Sulaiman dari Banjar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 Februari 2013 01.38 oleh Weng gou (bicara | kontrib) (blog)
Tuan Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Sulaiman Saidullah Raja Atas Tahta Kerajaan Negeri Banjar[1]
Sultan Soleman Almo'tamid Aliallah/Soliman Almoh Tammit Alalah[1]
Sultan Sleeman Almoh Tamid Alalah[1]
Sultan Soleman Sa'idallah[1]
Sultan Salehman[1]
Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah
Sultan Sulaiman Rahmatullah
Pangeran Ratu Sultan Sulaiman[1]
Pangeran Sultan Muda Sulaiman
Panembahan Sulaiman[2]
Panembahan Sepuh[2]
Berkuasa1767 (Sultan Muda)
1801-1825 (Sultan)[3]
PendahuluSultan Tahmidullah II
PenerusSultan Adam al-Watsiq Billah
SultanLihat daftar
Pemakaman
WangsaDinasti Banjarmasin
AyahSunan Sulaiman Saidullah[1]
IbuPutri Lawiyah binti Sultan Muhammadillah
AnakSultan Adam
Pangeran Mangkoe Boemi Nata
♀ Ratu Haji Musa
♂ Pangeran Perbatasari
♂ Pangeran Hashir
♂ Pangeran Sungging Anum
♂ Pangeran Singosari
♂ Pangeran Dipati
♂ Pangeran Ahmad
♂ Pangeran Wahid
♂ Pangeran Muhammad
♂ Pangeran Kusairi
♂ Pangeran Hasan
♂ Pangeran Berahim/Pangeran Kasuma Wijaya
♂ Pangeran Hamim
♂ Pangeran Thasin
♂ Pangeran Tahmid
♀ Ratu Mashud/Gusti Hadijah
♀ Ratu Kartasari
♀ Ratu Marta
♀ Ratu Salamah
♀ Gusti Umi/Gusti Kacil[4]
Makam Sultan Sulaiman Saidullah di Desa Lihung, Karang Intan, Banjar.

Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah bin Sunan Sulaiman Saidullah/Sunan Nata Alam/Sultan Tahmidullah II adalah Sultan Banjar yang memerintah antara tahun 1801-1825.[5] Kesultanan Banjar terletak di Kalimantan Selatan, Indonesia. Adiknya Pangeran Mangku Dilaga dilantik sebagai mangkubumi dengan gelar Ratu Anum Mangku Dilaga. Belakangan Ratu Anum Mangku Dilaga ditahan kemudian dibunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga akan melakukan kudeta. Jabatan mangkubumi kemudian dipegang oleh Pangeran Husin dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata putera Sultan Sulaiman sendiri.[2]

Sultan Sulaiman meninggal 3 Juni 1825.[6] Pada masa Sultan Sulaiman, pusat pemerintahan berada di Karang Intan, Kabupaten Banjar.

Sultan Sulaiman dikenal pula dengan nama Sultan Sulaiman Saidullah II atau Sultan Sulaiman Rahmatullah. Baginda mendapat gelar Sultan Muda sejak tahun 1767 ketika berusia 6 tahun dari ayahnya Susuhunan Nata Alam agar penggantinya tetap pada garis keturunannya. Panembahan Sulaiman/Sultan Sulaiman melantik puteranya Pangeran Adam sebagai raja muda dengan gelar Sultan Adam, kemudian dia sendiri mengambil gelar Panembahan Sepuh.[2]

Mangkubumi yang menjabat pada masa Sultan Sulaiman adalah:

  1. Ratu Anom Ismail (Pangeran Ismail bin Sunan Nata Alam)[7]; dihukum bunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga (difitnah) akan merencanakan kudeta.
  2. Pangeran Mangku Bumi Nata (Pangeran Husin bin Sultan Sulaiman), mangkubumi sejak 1823.

