Teh hitam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 7 April 2013 04.54 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 35 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q203415)
Teh hitam

Teh hitam lebih teroksidasi daripada ragam teh hijau, oolong dan putih; keempat varietas itu terbuat dari daun Camellia sinensis. Teh hitam umumnya lebih berasa seleranya dan lebih banyak mengandung kafein daripada teh yang tak teroksidasi.

Dalam bahasa Tionghoa dan bahasa-bahasa yang secara kultural dipengaruhi, teh hitam dikenal sebagai teh merah (, Bahasa Mandarin hóngchá; bahasa Jepang kōcha; bahasa Korea hongcha), barangkali merupakan deskripsi lebih akurat atas warna airnya. Namun, nama teh hitam bisa pula merujuk ke warna daun yang teroksidasi. Dalam bahasa Tionghoa, teh hitam adalah klasifikasi yang umum digunakan buat teh pascafermentasi, seperti teh Pu-erh. Namun, di dunia Barat, "teh merah" biasanya merujuk ke tisane rooibos dari Afrika Selatan.

Bila teh hijau biasanya kehilangan rasanya dalam setahun, rasa teh hitam tetap bertahan selama beberapa tahun. Atas alasan ini, teh hijau sudah lama diperdagangkan, dan balok teh hitam yang dipadatkan malah menjadi mata uang de facto di Mongolia, Tibet dan Siberia pada abad ke-19[1].

Istilah teh hitam juga digunakan untuk menggambarkan secangkir teh tanpa susu, mirip dengan kopi yang dihidangkan susu maupun krim. Di negara-negara Persemakmuran, teh hitam biasanya tidak diminum begitu saja tapi diberi susu.

Rujukan

  1. ^ Ken Bressett "Tea Money of China" International Primitive Money Society Newsletter Number 44, Agustus 2001

Pranala luar