Sultan Hadlirin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sultan Hadlirin
LahirSayyid Abdurrahman Ar Rumi
Indonesia Aceh (Indonesia)
MeninggalIndonesia Jepara (Indonesia)
Sebab meninggalMeninggal dibunuh pasukan Arya Penangsang setelah pulang dari Kediaman Sunan Kudus
Tempat tinggalJepara Jawa Tengah
Nama lainPangeran Toyib
Tjie Bin Thang
Win-tang
Pekerjaan1. Khalifah (Kerajaan Kalinyamat)
2. Ulama
Dikenal atasSultan Kalinyamat
GelarSultan Hadlirin
Sunan Hadiri
Pangeran Kalinyamat
Suami/istriRatu Kalinyamat
PasanganTjie Hwio Gwan
Orang tuaSultan Mughayat Syah (Ayah)

Sayyid Abdurrahman Ar Rumi atau Sultan Hadlirin[1] adalah gelar dari Kesultanan Demak kepada Sultan Kerajaan Kalinyamat yang bernama Toyib. Dia di beri gelar Sultan Hadlirin karena dia adalah pendatang yang hadir ke Jepara untuk menyebarkan Agama Islam. Sultan Hadliri mempunyai Istri yang berasal dari Kesultanan Demak yaitu Putri Sultan Trenggono yang bernama Retna Kencana yang mempunyai gelar Ratu Kalinyamat.

Nama[sunting | sunting sumber]

Pangeran Toyib memiliki beberapa nama dan gelar, yaitu

  • Sunan Hadiri, yang artinya Ulama Pendatang (Gelar Keagamaan); Karena menjadi penyebar agama Islam di Jepara.
  • Sultan Hadlirin, yang artinya Raja Pendatang (Gelar Kesultanan); Karena menjadi sultan pertama di Jepara.
  • Pangeran Kalinyamat, (Gelar Tokoh Masyarakat); Karena sebagai pendiri Kota Kalinyamat.

Kedatangan ke Jawa[sunting | sunting sumber]

Pangeran Kalinyamat berasal dari luar Jawa. Terdapat berbagai versi tentang asal-usulnya. Masyarakat Jepara menyebut nama aslinya adalah Win-tang, seorang saudagar Tiongkok yang mengalami kecelakaan di laut. Ia terdampar di pantai Jepara, dan kemudian berguru pada Sunan Kudus.

Versi lain mengatakan, Win-tang berasal dari Aceh. Nama aslinya adalah Pangeran Toyib, putera Sultan Mughayat Syah raja Kesultanan Aceh (1514-1528). Toyib berkelana ke Tiongkok dan menjadi anak angkat seorang menteri bernama Tjie Hwio Gwan. Nama Win-tang adalah ejaan Jawa untuk Tjie Bin Thang, yaitu nama baru Toyib.

Win-tang dan ayah angkatnya kemudian pindah ke Jawa. Di sana Win-tang mendirikan desa Kalinyamat yang saat ini berada di wilayah Kecamatan Kalinyamatan, sehingga ia pun dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat. Ia berhasil menikahi Retna Kencana putri bupati Jepara, sehingga istrinya itu kemudian dijuluki Ratu Kalinyamat. Sejak itu, Pangeran Kalinyamat menjadi anggota keluarga Kerajaan Demak dan memperoleh gelar Pangeran Hadiri.

Pangeran dan Ratu Kalinyamat memerintah bersama di Jepara. Tjie Hwio Gwan, sang ayah angkat, dijadikan patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang juga mengajarkan Seni Ukir pada penduduk Jepara.

Kejayaan[sunting | sunting sumber]

Wilayah kekuasaan Kerajaan Kalinyamat meliputi Jepara, Kudus, Pati, Mataram (Jogja dan Solo yang masih hutan belantara. Sultan Hadlirin memimpin Kerajaan Kalinyamat sampai tahun 1549.

Kematian[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1549 Arya Penangsang dengan dukungan gurunya, yaitu Sunan Kudus, membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan bernama Soreng Rangkud untuk membunuh Sunan Prawoto dengan Keris Kyai Setan Kober. Rangkud sendiri tewas pula, saling bunuh dengan korbannya itu. Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto, menemukan bukti kalau Sunan Kudus terlibat pembunuhan kakaknya. Ia datang ke Kudus meminta pertanggungjawaban. Namun jawaban Sunan Kudus bahwa Sunan Prawoto mati karena karma membuat Ratu Kalinyamat kecewa. Ratu Kalinyamat bersama suaminya pulang ke Jepara. Di tengah jalan mereka diserbu anak buah Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat berhasil lolos, sedangkan suaminya, yang bernama Sultan Hadlirin, terbunuh.

Referensi[sunting | sunting sumber]