Silsilah

Anak-anak Sultan Sulaiman Saidullah terdiri 18 orang laki-laki, 12 orang perempuan dan diantaranya 6 orang laki-laki anak permaisuri Nyai Ratna, diantaranya :[2]

  1. Sultan Adam (anak Nyai Ratna) [2]
  2. Pangeran Husin bergelar Pangeran Mangkoe Boemi Nata (anak Nyai Ratna) menjadi mangkubumi sejak 1823[2][8]
  3. Pangeran Ratu[2] (anak Nyai Ratna)
  4. Pangeran Perbatasari (anak Nyai Ratna) [2]
  5. Pangeran Musa (anak Nyai Ratna) [2]
  6. Pangeran Kasir[9]
  7. Pangeran Sungging Anum (anak Nyai Ratna) [2]
  8. Pangeran Ahmad (anak Nyai Cina) [2]
  9. Pangeran Kacil/Pangeran Hasan?(anak Nyai Cina) [2]
  10. Pangeran Tasin (anak Nyai Cina) [2]
  11. Pangeran Jamain/Pangeran Wahid? (anak Nyai Cina) [2]
  12. Pangeran Tahmid (anak Nyai Argi) [2][10]
  13. Ratu Karta Sari (anak Nyai Unangan) [2] menikah dengan Pangeran Kartasari bin Pangeran Sungging Anom bin Ratu Anom Mangku Dilaga.
  14. Ratu Marta [2]
  15. Gusti Kacil/Gusti Umi? [2]
  16. Ratu Sungging Anum menikah Pangeran Sungging Anom bin Ratu Anom Mangku Dilaga.
  17. Ratu Salamah/Ratu Aji Musa menikah Pangeran Aji Musa ( Raja Kusan II )
  18. Gusti Hadijah bergelar Ratu Mashud, menikahi Pangeran Mashud (orangtua Pangeran Antasari).
  19. Pangeran Singosari, leluhur Pangeran Haji Khairul Saleh (Raja Muda Kesultanan Banjar Yang bertahta).

Setelah Sultan Sulaiman Saidullah dilantik, Belanda mengadakan perjanjian dengan Sultan pada 19 April 1802. Perjanjian hanya mengingatkan kembali bahwa Kesultanan Banjar telah diserahkan kepada pemerintah Belanda seperti Perjanjian 1787. Dalam perjanjian itu ditambahkan bahwa Sultan berusaha menangkap dan menghukum potong kepala orang-orang Dayak yang telah melakukan pemotongan kepala. Hukuman potong kepala terhadap orang Dayak itu harus dilakukan dimuka loji Belanda. Selebihnya dalam perjanjian itu pemerintahan Belanda mengharapkan agar Sultan dapat memelihara kebun-kebun lada agar hasil lada menjadi lebih baik. Pada tahun 1809, Belanda membuat perjanjian dengan Sultan Sulaiman yang menitikberatkan pada usaha pemeliharaan kebun lada, agar lada dapat berproduksi sebagaimana diharapkan oleh Belanda. Dalam perjanjian itu Belanda tetap mengakui kedaulatan Sultan Banjar dan tidak menyinggung tentang masalah pemerintahan termasuk hubungan dagang ke luar negeri. Tahun 1809, Daendels menarik diri dari Banjarmasin.[11]

Sultan Sulaiman menjalin hubungan dengan negara lain, seperti dengan Kesultanan Buton, melalui suratnya tahun 1811, Sultan Buton memohon dukungan moral untuk mendapatkan rekomendasi dalam perdagangan. [12]

Inggris

Pada perkembangan selanjutnya, Belanda kalah menghadapi Inggris dan pada tahun 1811 Belanda menyerahkan Batavia kepada East India Company (EIC), perusahaan perdagangan Inggris.

