V for Vendetta (film)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 1 April 2013 23.48 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 47 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q5890)
V for Vendetta
SutradaraJames McTeigue
ProduserJoel Silver
Wachowski bersaudara
Ditulis olehWachowski bersaudara (skrip)
Alan Moore (karakter)
PemeranNatalie Portman
Hugo Weaving
Stephen Rea
dan John Hurt
Penata musikDario Marianelli
DistributorWarner Bros.
Tanggal rilis
17 Maret 2006
(Amerika Serikat)
Durasi132 menit
AnggaranUS$54 juta
IMDbInformasi di IMDb

V for Vendetta adalah film tahun 2006 yang ceritanya diadaptasi dari sebuah novel grafis berjudul V for Vendetta karya Alan Moore dan David Lloyd, yang menceritakan tentang seseorang yang berinisial "V" yang berjuang untuk menghacurkan rezim pemerintahan otoriter di Inggris.

Film ini disutradarai oleh James McTeigue dan diproduksi oleh Joel Silver (salah seorang produser film tersukses di Hollywood) dan Wachowski bersaudara (Andy Wachowski dan Larry Wachowski), yang juga menjadi penulis skenario dalam film ini.

Pemeran utama dalam film ini diperankan oleh Natalie Portman yang berperan sebagai Evey Hammond dan Hugo Weaving sebagai V, Stephen Rea sebagai Finch, serta John Hurt sebagai Sutler

Sinopsis

V for Vendetta mengambil latar belakang Inggris di era masa depan ketika berada di bawah kepemimpinan rezim yang totaliter. Hal ini bermula sesaat pasca-perang dunia yang meluluhlantakkan berbagai negeri. Kekacauan merebak dimana-mana, kelaparan, penyakit dan juga angka kematian yang begitu tinggi. Hal ini akhirnya yang menjadi pembenaran bagi seorang politikus yang ambisius untuk meraih kekuasaannya dengan menerapkan pola kekuasaan yang fasistik. Semua dikontrol oleh negara, tak ada kebebasan sipil, bahkan juga termasuk dalam berpendapat dan menjadi berbeda. Bahkan juga di dalamnya, memeluk agama lain selain satu agama yang ‘direstui’ oleh pemerintah, dianggap sebagai sebuah kejahatan. Dalam satu bagian, dikisahkan bagaimana seseorang dapat ditangkap hanya karena memiliki Al-Qur’an. Film, buku-buku sastra dan bahkan juga karya-karya seni dilarang.

Di tengah kondisi demikian, seorang individu yang menyebut dirinya V, dengan mengenakan kostum ala Guy Fawkes mulai mengambil tanggung jawab atas semua hal yang terjadi dan mulai melancarkan propaganda yang dikenal dengan istilah "propaganda by deed". V menyadari bahwa kesalahan suatu negeri memang tidak dapat ditudingkan begitu saja pada para birokrat dan politisi, karena bagaimanapun juga, para penguasa fasis tersebut bisa berada di kekuasaannya karena publik membiarkannya (dengan berbagai alasan, seperti ketakutan dan ketidak pedulian). Dalam satu episode, V mengatakan pada publik melalui televisi bahwa, “untuk mengetahui siapa yang bersalah atas semua yang terjadi, mari kita menatap cermin.”

Maka aksi V yang dimulai pada tanggal 5 November dimulai. Tanggal ini sendiri dipilih untuk menghormati tanggal di mana Guy Fawkes melakukan aksi peledakkan gedung parlemen Inggris pada abad ke-16 yang gagal—kisah mengenai Guy Fawkes sendiri adalah kisah yang nyata terjadi. Satu persatu para politikus, yang merupakan sejumlah tokoh penting dari partai politik yang berkuasa, menemui ajalnya. Hal ini berkaitan dengan ‘dosa-dosa’ para politikus tersebut pada masa lampau yang telah memilih V sebagai salah satu korbannya. Plot pemberontakan itu sendiri disusun oleh V sedemikian rupa sehingga dalam waktu satu tahun (dari tanggal 5 November ke 5 November tahun berikutnya), yang diharapkan seluruh kekuasaan fasis akan runtuh.

Dalam film, segalanya berlangsung lancar. Plot demi plot berjalan dengan mulus, bahkan hingga titik terakhirnya di mana publik dengan tenang berjalan menuju Trafalgar Square dan berkumpul menyaksikan bagaimana gedung parlemen meledak dan runtuh. Tentara yang berjaga bahkan tak melepaskan satu tembakan. Semua orang penting partai yang dianggap berdosa pada masa lampau telah menemui ajalnya di bawah keadilan yang dibawa oleh V. Sang pemimpin negara, Kanselir Adam Sutler, tewas ditembak Creedy, komandan pertahanan. Creedy sendiri kemudian dibunuh V. Semua mulus walau V sendiri akhirnya menemui ajalnya di tangan para Fingerman, polisi khusus pemerintah.

