktatoran Kaisar Yang dan kegagalan perang di Korea. Atas saran Yuwen Shu, kaisar mengungsi ke Jiangdu (sekarang Yangzhou, Jiangsu). Yuwen Shu dan putra-putranya turut bersama keluarga kaisar ke sana. Pada musim dingin tahun itu, Yuwen Shu wafat. Mengingat jasa-jasa Yuwen Shu terhadapnya, kaisar mengangkat Yuwen Huaji sebagai jenderal dan adiknya, Yuwen Zhiji juga dipulihkan jabatannya. Yuwen Huaji juga memperoleh hak mewarisi gelar ayahnya sebagai Adipati Xu.

Kudeta terhadap Kaisar Yang[sunting | sunting sumber]

Kaisar Yang yang merasa aman di bawah kawalan pasukan elit Xiaoguo, enggan untuk kembali ke wilayah utara yang bergolak. Ia berencana untuk memindahkan ibu kota ke Danyang (sekarang Nanjing, Jiangsu). Sementara di lain pihak, sebagian besar anggota pasukan Xiaoguo berasal dari Guanzhong (sekitar Chang’an), wilayah utara dan mereka mengkhawatirkan keluarga mereka disana. Mengetahui bahwa kaisar tidak berniat untuk merebut kembali ibu kota, mereka memutuskan untuk kabur. Beberapa perwira Xiaoguo yang dikepalai oleh Sima Dekan, Pei Qiantong, dan Yuan Li menyusun rencana untuk melarikan diri. Zhao Xinshu, teman Yuwen Zhiji dan Yang Shilan, keponakan Yuwen mendiskusikan rencana ini dengan Yuwen Zhiji. Yuwen Zhiji berpendapat, bila mereka kabur pasti akan diburu dan menghadapi hukuman mati, maka lebih baik melakukan kudeta untuk menggulingkan kaisar tiran itu. Atas saran Zhao dan Xue Shiliang, mereka memutuskan untuk mengangkat Yuwen Huaji sebagai pemimpin mereka. Yuwen yang pada dasarnya pengecut itu semula panik ketika diminta memimpin mereka, tetapi akhirnya ia menerima juga.

Pada akhir musim semi 618, para perwira Xiaoguo menjalankan rencana kudeta mereka. Karena mereka adalah pejabat yang dipercaya, maka dengan mudah mereka memperoleh akses untuk masuk ke istana menghadap kaisar. Dengan cepat mereka memasuki istana, awalnya mereka hanya membujuk kaisar untuk kembali ke ibu kota Chang’an, tetapi belakangan mereka mengumumkan dosa-dosa sang kaisar dan menuntutnya turun tahta, Pei Qiantong membunuh putra bungsu kaisar, Yang Gao, Pangeran Zhao dihadapannya. Kaisar Yang menawarkan agar ia bunuh diri dengan racun, tetapi saat itu racun tidak dapat ditemukan dengan segera, maka salah satu perwira bernama Linghu Xingda mencekiknya dengan syal sesuai permintaannya.

Setelah kudeta, Yuwen Huaji sempat berencana untuk mengangkat Yang Xiu, Pangeran Shu, yang adalah adik Kaisar Yang sebagai kaisar, tetapi ide ini ditentang oleh para pemimpin kudeta. Mereka menghukum mati Yang Xiu beserta keluarganya, juga Yang Jian, Pangeran Qi (putra kaisar), Yang Tan, Pangeran Yan (cucu kaisar), dan beberapa anggota keluarga kekaisaran. Sejumlah pejabat tinggi Sui juga tidak luput dari pembantaian itu seperti perdana menteri Yu Shiji, Pei Yun, Lai Hu’er, Yuan Chong, Yuwen Xie, Yuwen Jiong, dan Xiao Ju, adipati Liang (keponakan Permaisuri Xiao). Yang Hao, keponakan kaisar, luput dari hukuman berkat perlindungan Yuwen Zhiji yang adalah temannya. Yuwen Huaji juga mengampuni dua pejabat Sui lainnya yaitu Pei Ju (karena telah mengurus pasukan Xiaoguo dengan baik) dan Su Wei (karena ia sering diabaikan oleh kaisar pada tahun-tahun terakhir pemerintahannya).

