Wonoketingal, Karanganyar, Demak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wonoketingal
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenDemak
KecamatanKaranganyar
Kode Kemendagri33.21.09.2003
LuasLucas sekali
Jumlah penduduk2,836 (sumber: BPS, Podes 2003)
Kepadatanpadat merayap

Wonoketingal adalah sebuah desa di kecamatan Karanganyar, Demak, Jawa Tengah, Indonesia. Atau bisa di sebut Alas katon / Alas ketok dari bahasa jawa

Geografi[sunting | sunting sumber]

Desa ini terletak di jalur utama pantura Kudus - Demak. Di sebelah utara dibatasi Desa Bandung Rejo, sebelah timur dengan Desa Cangkring Rembang dukuh Wonorenggo, sebelah selatan di batasi dengan Desa Wonosari dan Desa Cangkring Rembang, sementara sebelah barat dibatasi dengan desa ngaluran.

Wonoketingal terdiri dari dua dukuh yaitu Wonoketingal dan Gajah Lor.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Kepala desa di jabat oleh Muhajirin

Perekonomian dan Kesejahteraan[sunting | sunting sumber]

Mata Pencaharian[sunting | sunting sumber]

Perekonomian penduduk mayoritas ditopang dengan mata pencaharian bertani, buruh tani, ternak, buruh pabrik dan buruh bangunan. Sebagian lainnya ditopang dengan perdagagangan, jasa transportasi barang, bengkel motor/mobil dan jasa/tenaga menjahit.

Kepemilikan Aset[sunting | sunting sumber]

Kesejahteraan yang dirasakan penduduk sangat baik. Meskipun ada sebagian kecil yang dirasa masih kurang sejahtera. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi rumah permanen yang dimiliki yang tidak lagi berlantai tanah, minimal lantai bata. 90% KK memiliki kendaraan motor 2 dua, sebagian kecil lainnya memiliki mobil, dan sebagian besar sawah yang dikelola adalah milih sendiri.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Kesejahteraan yang dirasakan lainnya adalah dengan adanya kemudahan akses pendidikan dan kesehatan. Di desa Wonoketingal memiliki 2 pendidikan anak usia dini (paud), 1 Sekolah Dasar Negeri, 1 Madrasah Ibtidaiyyah Negeri 1 Demak ( MIN1 Demak) berdiri th.1960 yang dulu bernama MWB (Madrasah Wajib Belaajar) yang pertama tercatat sebagai murid di MWB ini adalah Ma'ruf dengan nomor Induk 001. 3 Taman Kanak - Kanak, 3 Taman Pendidikan Alquran, 2 Madrasah Diniyah, 1 MTS.NS (Madrasah Tsanawiyah Nahdlotussibyan)(Setara SMP) dan sekarang sudah nambah lagi 1 MA.NS (Madrasah Aliyah Nahdlotussibyan)satu yayasan dgn MTs . Bahkan Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang ada di Desa Ini adalah MIN terbaik se kabupaten Demak.

Transportasi[sunting | sunting sumber]

Lokasi yang dekat dengan jalan pantura yang dilewati Angkutan Umum, memberi kemudahan dalam transportasi, baik untuk akses pendidikan, perdagangan, dan mobilisasi penduduk ke kota terdekat, seperti kota demak, semarang, jepara, kudus, pati, rembang, pekalongan, tegal, bahkan surabaya dan jakarta dengan naik satu atau dua kali Angutan Umum.

Angkutan yang melewati desa Wonoketingal antara lain, AngkudesTrayek Gajah-Kudus, Bis Trayek Semarang-Kudus-Pati-Rembang-Lasem, Bis Trayek Surabaya-Semarang, Bis Trayek Kudus-Semarang-Pekalongan-Tegal, Bis Trayek Kudus-Semarang-Solo, Bis Trayek Kudus-Semarang-Purwokerto, Bis Trayek Kudus-jabodetabek, dan bis ke sumatera.

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Sementara Akses Kesehatan, desa ini telah memiliki 1 puskesmas desa dengan 2 petugas kesehatan setingkat manteri, 2 polindes dengan petugas berpendidikan Bidan. Program pengobatan gratis yang dilaksanakan pemerintah sangat membantu masyaarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Meskipun pada kasus-kasus tertentu masyarakat harus tetap bayar.

