Uskup metropolit

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 April 2013 21.37 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 38 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q189854)
Macarius II, Metropolitan Moskow. Dalam Gereja Ortodoks Rusia, kopiah klobuk putih dikhususkan bagi metropolitan.

Dalam Gereja-Gereja Kristiani yang memiliki kebijakan episkopal, uskup metropolitan, atau singkatnya metropolitan, adalah jabatan yang dipegang oleh seorang uskup diosesan atau uskup agung (karena itu lebih tepat disebut uskup agung metropolitan) dari sebuah metropolis; yakni, kota utama dalam sebuah Provinsi Romawi pada masa lampau, provinsi gerejawi, atau ibu kota wilayah. Yurisdiksinya disebut metropolia atau metropolis.

Ketika belum ada para patriark (dimulai pada 325 Masehi), metropolitan merupakan jabatan episkopal tertinggi dalam Gereja. Para metropolitan memimpin sinode-sinode para uskup, serta diberi hak-hak istimewa oleh hukum kanon dan tradisi suci.

Struktur Gereja mula-mula umumnya mengikuti praktik kekaisaran Romawi, dengan satu uskup memimpin jemaat di satu kota dan kawasan teritorialnya.[1] Uskup dari ibu kota provinsi, yakni metropolitan, memiliki hak-hak tertentu atas uskup-uskup lainnya dalam provinsi tersbut, yang kelak disebut para sufragan.[1]

Gereja Ortodoks

Dalam Gereja-Gereja Ortodoks Timur, penggunaan gelar ini bervariasi. Dalam Gereja-Gereja Yunani, jenjang kehormatan metropolitan berada di bawah uskup agung, dan para primat Gereje-Gereja lokal di bawah jenjang patriark umumnya disebut uskup agung. Sebaliknya dalam Gereja-Gereja Slavia (Gereja Ortodoks Rusia, Gereja Ortodoks Serbia, dst.) dan Gereja Ortodoks Rumania, jenjang metropolitan berada di atas uskup agung, dan gelar tersebut dapat digunakan bagi tahta-tahta keuskupan primasial serta kota-kota penting.

Baik dalam Gereja-Gereja Yunani maupun dalam Gereja-Gereja Slavia dan Rumania, para metropolitan tidak memiliki otoritas atas uskup-uskup lainnya dalam provinsi-provinsi mereka. Sekalipun demikian, para metropolitan (uskup agung dalam Gereja Ortodoks Yunani) merupakan ketua-ketua dari sinode para uskupnya masing-masing, dan memiliki hak-hak istimewa.

Gereja Katolik

Dalam Gereja Katolik, provinsi gerejawi, yang terdiri atas beberapa keuskupan yang saling berdekatan,[2] dikepalai oleh seorang metropolitan, yakni uskup agung dari salah satu keuskupan-keuskupan tersebut, yang ditunjuk oleh Sri Paus.[3] Uskup-uskup lainnya dikenal sebagai para uskup sufragan.

Kuasa metropolitan atas keuskupan-keuskupan selain keuskupannya sendiri biasanya terbatas pada

  1. Menyelia ketaatan pada iman dan disiplin gerejawi dan menyampaikan pemberitahuan kepada Sri Paus mengenai setiap pelanggaran yang terjadi;
  2. Melaksanakan, untuk alasan-alasan yang sudah disetujui sebelumnya oleh Tahta Suci, suatu inspeksi sehubungan dengan aturan hukum kanon yang telah diabaikan oleh uskup sufragan;
  3. Menunjuk seorang administrator keuskupan jika dewan penasehat gagal memilih seorang imam yang sekurang-kurangnya berumur 35 tahun un tuk menduduki jabatan tersebut dalam waktu delapan hari setelah kekosongan jabatan diketahui;[4] dan
  4. Menjadi hakim gerejawi tetap bagi pengajuan-pengajuan keberatan atas keputusan-keputusan tribunal dari para uskup sufragan.[5]

Metropolitan juga memiliki keistimewaan liturgis untuk memimpin ibadat-ibadat suci di seluruh keuskupan dalam provinsi yang dikepalainya, sama seperti yang dia lakukan di keuskupannya sendiri, hanya saja jika dia memimpin ibadat dalam sebuah gereja katedral, maka uskup dari keuskupan yang bersangkutan harus sudah diberikan pemberitahuan sebelumnya.[6]

Metropolitan diwajibkan untuk meminta pallium, simbol wewenang yang dimilikinya atas provinsi gerejawi yang dipimpinnya, dalam persekutuan dengan Gereja Roma.[7] Aturan ini tetap berlaku sekalipun dia sudah pernah menerima pallium saat menjabat sebagai metropolitan di keuskupan lain.

Sudah merupakan tanggung jawab metropolitan, dengan persetujuan dari mayoritas para uskup sufragan, untuk mengumumkan penyelenggaraan suatu konsili tingkat provinsi, memutuskan tempat penyelenggaraannya, dan menetapkan agenda yang akan dibahas. Sudah menjadi hak prerogatifnya untuk memimpin konsili tingkat provinsi tersebut.[8] Tak satu pun konsili tingkat provinsi yang boleh diselenggarakan jika tahta metropolitan sedang lowong.[9]

Semua metropolitan ritus Latin adalah uskup agung, namun tidak semua uskup agung adalah metropolitan, karena ada keuskupan agung yang tidak memiliki sufragan, atau pun karena keuskupan agung tersebut adalah sufragan dari keuskupan agung lain. Uskup agung tituler (yakni uskup tertahbis yang diberikan gelar kehormatan sebagai pemimpin keuskupan agung tertentu yang kini sudah tidak berfungsi lagi; misalnya banyak pejabat Vatikan, duta besar Vatikan, dan delegatus apostolik adalah uskup-uskup agung tituler) bukanlah metropolitan.

Sejak April 2006, ada 508 keuskupan agung yang dikepalai oleh uskup-uskup agung metropolitan, ada 27 orang uskup agung yang bukan metropolitan, dan ada 89 orang uskup agung tituler.

Dalam Gereja-Gereja Katolik Timur, metropolitan adalah kepala dari gereja partikular otonom yang tidak cukup besar untuk dikepalai oleh seorang patriark atau seorang uskup agung mayor. Karena itu mereka agak lebih tunduk di bawah pengawasan Sri Paus dan Kongregasi bagi Gereja-Gereja Timur dibanding Gereja-Gereja yang dikepalai patriark atau uskup agung mayor.

Gereja Anglikan

Dalam komuni Anglikan, seorang metropolitan umumnya adalah kepala dari sebuah provinsi gerejawi (atau sekelompok keuskupan) dan jenjangnya setingkat di bawah primat gereja nasional (yang seringkali juga seorang metropolitan). Sebagian besar metropolitan, namun tidak semua, bergelar uskup agung.

Referensi

Pranala luar