East India Company (EIC) mengadakan perjanjian persahabatan dengan kesultanan Banjar. Dalam perjanjian itu EIC-Inggris tidak menyinggung masalah kedaulatan pemerintahan Sultan Sulaiman tetapi lebih banyak masalah perdagangan. EIC Inggris menduduki beberapa daerah yang sebelumnya diduduki Belanda seperti pulau Tatas (Banjarmasin), Kuin, Paser, Pulau Laut, Pagatan, dan Bakumpai. Selanjutnya EIC-Inggris mempertahankan dan melindungi hak-hak Sultan dan kekuasaan Sultan begitu pula hak milik Sultan terhadap serangan orang Eropa lainnya dan terhadap musuh bangsa Asia. Perjanjian ditanda tangani oleh Sultan dan para bangsawan kerajaan lainnya yaitu : Pangeran Panambahan Adam, Pangeran Aria Mangku Negara, Pangeran Kasuma Wijaya (anak Sultan Sulaiman) dan Pangeran Ahmad (anak Sultan Sulaiman), sedangkan dari pihak EIC-Inggris diwakili oleh Commissioner D. Wahl.

Perjanjian antara Belanda dan Inggris memutuskan bahwa Belanda diperbolehkan kembali menduduki bekas wilayah kekuasaannya kemudian EIC-Inggeris melepaskan kembali Batavia pada tahun 1816. Setelah ditinggalkan EIC-Inggris pada tahun 1816 dan Belanda kembali datang ke Kesultanan Banjar kemudian membuat perjanjian dengan Sultan Sulaiman pada tahun 1817 dan tahun 1823.

Perjanjian 1817 dan 1823

Sultan Sulaiman membuat perjanjian pada 1 Januari 1817 yang merupakan Kontrak Persetujuan Karang Intan I antara Sultan Sulaiman dengan Hindia Belanda diwakili Residen Aernout van Boekholzt. Kemudian pada 13 September 1823 penandatanganan Kontrak Persetujuan Karang Intan II antara Sultan Sulaiman dengan Hindia Belanda diwakili Residen Mr. Tobias

Isi Perjanjian-perjanjian itu menyatakan :[1]

  1. Kesultanan Banjar yang mempunyai wilayah pengaruh yang cukup luas meliputi Kesultanan Berau, Kutai, Pasir, Dayak Besar, Sampit, Kotawaringin dan Lawai (hulu sungai Kapuas). Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa daerah-daerah itu berada dalam wilayah pendudukan Hindia Belanda.
  2. Orang bukan bangsa Banjar adalah orang asing, seperti : Bugis, Makassar, Bali, Mandar, Jawa, begitu pula Cina, Eropa dan Arab. Semua orang asing diperlakukan hukum Eropa oleh Belanda kalau mereka membuat tindak pidana.
  3. Belanda meminta Sultan agar berusaha menggalakkan tanaman kopi dan lada.

Surat-surat kepada Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting[13]

  • Cod. Or. 2239-II (11), Universiteitsbibliotheek, Leiden.

Sultan Sulaiman , Banjarmasin → Gur. Jen. Willem Arnold Alting, 2 Ramadhan 1206 (24 April 1792). Isi : Membicarakan harga barang-barang yang ditukar antara kedua pihak, serta keluhan bahwa hak Sultan atas separuh cukai tidak mau dibayar oleh Fetor setempat.

  • Cod. Or. 2239-II (13) ?? atau 2241 IIa (13), Universiteitsbibliotheek, Leiden.

Sultan Sulaiman , Banjarmasin → Gur. Jen. Willem Arnold Alting, 20 bulan Safar 1207 (7 Oktober 1792). Isi : Laporan Raja Banjar bahwa tugasnya sudah dijalankan sesuai dengan perjanjian, yaitu setiap kepala yang ditunjuk akan membuka kebun lada. Tiap kebun itu dikerjakan oleh 50 orang. Kalau tidak mengerjakan pekerjaan itu, mereka akan dihukum dengan hukuman berat. Juga dinyatakan bahwa mereka sudah menerima kiriman 10 tong obat bedil dan Raja Banjar juga minta dikirimi kertas air emas 12 lembar.

