Ular-air kelabu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 30 April 2013 14.17 oleh Addbot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 7 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q2384078)
Ular-air kelabu
Ular-air kelabu, Enhydris plumbea
dari Tamanmekar, Pangkalan, Karawang
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Famili:
Subfamili:
Genus:
Spesies:
E. plumbea
Nama binomial
Enhydris plumbea
(H. Boie in F. Boie, 1827)
Sinonim
  • Homalopsis plumbea H. Boie in F. Boie, 1827[1]
  • Helicops wettsteini Amaral, 1929

Ular-air kelabu (Enhydris plumbea) adalah sejenis ular yang acap didapati di sawah-sawah, saliran dan kolam-kolam ikan, anggota suku Colubridae. Ular kecil ini menyebar di anak-benua India, Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara. Dalam bahasa Inggris ular ini dikenal sebagai Plumbeous Water Snake, Rice Paddy Snake, atau juga Orange-bellied Mud Snake.

Pengenalan

Close up kepala

Ular air yang tergolong kecil, panjang umumnya kurang dari 50 cm, dengan ekor sekitar 12-14% panjang totalnya[2]. Tubuh bagian atas bervariasi warnanya mulai dari kelabu, abu-abu zaitun, cokelat keabu-abuan, cokelat gelap, atau cokelat kemerah-jambuan[2][3]; dengan sederet bintik-bintik hitam di sepanjang garis vertebral[3]. Bibir dan dagu keputihan, sementara sisi bawah tubuh ke belakang kekuningan; kadang-kadang dengan deretan bintik-bintik atau garis gelap pada median sisi bawah perut dan ekor[3]. Ular-ular dari Borneo dengan sisi bawah tubuh kemerah jambuan atau jingga terang, tanpa pola-pola khusus[2].

Kepala sedikit lebih besar dari lehernya, dengan moncong memipih namun agak pendek. Matanya kecil, jaraknya ke lubang hidung kurang lebih satu setengah diameter mata; pupilnya bundar atau agak eliptis. Perisai internasal yang berbentuk segitiga di atas moncong, merupakan ciri khas jenis ini.[2]

Sisi bawah kekuningan

Terdapat 19 deret sisik melintang di punggung, tidak berlunas. Sisik-sisik ventral berjumlah 119-127 pada yang betina, dan 122-128 pada jantan. Sisik anal berbagi. Sisik-sisik subkaudal 30-39 pasang pada betina dan 33-40 pasang pada jantan. Perisai bibir atas (supralabial) 8 buah, yang ke-4, atau ke-4 dan ke-5, menyentuh mata.[2]

Agihan dan ekologi

Di parit yang dangkal

Ular-air kelabu ditemukan menyebar mulai dari Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Cina, Hong Kong, Taiwan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sulawesi.[4] Belum lama ini juga tercatat dari wilayah India[5].

Ular ini diketahui hidup mulai dari ketinggian muka laut hingga elevasi lebih dari 1.500 m dpl. Ekosistem tempatnya hidup mencakup hutan hujan tropika, hutan pegunungan, perkebunan, persawahan, serta lingkungan sub-urban[6].

Di antara tumbuhan air di sawah

Ular-air ini bersifat semi-akuatik dan mendiami lahan basah, seperti rawa-rawa, paya, kolam, sungai kecil dan saliran, dan kadang-kadang juga di estuaria dan air gambut[7]. Pula, biasa ditemukan di sawah-sawah dan kubangan kerbau, di mana ular ini memburu kodok dan kecebong untuk makanannya[2]. Aktif terutama di malam hari (nokturnal), hewan ini sering didapati mengintai mangsanya di antara tetumbuhan air; ular ini acap melimpah pada lokasi-lokasi yang cocok baginya[6].

Catatan mengenai mangsa Enhydris plumbea yang terlebih rinci diberikan oleh Voris dan Murphy (2002). Di antaranya mencakup jenis-jenis kodok seperti Microhyla pulchra, Limnonectes limnocharis dan Polypedates leucomystax; serta aneka jenis ikan seperti Monopterus alba, Anabas testudineus, Macropodus opercularis, Clarias teysmanni, ikan-ikan Eleotridae (belosoh), serta kelompok jeler.[8]

Ular ini bersifat ovovivipar, melahirkan 6-30 anak, berbiak hingga beberapa kali dalam setahun. Anak-anak ular itu berukuran sekitar 75-130 mm, dengan berat hingga sekitar 2,1 g[4].

Bisa

Memangsa kodok tegalan (F. limnocharis) jantan di sawah

Ular-air kelabu bersifat agresif, dan lekas menggigit bila terpegang[6]. Bisanya termasuk kategori lemah hingga sedang; gigitannya menyebabkan sedikit rasa sakit dan pembengkakan[2], namun umumnya dianggap tidak membahayakan[6].

Rujukan

  1. ^ Boie, F. 1827. Bemerkungen über Merrem's Versuch eines Systems der Amphibien, 1. Lieferung: Ophidier. Isis von Oken, 20: 550. Jena.
  2. ^ a b c d e f g Stuebing, R.B. & R.F. Inger 1999. A Field Guide to the Snakes of Borneo. Nat. Hist. Publ. (Borneo). Pp. 93-94. ISBN 983-812-031-6
  3. ^ a b c Tweedie, M.W.F. 1983. The Snakes of Malaya. 3rd Ed. Singapore Nat. Printers. Pp. 134-136.
  4. ^ a b Manthey, U. & W. Grossmann. 1997. Amphibien & Reptilien Südostasiens. Natur und Tier – Verlag, Münster. Pp. 348-349. ISBN 3-931587-12-6
  5. ^ Ghodke, S. and H.V. Andrews. 2002 Enhydris plumbea (Boie, 1827) (Serpentes: Colubridae, Homalopsinae), a new record for India. Hamadryad, 26 (2):373-375 [2001].
  6. ^ a b c d David, P. & G. Vogel. 1997. The Snakes of Sumatra: an annotated checklist and key with natural history notes. Edition Chimaira, Frankfurt am Main. Pp. 142-143. ISBN 3-930612-08-9
  7. ^ Das, I. 2011. A Photographic Guide to Snakes and Other Reptiles of Borneo. 2nd Ed. New Holland Publ. (UK) Ltd. Pp. 34. ISBN 978-1-84773-881-3
  8. ^ Voris, H.K. & J.C. Murphy. 2002. The prey and predators of Homalopsine snakes. J. Nat. Hist. , 2002, 36: 1621–1632

Bacaan lanjut

  • Gray, J.E. 1842. Monographic Synopsis of the Water Snakes, or the Family of Hydridae. The Zoological Miscellany: 59-68.
  • Gyi, K.K. 1970. A revision of the colubrid snakes of the subfamily Homalopsinae. University of Kansas Publications, 20(2):47-233.
  • Takahasi, Y. 1940. Morphologische und Pharmakologische Grundlage von Enhydris plumbea (Boie) als eine Art Giftschlange. (Study of Enhydris plumbea as a Poisonous Snake. Acta Japonica Medicinae Tropicalis, 1940, 2 (1): 89-103.
  • Voris, Harold K. & Daryl R. Karns. 1996. Habitat utilization, movements, and activity patterns of Enhydris plumbea (Serpentes: Homalopsinae) in a rice paddy wetland in Borneo. Herpetological Natural History, 4 (2): 111-126.

Pranala luar