Surat Yohanes yang Pertama

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rasul Yohanes pada abad 12 minuscule 1425
Akhir dari Surat 2 Petrus (pasal 3:16-18) dan permulaan Surat 1 Yohanes (pasal 1:1-2:9) dalam kolom yang sama, pada Codex Alexandrinus yang diperkirakan dibuat antara tahun 400-440 M.

Surat Yohanes yang Pertama adalah salah satu surat yang terdapat di dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen yang merupakan sebuah surat yang dikirim dan diedarkan kepada kelompok lain, di mana tulisan itu berupa sebuah wejangan untuk membina iman yang sejati.[1] Sebetulnya 1 Yohanes tidak benar-benar berupa surat, karena nama penulis, nama si teralamat dan ciri-ciri lazim dalam sebuah surat pada zaman kuno tidak ada.[1] Hal ini dapat terlihat dalam 1 Yohanes 2:1, pembaca langsung disapa dengan "anak-anak" dan "yang terkasih".[1]

Latar Belakang[sunting | sunting sumber]

Penulis[sunting | sunting sumber]

Surat Yohanes yang pertama ditulis oleh Yohanes sang Penginjil ketika berada di Efesus sekitar tahun 100 M.[2] Orang yang paling awal mengutip isi surat ini adalah Bapa Gereja Polikarpus yang merupakan uskup dari Smirna.[3] Polikarpus sendiri menjadi Kristen karena pemberitaan dari para rasul yang kemudian menahbiskannya menjadi uskup.[3]

Sifat dan Maksud[sunting | sunting sumber]

Secara umum, surat Yohanes yang pertama banyak mengikuti kebiasaan Yahudi di Asia Kecil.[4] Dalam tulisan surat 1 Yohanes, terdapat permasalahan yaitu adanya peperangan melawan bidat.[5] Maksud dari penulisan surat ini adalah untuk melawan ajaran sesat yaitu Gnostikisme,terutama Doketisme.[3] Ciri utama ajaran sesat yang dilawan adalah penyangkalan bahwa Yesus adalah Kristus.[3]

Waktu Penulisan[sunting | sunting sumber]

Surat ini diyakini ditulis antara tahun 60-65 M.[6] Pendapat lain memberi perkiraan tahun 90-100.[7]

Ayat-ayat terkenal[sunting | sunting sumber]

  • 1 Yohanes 1:9: Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
  • 1 Yohanes 3:16: Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
  • 1 Yohanes 4:7–8: Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. (4:8) Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
  • 1 Yohanes 5:6: Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.
  • 1 Yohanes 5:7–8: Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. (5:8) Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.

Muatan Teologi[sunting | sunting sumber]

Kristologis[sunting | sunting sumber]

Secara positif surat ini menyatakan peran Kristus dalam seluruh rangkaian karya penyelamatan Allah dan bagaimana orang-orang beriman dapat bersekutu dengan Yesus dan Allah Bapa.[3] Penulis surat ini memberi kesaksian bahwa Kristus adalah Firman hidup (1:1), Anak Tunggal Allah (1:3, 7; 3:23; 4:9, 14), yang berasal dari Allah (4:1-3), yang Kudus (2: 20), pengantara Bapa (2:1), pendamaian bagi dosa-dosa kita (2:2; 3:5; 4:10,14), penyata Allah Bapa (1:2; 5:20).[3]

Kehidupan Umat Allah[sunting | sunting sumber]

Umat Allah harus berusaha bersekutu dengan Kristus dan dengan demikian juga bersekutu dengan Allah.[3] Maksud bersekutu disini adalah berada dalam hubungan yang erat dan benar dengan Allah.[3] Orang beriman dipanggil agar tidak mengasihi dunia ini, tidak berjalan dalam kegelapan, tidak menuruti keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup, sebab semua itu tidak berasal dari Allah (2:15-16).[3] Sebaliknya, kita dipanggil untuk mengikuti terang dan kebenaran karena dengan berbuat demikian, orang percaya boleh disebut sebagai orang-orang yang lahir dari padanya (2:29).[3]

Allah[sunting | sunting sumber]

Surat 1 Yohanes menyatakan bahwa Allah adalah kasih.[3] Kasih Allah adalah dasar dari semua kebenaran.[3] Kita diperintahkan untuk mengasihi Allah karena Allah lebih dahulu mengasihi kita, dengan jalan mengutus Yesus Kristus agar menjadi pendamaian bagi dosa-dosa manusia (4:9-10).[3] Kasih itu berasal dari Allah, jadi untuk mengenal Allah, manusia harus mengasihi Allah dan saling mengasihi satu sama lain (4:7-8).[3]

Isi[sunting | sunting sumber]

  • Prakata 1:1-4 [8]
  • Persekutuan dengan Allah 1:5--2:6 [8]
  • Perintah Baru 2:7-17 [8]
  • Orang Kristen dan antikristus 2:18-27 [8]
  • Anak-anak Allah 2:28-3:10 [8]
  • Kasihilah sesama 3:11-18 [8]
  • Keyakinan 3:19-24 [8]
  • Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan 4:1-6 [8]
  • Allah adalah kasih 4:7-21 [8]
  • Kemenangan iman 5:1-5 [8]
  • Kesaksian tentang Anak Allah 5:6-12 [8]
  • Pengetahuan akan hidup yang kekal 5;13-21 [8]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Surat Yohanes yang Pertama
Didahului oleh:
Surat 2 Petrus
Perjanjian Baru
Alkitab
Diteruskan oleh:
Surat 2 Yohanes

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c C. Groenen. 1984. "Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru". Yogyakarta: Kanisius. Halaman 369.
  2. ^ (Indonesia)Willian Barclay. 1990. Pemahamn Alkitab Sehari-hari: Surat-surat Yohanes dan Surat Yudas. Jakarta:BPK Gunung Mulia. Halaman 1
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 2. Bandung: Bina Media Informasi. Hal. 112.
  4. ^ M. E . Duyverman. 1992. Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hal. 195.
  5. ^ Fritz Ridenour. 1991. Menggapai Kesempurnaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.1
  6. ^ John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament". Westminster Press, 1976. 369 halaman. ISBN 10: 1-57910-527-0; ISBN 13: 978-1-57910-527-3
  7. ^ W. G. Kummel, "Introduction to the New Testament" (Heidelberg i963),ET 1966; 21975.
  8. ^ a b c d e f g h i j k l D. Guthrie, dkk. 2003. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF. hal.857.