Susut, Susut, Bangli

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Koordinat: 8°26′12″S 115°19′51″E / 8.436744°S 115.330772°E / -8.436744; 115.330772

Susut
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenBangli
KecamatanSusut
Kode pos
80661
Kode Kemendagri51.06.01.2004
Luas4,83 km²
Jumlah penduduk6.189 jiwa (2015)[1]
5.465 jiwa (2010)[2]
Kepadatan1.131 jiwa/km² (2010)
Jumlah KK1.746 KK


Susut adalah ibu kota kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, provinsi Bali, Indonesia.[3] Pada tahun 2008, desa ini dimekarkan untuk membentuk Desa Selat.

Geografi[sunting | sunting sumber]

Desa Susut merupakan daerah dataran tinggi, terletak 4 km arah Selatan dari kota kecamatan Susut dan 10 km arah barat Kota Bangli, dengan luas wilayah 4,83 km², dengan sebagian besar lahan digunakan untuk kegiatan pertanian, yakni seluas 216 ha (45%).

Batas wilayah[sunting | sunting sumber]

Batas wilayah desa sebagai berikut:

Utara Desa Sulahan
Timur Desa Kawan
Selatan Desa Abuan
Barat Desa Selat

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pada umumnya asal usul atau riwayat yang panjang mengakibatkan asal-usul tersebut dianggap suatu cerita legenda saja. Terlepas dari itu anggapan tersebut mengenai keberadaan Desa Susut berdasarkan masukan dari pemuka masyarakat setempat dapat diuraikan sebagai berikut:

Sebelum Kolonial Belanda menjajah Nusantara, Pulau Bali diperintah oleh para Raja. Pada umumnya para raja tersebut selalu ingin meluaskan pengarunya terhadap daerah kerajaan tetangganya, usaha memperluas pengaruh ini selalu berakhir dengan peperangan. Konon pada masa itu, daerah Bangli diperintah oleh seorang raja Ksatria keturunan Tirta harum, Taman Bali, seorang dari Putra Puri Nyalyan. Raja Puri Nyalyan ini berputra tujuh orang yang putra bungsunya bernama I Dewa Gede Korian. Di Puri Tusan I Dewa Gede Korian dinobatkan menjadi raja dan berputra dua orang yaitu I Dewa Gede Sekar dan I Dewa Gede Siangan. I Dewa Gede Sekar inilah cikal bakal Raja yang memerintah di Puri Susut. Karena I Dewa Gede Sekar membuat suatu kesalahan di Puri Tusan/Klungkung maka dia diasingkan ke pulau Nusa Penida. Dalam pengasingan ini dia membawa seorang putra yang bernama I Dewa Putu Sekar. Mereka tinggal di pulau Nusa Penida cukup lama hingga putranya I Dewa Putu Sekar juga telah berputra dua orang kembali ke pulau Bali dan menetap di Desa Jelijih /Tabanan. Kedua putranya itu bernama I Dewa Gede Dauh dan I Dewa Gede Dangin.

Kedua Putranya itu tetap tinggal di Jelijih. Sedangkan I Dewa Putu Sekar melanjutkan perjalanannya ke Puri Bangli untuk mengabdi kepada Raja Bangli. Pada saat itu terjadi pertentangan antara kerajaan Bangli dengan Gianyar dengan buntut Peperangan. Dalam pertempuran ini I Dewa Putu Sekar ditugaskan memimpin pasukan kerajaan Bangli ditepi barat yang kini disebut Susut. Dari rangkaian cerita tersebut dapat diartikan bahwa Susut adalah tanggu atau benteng pertahanan paling depan. Sedangkan perbatasan dengan daerah Gianyar adalah Selat Peken, Selat Tengah, dan Selat Kaja Kauh. Pada saat Belanda menguasai Bali daerah-daerah rampasan perang dari kerajaan Gianyar diserahkan kembali kepada Gianyar oleh Belanda. Sedangkan Daerah Susut, Selat Peken, Selat Tengah dan Selat Kaja Kauh diserahkan kepada I Dewa Putu Sekar. Mulai saat itu secara turun temurun daerah Susut diperintah oleh I Dewa Putu Sekar dan berakhir pada saat Indonesia merdeka. Pada masa kemerdekaan pengaturan pemerintah kerajaan Susut dijadikan wilayah pedesaan yang diperintah oleh seorang Kepala Desa/ Perbekel sampai saat ini.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Pembagian Dusun/Banjar[sunting | sunting sumber]