Sebagai wali Yang Hao[sunting | sunting sumber]

Yuwen Huaji mengangkat dirinya sebagai perdana menteri dan secara efektif bertindak sebagai wali kaisar. Ia mengeluarkan titah atas nama Permaisuri Xiao yang menyatakan Yang Hao sebagai kaisar, tetapi pada kenyataannya ia tidak pernah memperbolehkan Yang Hao bertindak sebagaimana seorang kaisar atau dengan kata lain menjadikannya kaisar boneka. Ia kemudian memimpin pasukan Xiaoguo ke barat daya untuk merebut kembali ibu kota timur, Luoyang. Ia mempercayakan Jenderal Chen Leng untuk menjaga Jiangdu. Dalam perjalanan, beberapa perwira Xiaoguo yaitu Ma Mengcai, Qian Jie, dan Shen Guang melakukan kudeta balasan terhadap Yuwen untuk membalas kematian kaisar. Namun mereka hanya berhasil membunuh kaki-tangan Yuwen, Yuan Min sebelum mereka sendiri dikepung dan terbunuh.

Yuwen Huaji semakin sewenang-wenang, tidak berbeda dari sang tiran, Kaisar Yang. Ia hidup bermewah-mewah, memakai peralatan dan menyelenggarakan upacara yang hanya pantas untuk kaisar. Keserakahanya terhadap harta Kaisar Yang membuatnya tak rela meninggalkan harta itu, ia mengangkut semuanya dengan biaya transportasi yang tinggi. Muak dengan kelakuannya, para perwira Xiaoguo yang dulu mendukungnya seperti Sima Dekan, Zhao Xingshu, dll kini berbalik ingin menggulingkannya, mereka mendukung Sima sebagai pemimpin mereka. Ketika mereka secara rahasia meminta dukungan dari Meng Haigong, seorang pemimpin pemberontakan petani setempat, Meng tidak segera menanggapinya sehingga rencana itu keburu bocor. Yuwen mengirim adiknya, Yuwen Shiji untuk menahan Sima. Ia memarahi Sima, “Kita telah bersama-sama berjuang menaklukan kekaisaran dan telah selamat dari 10.000 kematian. Kini kita telah mencapai tujuan itu dan waktunya untuk kita berbagi kemuliaan, tetapi mengapa engkau malah berencana untuk melawanku ?” Sima menjawab, “Kita membunuh sang tiran (Kaisar Yang) karena tidak tahan akan kebejatan moral dan kekejamannya, maka kami mendukungmu, tetapi kau malah lebih parah dari si tiran itu sehingga aku terpaksa melakukannya.” Yuwen pun akhirnya menghukum mati Sima.

Begitu Yuwen Huaji mencapai Luoyang, ia dihalau oleh Li Mi, pemimpin pemberontak yang menguasai wilayah itu. Mulanya Yuwen tidak sanggup mengalahkan Li, maka ia pergi dan mengambil alih pos militer Dong (sekarang Anyang, Henan). Baik Li maupun para pejabat Sui di Luoyang mengkhawatirkan serangan Yuwen berikutnya sehingga kedua pihak yang saling bermusuhan itu terpaksa bersekutu untuk menghadapi Yuwen. Li yang menyimpan ambisi pribadi menyatakan menyerah pada Yang Tong (cucu Kaisar Yang yang dinobatkan begitu tersiar kabar mengenai kematian kaisar) dan menerima gelar Adipati Wei. Yuwen Huaji beberapa kali melakukan serangan terhadap Li, tetapi tidak ada yang berhasil. Li yang mengetahui persediaan makanan Yuwen semakin menipis, pura-pura menawarkan negosiasi damai, ia sepakat untuk menyediakan makanan bagi pasukan Yuwen, tetapi sengaja menahan kiriman persediaan itu untuk menunggu sampai persediaan Yuwen benar-benar habis lalu menyerangnya. Namun siasat ini akhirnya terbaca juga oleh Yuwen sehingga ia melakukan serangan dadakan terhadap Li dan hampir membunuhnya kalau saja tidak diselamatkan oleh bawahannya, Qin Shubao, Yuwen akhirnya dipukul mundur. Frustasi karena tidak bisa mendapat suplai makanan, ia menuju ke utara menghindari Li dan Li juga tidak mengejarnya. Banyak prajuritnya yang membelot pada Li dan tinggal 20.000 yang tersisa di bawah komandonya saat itu.

