Jamaluddin Akbar al-Husaini

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Syaikh Jumadil Qubro)

Imam Sayyid Maulana
Husein Jamaluddin
Azmatkhan al-Husaini
054_Signboard,_Makam_Troloyo_(40448161991)
Nama asalجمال الدين الحسين
Lahirحسين
1310
Malabar, India
Meninggal18 Nov 1394 M
Makam Troloyo Mojokerto Jawa Timur
MakamMakam Troloyo Mojokerto
Nama lainSyaikh Jumadil Kubro
PekerjaanWali, Ulama, Da'i,
Dikenal atasWaliyullah, Datuk Azmatkhan Indonesia
Anak
  1. Maulana Ahmad
  2. Maulana Ali Akbar
  3. Maulana Muhammad Baqir
  4. Maulana Wali Islam
  5. Pangeran Pebahar
  6. Fadhal (Sunan Lembayung)
  7. Sunan Kramasari (Sayyid Sembahan Dewa Agung)
  8. Syekh Yusuf Shiddiq (Ayah dari Syekh Quro, Karawang)
  9. Maulana Ibrahim Zainuddin (Asmoroqondi)
  10. ’Abdul Malik
  11. ‘Ali Nurul ‘Alam
  12. Siti ‘Aisyah (Putri Ratna Kusuma)
  13. Muhammad Barakat Zainal Alam
  14. Muhammad Kebungsuan
Orang tuaAhmad bin Abdullah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alawi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alawi Ats Tsani bin Muhammad Shahib Shaumah bin Alawi Al Awwal bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali

Jamaluddin Al-Husaini (1310-1394M) dikenal dengan nama Syekh Jumadil Kubro.Beliau adalah seorang mubaligh terkemuka, dia menyebarkan Islam di Nusantara khususnya di daerah Bekas ibukota Majapahit di Trowulan,Mojokerto. Wali Songo yang terkenal kemudian berasal dari keturunannya. Ia dilahirkan pada tahun 1310 M di negeri Malabar, di dalam wilayah Kesultanan Delhi. Ayahnya adalah seorang amir negeri Malabar, yang bernama Amir Ahmad Syah Jalaluddin mantan menteri diplomasi di kesultanan india ke-13.

Keluarga[sunting | sunting sumber]

Maulana Husain lahir di Malabar India 1310, ibu dari Samarkand, Uzbekistan, memiliki banyak saudara. Adik bungsunya bernama Husein lahir 1326 di Agra sewaktu dilantik menjadi raja 1351 bergelar Jamaluddin di Champa. Saudaranya yang lain yaitu Aludeen Abdullah, Amir Syah Jalalluddeen (Sultan Malabar), Alwee Khutub Khan, Hasanuddeen, Qodeer Binaksah, Ali Syihabudeen Umar Khan, Syeikh Mohamad Ariffin Syah (Datuk Kelumpang Al Jarimi Al Fatani) dan Syeikh Thanauddeen (Datuk Adi Putera) .

Maulana Muhammad disebut memiliki beberapa nama panggilan diantaranya Sayyid Husain Jamaluddin, Syekh Maulana Al-Akbar [1] atau Syekh Jamaluddin Akbar Gujarat, ia tercatat memiliki 6 istri, yaitu:

  1. Lalla Fathimah binti Hasan bin Abdullah Al-Maghribi Al-Hasani (Maroko), memperoleh seorang anak, yang kemudian dikenal dengan nama Maulana Muhammad Al-Maghribi.
  2. Puteri Nizam Al Mulk dari Delhi, memperoleh 4 anak yaitu: Maulana Ahmad Jumadil Kubra (maqom Terboyo Semarang), Maulana Muhammad ‘Ali Akbar, Maulana Muhammad Al-Baqir (Syekh Subakir), Syaikh Maulana Wali Islam.
  3. Puteri Linang Cahaya, (menikah tahun 1350 M), memperoleh 3 anak, yaitu: Pangeran Pebahar, Fadhal (Sunan Lembayung), Sunan Kramasari (Sayyid Sembahan Dewa Agung), Syekh Yusuf Shiddiq (Ayah dari Syekh Quro, Karawang).
  4. Puteri Ramawati (Puteri Jeumpa/Pasai) (Menikah tahun 1355 M), memperoleh seorang anak yang bernama Maulana Ibrahim Al Hadrami (wajo).
  5. Puteri Syahirah dari Kelantan (Menikah tahun 1390 M) memperoleh 3 anak. yaitu ’Abdul Malik, Sayyid 'Ali Nurul Alam (bergelar Maulana 'Abdul Malik Israil / Sultan Qanbul) alias Pateh Arya Gajah Mada. Perdana Mantri of Kelantan-Majapahit II menjabat antara 1432-1467 M, dan Siti ‘Aisyah (Putri Ratna Kusuma).
  6. Puteri Jauhar (Diraja Johor), memperoleh anak bernama Muhammad Berkat Nurul Alam dan Muhammad Kebungsuan

Keempat isterinya yang terakhir, ia nikahi selepas tiap-tiap seorang daripadanya meninggal dunia.

Sejarah Dakwah[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1349 M besama adiknya Syarif Qamaruddin bergelar ‘Tajul-muluk’ yang kedua ialah Sayyid Majiduddin dan yang ketiga ialah Sayyid Tsana’uddin / Syeikh Thanauddeen (Datuk Adi Putera), tiba di Kelantan dalam menjalankan misi dakwahnya.

Konon Raja Champa Che Bo Nga masuk Islam setelah dakwah beliau, lalu merubah namanya menjadi Sultan Zainal Abidin dan Champa menjadi kerajaan Islam.

Dari Kelantan ia menuju Samudra Pasai, dan ia kemudian bergerak ke arah Tanah Jawa. Di Jawa ia menyerahkan tugas dakwah ke Sunan Gresik / Maulana Malik Ibrahim. Jamaluddin Akbar al-Husaini sendiri bergerak ke arah Sulawesi dan mengislamkan Raja Lamdusalat (La Maddusila Toappasawe' Datu Tanete) pada tahun 1380 M.

Pada awal abad ke-14, Maulana Husain mengantar puteranya Maulana Ibrahim Al Hadrami ke tanah Jawa.

Pada akhirnya ia memutuskan untuk bermukim di Majapahit yang beribukota di Mojokerto Jawa timur untuk berdakwah di akhir hayatnya ,dan salah satu putranya kembali di wajo.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kitab Al-Mausu'ah Li Ansab Al-Imam Al-Husain, Maktabah Asyraf International, Tahun 1999