Air Bersih[sunting | sunting sumber]

Di desa ini sudah ada 4 pam untuk airnya terdiri dr 3 milik desa dan 1 milik pribadi, tetapi untuk air minum masih beli air galon(isi ulang), atau air dr karanganyar, mungkin karna pam di desa ini masih ada kandungan garam, jadi air pam biasanya untuk keperluan sehari hari kecuali minum, adapun jg yg masih ke sungai untuk keperluan airnya sehari hari, tp jg tidak untuk diminum.

Demografi[sunting | sunting sumber]

Potensi SDM[sunting | sunting sumber]

SDM yang ada di desa wonoketingal cukup berkualitas. di sebian orang tua mayoritas telah mengenyam pendidikan formal meskipun cukup SD, sebagian MTs setara dengan Sekolah Menegah Pertama. Sementara di kalangan Anak muda dan keluarga muda rata-rata lulusan Madrasah Aliah atau setara dengan Sekolah Menengah Atas. Bahkan saat ini banyak lulusan Akademi dan Perguruan Tinggi yang bermunculan.

Keterampilan yang banyak dikuasai penduduk desa Wonoketingal antara lain, pertukangan (bangunan/rumah), menjahit, ukir, mengajar, keterampilan elektro, komputer dan keterampilan yang mendukung industri di sekitar desa wonoketingal seperti dalam proses industri rokok, industri plastik, industri garmen, industri roti/kue, industri kerupuk, dan bengkel motor/mobil

Budaya dan Agama[sunting | sunting sumber]

Penduduk Wonoketigal 100% muslim (sumber:daftar kependudukan desa wonoketingal 2006). Suasana religius tampak sekali di desa ini. Desa ini memiliki 3 masjid jami', institusi pendidikan agama tingkat dasar, Musollah-musolla yang tersebar di setiap kampung dan Pondok pesantren.

Dua organisasi islam besar di indonesia ada di desa ini yaitu Nahdhotul Ulama' (NU) dan Muhammadiyah. Secara kultural Penduduk desa Wonoketingal kental sekali dengan tradisi NU, hal ini terlihat dalam ritual agama yang dipraktikan setiap hari seperti kumpulan Yasinan, Tahlilan, Manaqib Syeh Abdul Qodir Jailani, Tradisi Tasawwuf-Toriqot, Tujuh hari acara pasca kematian (iklasan-istilah yang populer di desa wonoketingal, acara 40 hari, nyatus, Nyewu, Haul pendiri desa, dan sebagainya.

Adanya dua organisasi islam ini yang memiliki beberapa perbedaan pemikiran kadang-kadang memancing kecurigaan antara satu dan yang lainnya, meskipun tidak menimbulkan perpecahan atau perselisihan yang sangat.

Pendidikan agama di desa ini sangat ditekankan, di setiap musollah pasti ada majlis mengaji Alquran, pengajian selapanan dengan mengudang kyai, dan pengkajian kitab fikih/akidah setiap hari sabtu di rumah KH Zamroni (nadzir masjid Alhidayah). Untuk pendidikan dasar agama telah didirikan Madrasah Diniyah yang beroperasi secara reguler setiap minggunya 6 hari dengan jam pengajaran jam 14.00 - 16.30, Jumat libur.

Sementara untuk pendidikan Agama lebih lanjut penduduk mengirimkan anak-anaknya ke pondok pesantren sambil sekolah di Madrasah Aliyah (setingkat SMA).

Sejak 5 tahun terakhir ada kontra produktif dalam pemahaman dan praktik keberagamaan, di satu sisi masyarakat wonoketingal yang dulunya lekat dengan tradisi animisme kini telah meninggalkannya dengan pemahaman islam yang baik. Akan tetapi di sisi lain gelombang globalisasi yang dimotori dengan mobilisasi penduduk muda ke kota2 besar ternyata membawa budaya negatif daari kota yang harus dihilangkan, seperti materialisme, hedonisme, individualisme, dan praktik2 yang menyimpang agama seperti Minuman keras, pacaran, pesta musik, kongkow2, dan gengster/preman kampung.