Setelah tiba di Wei (sekarang Handan, Hebei), seorang sekutu dekatnya bernama Zhang Kai yang dulu pernah membantunya dari upaya kudeta Sima, kini berbalik melawannya. Yuwen mencium rencana ini dan ia menghukum mati Zhang dan kaki-tangannya, tetapi insiden ini malah berakibat meningkatnya jumlah desersi dalam pasukannya. Sejak itu, Yuwen dan adik-adiknya sering berpesta-pora sebagai pelarian dari rasa frustasinya. Ia sering menangis dan saling menyalahkan dengan Yuwen Zhiji karena keterpurukan ini. Merasa kekalahannya sudah dekat, ia ingin merasakan menjadi kaisar. Pada musim gugur 618, ia meracuni Yang Hao hingga tewas dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Xu.

Sebagai Kaisar Xu[sunting | sunting sumber]

Musim semi 619, Yuwen menyerang Yuan Baozang, bekas jenderal Li Mi (Li Mi sendiri saat itu telah dikalahkan oleh Jenderal Wang Shichong dari Sui pada musim gugur tahun sebelumnya dan menyerahkan diri pada Dinasti Tang yang baru berdiri, tetapi musim dingin tahun itu ia berontak dan dikalahkan, lalu dihukum mati awal 619). Yuan juga akhirnya menyerah pada pemerintah Tang. Kemudian jenderal Li Shentong dari Tang (sepupu Kaisar Tang Gaozu) menyerang Yuwen. Yuwen tak sanggup menghalau serangannya sehingga kabur ke timur menuju Liaocheng, Shandong. Li Shentong mengejarnya dan mengepung Liaocheng.

Yuwen memanfaatkan harta yang dibawanya untuk membujuk pemimpin pemberontak setempat agar membantunya. Seorang pemberontak bernama Wang Bo menerimanya, bersama pasukannya ia menuju Liaocheng dan membantu mempertahankan kota itu. Namun tak lama kemudian Yuwen mengalami krisis pangan sehingga menawarkan penyerahan diri pada Li. Asisten Li, Cui Min’gan menyarankan agar Li menerima tawaran itu, tetapi Li yang ingin unjuk kekuatan dan menginginkan harta Yuwen untuk dibagi-bagikan pada pasukannya, menolaknya. Sementara itu, Yuwen Huaji diam-diam mengirim adiknya, Yuwen Shiji keluar dari kota untuk mencari makanan dan ia berhasil memperoleh sedikit tambahan makanan untuk di kota sehingga pasukan Yuwen dapat memulihkan diri. Setelahnya ia menarik tawarannya untuk menyerah dan melanjutkan pertahanannya. Li Shentong pun gagal merebut kota itu.

Tak lama kemudian, seorang pemimpin pemberontak lain bernama Dou Jiande, Pangeran Xia, mengincar Yuwen Huaji. Ia segera tiba di Liaocheng dengan pasukannya dan memaksa Li Shentong mundur. Kota Liaocheng pun kembali dikepung oleh musuh lain. Wang Bo membukakan pintu kota dan menyambut pasukan Xia. Dou menahan Yuwen Huaji, ia juga bertemu dan memberi hormat pada Permaisuri Xiao, kepada pasukannya ia mengumumkan masa berkabung untuk Kaisar Yang dan menenangkan para pejabat Sui. Yuwen Huaji, Yuwen Zhiji, Yang Shilan, dan beberapa pengikut lainnya dihukum mati. Kata-kata terakhirnya sebelum dieksekusi adalah, "Aku kan tidak pernah melakukan apapun yang merugikan Pangeran Xia!" Kedua putranya, Yuwen Chengji dan Yuwen Chengzhi juga tidak luput dari hukuman, Dou membawa keduanya ke markasnya di Xiangguo (sekarang Xingtai, Hebei) untuk dieksekusi di depan publik. Namun adiknya, Yuwen Shiji, selamat dan kelak menjadi salah satu pejabat penting pada masa Dinasti Tang.