Yakobus 2

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Yakobus 2
Sisi verso (belakang) fragmen Papirus 20 dari abad ke-3 M. Yang terlestarikan hanya memuat Yakobus 2:19-3:9.
KitabSurat Yakobus
KategoriSurat-surat Am
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
20
pasal 1
pasal 3

Yakobus 2 (disingkat Yak 2) adalah bagian dari Surat Yakobus dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Digubah oleh Yakobus, saudara seibu Yesus Kristus.[3]

Yakobus 2:16-18, 22 pada Papirus 54 (abad ke-5 M)

Teks[sunting | sunting sumber]

Struktur[sunting | sunting sumber]

Pembagian isi pasal menurut Terjemahan Baru:

Ayat 1[sunting | sunting sumber]

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.[4]

Memandang muka berarti memberikan perhatian khusus terhadap orang tertentu karena kekayaan, busana atau kedudukan mereka. Melakukan hal ini salah karena beberapa alasan.

  • 1) Hal ini tidak menyenangkan Allah yang tidak pernah memandang penampilan lahiriah tetapi hati orang (1 Samuel 16:7).
  • 2) Sikap semacam ini tidak didorong oleh kasih yang murni untuk semua orang (Yakobus 2:8). Mengagumi kedudukan sosial adalah dosa terhadap hukum kasih.
  • 3) Sikap ini menjadikan kita "hakim dengan pikiran yang jahat" (Yakobus 2:4); daripada menghormati "Tuhan kita yang mulia" dan menerima orang berdasarkan iman mereka kepada Kristus, kita dengan tidak adil menunjukkan sikap memihak orang kaya atau orang berkedudukan dengan motivasi yang jahat untuk memperoleh keuntungan.[5]

Ayat 8[sunting | sunting sumber]

Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik. [6]

Kutipan dari Imamat 19:18

Ayat 17[sunting | sunting sumber]

Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.[7]
  • 1) Iman sejati yang menyelamatkan begitu penting sehingga mau tidak mau harus menyatakan diri di dalam tindakan saleh dan pengabdian kepada Yesus Kristus. Perbuatan tanpa iman adalah perbuatan yang mati. Iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati. Iman yang sejati selalu menyatakan dirinya dalam ketaatan kepada Allah dan perbuatan belas kasihan terhadap mereka yang membutuhkannya (lihat Yakobus 2:22; Roma 1:5)
  • 2) Yakobus mengarahkan ajaran ini kepada mereka di dalam gereja yang mengaku beriman kepada Kristus dan pendamaian oleh darah-Nya, sambil percaya bahwa pengakuan itu saja sudah cukup untuk keselamatan. Mereka berkeyakinan bahwa hubungan pribadi dalam ketaatan dengan Kristus sebagai Tuhan tidak penting. Yakobus mengatakan bahwa iman semacam itu mati dan tidak menghasilkan keselamatan atau sesuatu yang baik (Yakobus 2:14-16,20-24). Satu-satunya jenis iman yang menyelamatkan ialah "iman yang bekerja oleh kasih" (Galatia 5:6).
  • 3) Pada pihak lain, jangan beranggapan bahwa kita memelihara iman yang hidup hanya dengan usaha kita sendiri. Kasih karunia Allah, Roh Kudus yang mendiami kita dan syafaat Kristus (lihat Ibrani 7:25) bekerja di dalam kehidupan kita untuk memungkinkan kita menanggapi Allah "yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman" (Roma 1:17). Jikalau kita berhenti menanggapi kasih karunia Allah dan pimpinan Roh, maka iman kita akan mati.[5]

Ayat 19[sunting | sunting sumber]

Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.[8]

Kata "setan-setan" diterjemahkan dari kata bahasa Yunani δαιμόνιον (daimónion, Inggris: demon), yang juga diterjemahkan sebagai "roh-roh jahat" dalam ayat-ayat lain.[9]

Ayat 22[sunting | sunting sumber]

Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.[10]

Yakobus tidak mengatakan bahwa yang menyelamatkan kita adalah iman dan perbuatan. Anggapan ini memisahkan iman dari perbuatan. Sebaliknya, Yakobus berjuang untuk iman yang bekerja. Demikian, iman dan perbuatan tidak pernah dapat dipisahkan; perbuatan dengan sendirinya mengalir dari iman (lihat Galatia 5:6).[5]

Ayat 23[sunting | sunting sumber]

Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."[11]

Referensi silang: "...sebagai kebenaran" Kejadian 15:6; Roma 4:3; "sahabat Allah" 2 Tawarikh 20:7; Yesaya 41:8

Ayat 24[sunting | sunting sumber]

Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.[12]

Kata Yunani ergon yang diterjemahkan "perbuatan-perbuatannya" dipakai oleh Yakobus dengan arti yang berbeda daripada yang dipergunakan Paulus dalam Efesus 2:9 yang diterjemahkan di situ sebagai "pekerjaanmu".

  • 1) Bagi Yakobus, "perbuatan-perbuatannya" menunjuk kepada kewajiban terhadap Allah dan sesama manusia yang diperintahkan dalam Alkitab dan yang bersumber dari iman yang sungguh-sungguh, hati yang murni, kasih karunia Allah, dan keinginan untuk menyenangkan Kristus.
  • 2) Bagi Paulus, "pekerjaan" menunjuk kepada keinginan untuk memperoleh perkenan dan keselamatan melalui usaha menaati hukum Taurat dengan kekuatan sendiri dan bukan melalui pertobatan dan iman kepada Kristus.
  • 3) Perhatikan bahwa baik Paulus maupun Yakobus dengan tegas menyatakan bahwa iman yang menyelamatkan dengan sendirinya akan menghasilkan perbuatan-perbuatan kasih (Yakobus 1:27; 2:8; Galatia 5:6; 1 Korintus 13:1–13; bandingkan Yohanes 14:15).[5]

Ayat 25[sunting | sunting sumber]

Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?[13]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN:9789794159219.
  2. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN:9794159050.
  3. ^ Yakobus 1:1
  4. ^ Yakobus 2:1
  5. ^ a b c d The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  6. ^ Yakobus 2:8
  7. ^ Yakobus 2:17
  8. ^ Yakobus 2:19
  9. ^ Misalnya dalam Injil Matius dan lain-lain.
  10. ^ Yakobus 2:22
  11. ^ Yakobus 2:23
  12. ^ Yakobus 2:24
  13. ^ Yakobus 2:25

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]