Yehezkiel 24

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Yehezkiel 24 (disingkat Yeh 24) adalah bagian dari Kitab Yehezkiel dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Berisi perkataan nabi (dan juga imam) Yehezkiel bin Busi, yang turut dibawa ke dalam pembuangan oleh Kerajaan Babilonia pada zaman raja Yoyakhin dari Kerajaan Yehuda dan raja Nebukadnezar dari Babel sekitar abad ke-6 SM.[1][2]

Teks

  • Ada 3 naskah sumber utama Kitab Yehezkiel: Masoretik, Septuaginta dan Naskah Laut Mati.
  • Pasal ini terdiri dari 27 ayat.
  • Berisi firman TUHAN yang diterima oleh Yehezkiel mengenai permulaan penyerangan atas Yerusalem.
  • Dalam pasal ini Allah memberi suatu perumpamaan kepada Yehezkiel untuk diberitakan kepada umat-Nya yang memberontak. Yerusalem akan menjadi seperti sebuah kuali dan penduduknya akan seperti potongan daging dan tulang pilihan. Daging dan tulang akan dimakan pasukan Babel; setelah isi kuali itu habis, kuali itu akan dimurnikan selanjutnya dengan api hukuman hingga tembaganya menjadi merah, kotorannya hancur dan karatnya hilang (Yehezkiel 24:11).[3]

Struktur

Ayat 1

Pada tahun kesembilan, dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal sepuluh bulan itu, datanglah firman TUHAN kepadaku:[4]

Dihitung bertepatan dengan 15 Januari 588 SM.[3]

Ayat 2

"Hai anak manusia, tuliskanlah tanggal hari ini, ya, tanggal hari ini. Pada hari ini juga raja Babel mulai menyerang Yerusalem."[5]

"Tanggal hari ini" adalah 15 Januari 588 SM. Yehezkiel menerima berita ini pada hari yang sama dengan permulaan pengepungan Yerusalem oleh pasukan Babel. Serbuan ini berlangsung sekitar dua tahun dan mengakibatkan kebinasaan seluruh Yerusalem.[3] Peristiwa penyerangan ini dicatat terpisah dalam bagian-bagian lain di Alkitab Ibrani, yaitu:

Ayat 16

"Hai anak manusia, lihat, Aku hendak mengambil dari padamu dia yang sangat kaucintai seperti yang kena tulah, tetapi janganlah meratap ataupun menangis dan janganlah mengeluarkan air mata.[6]

Allah mengatakan kepada Yehezkiel bahwa dia akan kehilangan istrinya, yang amat dicintainya, namun dia tidak boleh meratapi kematiannya itu di hadapan umum atau mengadakan upacara perkabungan yang biasa diadakan. Akan tetapi, dengan perintah ini Allah tidak melarang Yehezkiel untuk bersedih hati secara pribadi atas kematian istrinya. Tidak menunjukkan perasaan sedih secara lahiriah dimaksudkan menjadi tanda untuk para buangan bahwa kejatuhan Yerusalem dan Bait Suci akan demikian hebat sehingga penduduknya tidak sempat menyatakan kesedihan mereka.[3]

Ayat 18

Pada paginya aku berbicara kepada bangsa itu dan pada malamnya isteriku mati. Pada pagi berikutnya aku melakukan seperti diperintahkan kepadaku.[7]

Ketaatan Yehezkiel dalam situasi ini semestinya termasuk tugasnya yang paling berat selaku nabi. Sekalipun merasa sangat sedih atas kematian istrinya, ia masih harus bernubuat hari lepas hari kepada bangsa yang pemberontak itu. Ia ikut merasakan penderitaan Allah, karena Allah sendiri sebentar lagi akan kehilangan umat-Nya, kota-Nya dan Bait Suci-Nya, sama seperti nabi setia ini telah kehilangan istrinya yang tercinta. Setia kepada Allah dapat meminta pengorbanan besar. Dalam cara yang sama orang percaya dalam masa Perjanjian Baru dipanggil untuk turut mengambil bagian dalam penderitaan Kristus (lihat 2 Korintus 1:7; 4:10–11).[3]

Referensi

  1. ^ (Indonesia) Dianne Bergant dan Robert J.Karris (ed). 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Jogjakarta: Kanisius.
  2. ^ (Indonesia) W.S. LaSor, D.A. Hubbard, F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 2. Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1994. ISBN-13: 9789794150431
  3. ^ a b c d e The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  4. ^ Yehezkiel 24:1
  5. ^ Yehezkiel 24:2
  6. ^ Yehezkiel 24:16
  7. ^ Yehezkiel 24:18

Lihat pula

Pranala luar