Pemeran

Natalie Portman sebagai Evey Hammond.
Berkas:Vendetta mask.jpg
Hugo Weaving sebagai V.
Pemeran Berperan sebagai
Natalie Portman Evey Hammond
Hugo Weaving V
Stephen Rea Eric Finch
John Hurt Chancellor Sutler
Stephen Fry Gordon Dietrich
Sinead Cusack Dr. Delia Surridge
John Standing Bishop Lilliman
Tim Pigott-Smith Creedy
Rupert Graves Dominic
Natasha Wightman Valerie
Roger Allam Lewis Prothero
Ben Miles Dascomb
Clive Ashborn Guy Fawkes

Kontroversi

Dilarang diputar dan diedarkan

Di beberapa negara film ini dilarang beredar oleh pemerintah negara setempat dengan alasan tertentu, hal ini terjadi di negara Italia. Di beberapa negara lainnya film ini mulai disoroti oleh perintah dan mempertimbangkan izin peredarannya di negara mereka.

Berbeda dengan versi novel grafis

Versi film V for Vendetta yang digarap oleh Wachowski bersaudara mulai banyak disoroti oleh para penggemar versi novel grafis V for Vendetta, pasalnya mereka melihat terdapat banyak ketidak samaan yang mencolok antara versi film dengan versi novel grafisnya (versi orisinil).

Hal ini juga ikut disoroti oleh Alan Moore sendiri sang pencipta V for Vendetta, bahkan ia sempat mengatakan bahwa "versi film dari V for Vendetta adalah sampah".

Mereka mengatakan bahwa banyak hal yang tidak diangkat oleh film yang sesungguhnya hal tersebut mencerminkan karakter sesungguhnya dari V ini sendiri.

Alasannya tambah mereka, Wachowski bersaudara tampaknya sengaja untuk tidak mengetengahkan apa yang secara eksplisit diangkat oleh Alan Moore, V yang dalam versi grafis menceritakan tentang seorang anarkis yang menentang pemerintah saat itu mengajarkan tentang bagaimana sebuah masyarakat tidak seharusnya dikuasai oleh sekelompok orang saja yang mencekokkan kebenarannya sendiri, mengacu pada sebuah slogan klasik, “Semua kekuasaan adalah korup, dan kekuasaan absolut tentu juga korup secara absolut.” Dalam novel grafisnya, V menjelaskan secara teatrikal tentang bagaimana tatanan masyarakat tersebut akan berjalan dan apa fase yang perlu dilalui untuk mencapai pada tahapan pembentukan masyarakat yang bebas tersebut. Fase pertama adalah sebuah ide destruktif yang dibenarkan untuk menghancurkan atau mendekonstruksi tatanan masyarakat yang eksis saat ini, lantas setelah kehancuran total terjadi—-yang tentu hal ini akan direspon oleh sebagian besar masyarakat dengan tindak kerusuhan dan kekacauan sosial—-diharapkan masyarakat akan mulai belajar untuk mengatur diri mereka sendiri.

Dalam novel grafisnya, ada sebuah episode dimana kekacauan merebak di seluruh penjuru negeri dan V berdiam diri merenung di Shadow Gallery, tempat persembunyiannya. Saat ditanya oleh Evey, sang perempuan yang ia didik sebagai penerusnya, tentang apakah situasi seperti itu yang diinginkan oleh V (dimana kekacauan merebak, penjarahan terjadi dimana-mana). V menjawab, Anarki bukanlah seperti demikian. Ini adalah chaos.” Lanjutnya, “Anarki adalah masyarakat “do-what-you-will” (lakukan apa yang ingin kamu lakukan), sementara kekacauan sosial hanyalah masyarakat “take-what-you-want” (ambil yang kamu inginkan).

Hal tersebut, yang tampaknya menjadi pesan utama Alan Moore dalam novel grafisnya, menjadi kabur—apabila tidak dapat dikatakan hilang.

Alasan kedua menurut mereka, Alan Moore, yang juga adalah seorang anarkis, menyadari bahwa transformasi kekuasaan dari kekuasaan di tangan segelintir orang menjadi kekuasaan popular tak akan pernah mudah. Publik yang pasif, yang telah terbiasa untuk diperbudak, tak akan pernah dapat secara spontan menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Yang biasa terjadi adalah bahwa mereka mencari tokoh-tokoh ideal yang dapat mereka jadikan acuan. Semacam ikon baru. Dalam hal ini, Alan Moore tahu benar akan hal demikian. Maka V tampil dengan kostum, simbol dan attitude uniknya, yang lantas juga menjadi urban-legend bagi publik. Dalam hal ini, dengan topengnya V dapat menjadi siapa saja. Karena semua orang dapat mengenakan topeng yang sama. Tapi transformasi kekuasaan itu tak akan dapat berlangsung spontan. Butuh waktu untuk menjadi seperti demikian. Dalam novelnya, V digantikan oleh Evey, dan Evey sendiri akhirnya ‘merekrut’ Finsch, seorang detektif utama partai, untuk menjadi penerusnya. Sementara di film, dalam waktu singkat semua orang telah mengadopsi topeng dan kostum milik V. Hal ini menurut mereka adalah suatu hal yang mengada-ada.

Bukan hanya itu, masih banyak hal lainnya yang tidak diangkat oleh film V for Vendetta.

Pranala luar


Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link GA Templat:Link GA Templat:Link FA