  • Cod. Or. 2239-II (22), Universiteitsbibliotheek, Leiden.

Sultan Sulaiman , Banjarmasin → Gur. Jen. Willem Arnold Alting, bulan Rabiulakhir 1209 (20 November 1794). Isi : Berita tentang penyerangan yang diderita dari orang Pasir dan Kutai. Banyak rakyat dibunuh, yang lain dipaksa mendirikan benteng. Sultan menanti perintah dari Kompeni. Harapannya agar Gur. Jen. menulis surat kepada Sultan Pasir untuk mengajak damai. Kalau ditolak, rencananya Pasir akan diserang dari laut oleh Belanda dan dari darat oleh Banjar. Juga diberitahukan tentang kebun lada yang sedang dikerjakan.

  • Cod. Or. 3036-IV (5), Universiteitsbibliotheek, Leiden.

Sultan Banjar , Banjarmasin → Gur. Jen. Willem Arnold Alting, 9 Zulkaidah 1210 (17 Mei 1796). Isi : Pemberitahuan bahwa Sultan sudah menerima bingkisan, yang isinya didaftarkan satu per satu

  • AN. 55, Arkib Negara, Jakarta.

Pangeran Mangkubumi , Banjarmasin → Gur. Jen. , 1 Safar 1239 (7 Oktober 1823). Isi : Pernyataan bahwa Mangkubumi bersedia diangkat sebagai kepala pemerintah Banjar dan telah bersumpah sesuai dengan perjajian antara Kompeni dan negeri Banjar.

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h (Indonesia) Hindia- Belanda (1965). Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia- Belanda 1635-1860. Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Bandjermasin" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w (Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "tutur candi" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ Daftar Sultan Banjar dalam Indonesian Traditional States II
  4. ^ Napaktilas Pejuang Dibalik Perkembangan Islam dan Nama Besar Kerajaan Banjar (13)
  5. ^ Regnal Chronologies Southeast Asia: the Islands
  6. ^ (Belanda) P. J. Veth, Borneo's Wester-Afdeeling, geographisch, statistisch, historisch, voorafgegaan door eene algemeene schets des ganschen eilands, Jilid 1, Joh. Noman, 1854
  7. ^ dalam Tutur Candi disebut Ratu Anum Mangku Dilaga
  8. ^ Padoeka Pangeran Mangkoe Boemi, yang memegang parintah dalam negrie BANDJARMASING (Belanda) Philippus Pieter Roorda van Eysinga, Handboek der land- en volkenkunde, geschiedtaal-, aardrijks- en staatkunde von Nederlandsch Indie. 3 boeken [in 5 pt., 1841]
  9. ^ (Belanda) Willem Adriaan Rees, De bandjermasinsche krijg van 1859-1863, Volume 2, D. A. Thieme, 1865
  10. ^ (Belanda) Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde, Volume 3, 1855
  11. ^ (Inggris) H. F. van Panhuys, T.M.C. Asser Instituut (1978). H. F. van Panhuys, ed. International law in the Netherlands. 1. BRILL. hlm. 155. ISBN 9028601082. ISBN 978-90-286-0108-6
  12. ^ (Indonesia) Abdul Mulku Zahari, Achadiati Ikram, Katalog naskah Buton koleksi Abdul Mulku Zahari, Yayasan Obor Indonesia, 2001 ISBN 979-461-391-6, 9789794613917
  13. ^ Surat Beriluminasi Raja Nusantara; Mu'jizah, Iluminasi dalam Surat Melayu Abad ke-18 dan ke-19, forthcoming

Rujukan

  • Rees, Van W.A, 1865. De Bandjermasinsche Krijg 1859-1863. Arnhem: D.A. Thieme.

Pranala luar

Didahului oleh:
Muhammad Aliuddin Aminullah
Sultan Muda/Pangeran Ratu
1767-1801
Diteruskan oleh:
Adam
Didahului oleh:
Tahmidullah II
Sultan Banjar
1801-1825
Diteruskan oleh:
Adam