Desa Susut merupakan salah satu Desa di Kecamatan Susut, dengan Luas wilayah desa Susut adalah 4,83 km2, dengan jumlah penduduk per 31 Desember 2013 sebanyak: 5.873 jiwa terdiri dari: 3.014 jiwa Laki-laki dan 2.859 jiwa perempuan, dengan Kepala Keluarga sebanyak : 1.672 KK. Dengan Agama / Kepercayaan yang dianut adalah Agama Hindu, dengan lokasi pemukimannya tersebar di 7 Wilayah Br.Dinas Definitif dan 2 Br. Dinas Persiapan dan 8 Desa Pakraman, yaitu:

  1. Banjar Dinas Pukuh
  2. Banjar Dinas Penatahan
  3. Banjar Dinas Juwukbali
  4. Banjar Dinas Manuk
  5. Banjar Dinas Tangkas
  6. Banjar Dinas Susut Kaja
  7. Banjar Dinas Susut Kelod
  8. Banjar Dinas Persiapan Penglumbaran
  9. Banjar Dinas Persiapan Lebah

Di Desa Susut juga terbagi dalam 8 Desa Pekraman yaitu:

  1. Desa Pekraman Pukuh
  2. Desa Pekraman Penatahan
  3. Desa Pekraman Lebah
  4. Desa Pakraman Juwukbali
  5. Desa Pakraman Manuk
  6. Desa Pakraman Tangkas
  7. Desa Pakraman Susut Kaja
  8. Desa Pakraman Susut Kelod.

Organisasi Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Pemerintahan Desa mengacu pada Perda Kabupaten Bangli Nomor 09 tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa adalah sebagai berikut:

  • Perbekel Desa Susut: ANAK AGUNG KETUT ANGGRADIGUNA
  • Sekretaris Desa: I NENGAH WARSA
  • Kaur Pemerintahan: A.A.MADE KARTIKA
  • Kaur Pembangunan: I KOMANG SUARJITA
  • Kaur Keuangan: I WAYAN GEDE WIDIASA
  • Kaur Umum: NI NYOMAN MARNI
  • Kaur Kesra: A.A.AYU ASTITI UTAMI DEWI
  • Kelian Br.Dinas Pukuh: I KETUT DARSANA
  • Kelian Br.Dinas Penatahan: SANG NYOMAN SUARDANA
  • Kelian Br. Dinas Juwukbali: I WAYAN YUDIANA
  • Kelian Br. Dinas Manuk: I NYOMAN RESTEN
  • Kelian Br. Dinas Tangkas: I KETUT KIENG
  • Kelian Br. Dinas Susut Kaja: I WAYAN NAWA
  • Kelian Br. Dinas Susut Kelod: I WAYAN DIARA
  • Kelian Br.Dinas Pers.Penglumbaran: I KETUT MUPU
  • Kelian Br.Dinas Pers. Lebah: I KETUT SUSILA

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Struktur perekonomian desa Susut didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini terlihat dari persentase penggunaan lahan untuk usaha pertanian, yakni sebesar 50%, dengan sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Sekitar 1030 jiwa atau 0,17% penduduk menggantungkan hidup dari sektor ini. Pertanian sawah menjadi kegiatan usaha utama bagi masyarakat desa, dengan produk unggulan berupa padi dan palawija.

Masyarakat juga menggantungkan hidup dari sektor peternakan, dengan jenis ternak peliharaan seperti sapi, babi, unggas dll. Sistem peternakan yang dilakukan masyarakat masih bersifat tradisional, karena usaha ini diposisikan sebagai usaha sambilan dan hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging keluarga. Selain itu, ekonomi desa juga digerakkan oleh sektor perdagangan dan industri kecil/rumah tangga.

Mata pencaharian penduduk Desa Susut adalah sbb:

  • Petani: 1.030 jiwa
  • Pegawai swasta: 559 jiwa
  • Buruh Tani: 110 Jiwa
  • PNS dan TNI – POLRI: 675 jiwa
  • Peternak: 150 Jiwa
  • Pedagang: 51 jiwa
  • Tukang/Buruh Bangunan: 677 jiwa
  • Pensiunan: 55 jiwa
  • Pengrajin: 70 jiwa
  • Lainnya: 1.496 jiwa

Demografi[sunting | sunting sumber]

Penduduk desa Susut sampai dengan tahun 2015 terdiri dari 3.142 laki-laki dan 3.047 perempuan dengan sex ratio 103 serta terdiri dari 1.746 Kepala Keluarga.[4] Sebagian besar penduduk Susut hanya tamatan SD.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Prodeskel Binapemdes Kemendagri". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-01. Diakses tanggal 2018-03-27. 
  2. ^ "Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010" (PDF). Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 132. Diakses tanggal 14 Juni 2019. 
  3. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  4. ^ "Kecamatan Susut dalam Angka 2017". Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Diakses tanggal 04-10-2019. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]