Taman Lalu-lintas Ade Irma Suryani Nasution

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Taman Lalu-lintas Ade Irma Suryani adalah sebuah taman rekreasi yang ada di jantung kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Selain sebagai taman dan tempat bermain, di sini juga dijadikan pusat latihan membaca rambu-rambu lalu lintas.[1][2]

Taman Lalu Lintas memiliki pengertian bahwa sebuah taman lalu lintas atau traffic taman anak-anak adalah sebuah taman di mana anak-anak dapat mempelajari aturan jalan . Sebuah taman lalu lintas juga disebut sebuah desa taman transportasi atau lalu lintas taman atau keselamatan tergantung pada lokal .

Taman lalu lintas sering dibuat sebagai daya tarik dalam taman yang lebih besar . Dalam kasus lain, mereka sekali pakai taman dan sering dalam skala kecil . Mereka dapat ditemukan di daerah perkotaan maupun pedesaan .

Anak-anak dari usia minimum ( berusia 10 tahun dalam beberapa kasus ) diperbolehkan untuk menggunakan sepeda atau mobil bertenaga pedal untuk menavigasi jalan-jalan dan beroperasi sesuai dengan peraturan lalu lintas . Kadang-kadang mereka berbagi kereta dengan orang tua mereka, yang dapat memberikan bimbingan karena mereka lingkaran taman . Biasanya, taman lalu lintas versi jalur dan jalan - lebar sebanding dengan kendaraan yang lebih kecil . Seringkali mereka termasuk sinyal lalu lintas operasi dan selama sibuk kali bahkan staf dengan polisi lalu lintas .

Salah satu tujuan dari taman lalu lintas adalah untuk meningkatkan kesadaran keselamatan lalu lintas di kalangan anak-anak usia sekolah. Banyak taman lalu lintas memungkinkan anak-anak untuk mendapatkan pengalaman pada perjalanan di persimpangan jalan-jalan dan dengan sepeda atau tantangan keselamatan pejalan kaki lainnya dalam lingkungan yang sangat terkendali tanpa kendaraan bermotor yang sebenarnya .

Taman lalu lintas ada di seluruh Asia, Eropa, Amerika Utara dan juga Indonesia . Taman lalu lintas di Asia dan Eropa yang berfokus pada keselamatan lalu lintas melalui kendaraan bertenaga pedal . Di Amerika Serikat dan Kanada mereka menggunakan sepeda serta listrik, kendaraan bermotor . Taman di Amerika Utara disebut desa keselamatan, karena penekanan yang lebih luas pada keselamatan kebakaran, listrik, makanan dan tujuan pendidikan lainnya .

Di Indonesia, taman lalu lintas dibuat karena kepedulian akan kesadaran keselamatan lalu lintas. Kesadaran ini dipekenalkan dari usia dini dengan cara bermain. Diharapkan dari adanya fasilitas ini kesadaran keselamatan ditingkatkan. Dari usia dini, sudah peduli akan tata tertib di jalan. Di Sekolah Talenta, Bandung disediakan fasilitas taman lalu lintas untuk anak didik. Fasilitas yang diberikan untuk memperkenalkan dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dari tata tertib lalu lintas dan terus terbawa sampai dewasa dan menularkan kedisiplinan kepada orang dewasa.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Dulu tempat ini dijadikan pusat komando pertahanan Hindia Belanda di Nusantara, bukan hanya gedung Paleis Legercommandant yang sudah berubah fungsi jadi gedung Markas Komando Daerah Militer III/Siliwangi. Gedong Departement van Oorlog atau Departemen Peperangan yang oleh warga disana dinamakan Gedung Sabahu sebab dibangun di atas tanah seluas sabahu (0,7 hektare), sekarang sudah menjadi gedung Markas Komando.[2] Dua gedung itu adanya di Jalan Aceh dan Jalan Kalimantan yang sekaligus jadi batas utara dan timur dari satu lahan yang terbuka. Di sebelah selatan dibatasi oleh Jalan Belitung dan di sebelah barat dibatasi oleh Jalan Sumatera.[2] Lahan terbuka ini awalnya merupakan tempat latihan baris serdadu Belanda. Tetapi setelah dibangun lapangan baru yang sekarang menjadi Stadion Siliwangi, tempat itu ditinggalkan. Lahan terbuka itu selanjutnya dijadikan taman.

Penamaan[sunting | sunting sumber]

Sebab adanya di kawasan yang nama jalan-jalannya memakai nama daerah-daerah di Nusantara, taman itu dinamakan Insulindepark.[2] Taman rekreasi ini setelah kejadian Gerakan 30 September diubah menjadi Taman Lalu-lintas Ade Irma Suryani Nasution, nama putri sulung Jenderal A.H. Nasution yang pernah menjadi Panglima Divisi Siliwangi pertama, sebelum menjadi kodam dan selanjutnya Kodam III/Siliwangi.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Bemmelen, Reinout Willem .1949.The Geology of Indonesia.California: Govt. Print. Off.
  2. ^ a b c d e Suganda, Her. Jendela Bandung, Pengalaman Bersama Kompas.Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2007.