Suku Dayak Meratus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Suku Dayak Meratus
Daerah dengan populasi signifikan
Kalimantan Selatan: 35.838 (BPS - sensus th. 2000)
Bahasa
Meratus, Banjar, Indonesia
Agama
 • Kaharingan, Kristen dan Katolik
Kelompok etnik terkait
Dayak Ngaju, Banjar
Litografi berjudul Orang-Boekit uit de Afdeeling Amoentai en Dajaksche vrouw uit Longwai ("Orang Bukit dari afdeeling Amuntai dan wanita Dayak Modang dari Long Wai") berdasarkan gambar oleh Carl Bock (1887)

Suku Dayak Meratus adalah nama kolektif untuk sekumpulan sub-suku Dayak yang mendiami sepanjang kawasan pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan. Orang Banjar Kuala menyebut suku Dayak Meratus sebagai Urang Biaju (Dayak Biaju) karena dianggap sama dengan Dayak Ngaju (Biaju), sedangkan orang Banjar Hulu Sungai menyebut suku Dayak Meratus dengan sebutan Urang Bukit (Dayak Bukit/Buguet)[1][2] Selato menduga, suku Bukit termasuk golongan Suku Punan.[3] Tetapi Tjilik Riwut membaginya ke dalam kelompok-kelompok kecil seperti Dayak Alai, Dayak Amandit (Loksado), Dayak Tapin (Harakit), Dayak Kayu Tangi, dan sebagainya, selanjutnya ia menggolongkannya ke dalam Rumpun Ngaju. Namun penelitian terakhir dari segi liguistik, bahasa yang digunakan sub suku Dayak ini tergolong berbahasa Melayik, jadi serumpun dengan Suku Kedayan, Dayak Kendayan dan Dayak Iban.[4]

Sesuai habitat kediamannya tersebut maka belakangan ini mereka lebih senang disebut Suku Dayak Meratus, daripada nama sebelumnya Dayak Bukit yang sudah telanjur dimaknai sebagai orang gunung. Padahal menurut Hairus Salim dari kosakata lokal di daerah tersebut istilah bukit berarti bagian bawah dari suatu pohon yang juga bermakna orang atau sekelompok orang atau rumpun keluarga yang pertama yang merupakan cikal bakal masyarakat lainnya.

Suku Buket, nama yang dipakai oleh BPS untuk etnik ini dalam sensus penduduk tahun 2000. Di Kalimantan Selatan pada sensus penduduk tahun 2000 suku Buket berjumlah 35.838 jiwa, sebagian besar daripadanya terdapat di kabupaten Kota Baru yang berjumlah 14.508 jiwa.

Suku Bukit juga dinamakan Ukit, Buket, Bukat atau Bukut. Suku Bukit atau suku Dayak Bukit terdapat di beberapa kecamatan yang terletak di pegunungan Meratus pada kabupaten Banjar, kabupaten Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, kabupaten Tapin, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kota Baru.

Beberapa suku-suku Dayak Meratus yaitu:[5]

Rumah ritual adat (aruh) Dayak Meratus disebut balai.[26] Istilah balai juga masih dilestarikan oleh Dayak Meratus yang masuk Islam/Banjar Hulu Sungai untuk menyebut surau/langgar (lebih tepat Balai Islam).

Orang Dayak Pitap di Kabupaten Balangan[sunting | sunting sumber]

Suku Dayak Pitap adalah Masyarakat Adat Dayak yang biasanya dikategorikan sebagai bagian dari suku Dayak Meratus/suku Dayak Bukit yang mendiami kecamatan Tebing Tinggi, Balangan, Kalimantan Selatan.

Suku Dayak Pitap
Daerah dengan populasi signifikan
Kalimantan Selatan
Bahasa
Meratus, Banjar, Indonesia
Agama
Kaharingan
Kelompok etnik terkait
Suku Dayak Meratus, Dayak Ngaju, Banjar

Dayak Pitap merupakan sebutan bagi kelompok masyarakat yang terikat secara keturunan dan aturan adat berdasarkan agama Kaharingan, mendiami kawasan disekitar hulu-hulu sungai Pitap dan anak sungai lainnya. Sungai Pitap itu sendiri awalnya bernama sungai Kitab. Menurut keyakinan mereka, ditanah merekalah turunnya kitab yang menjadi jadi rebutan. Oleh datu mereka supaya ajaran kitab tersebut selalu ada maka kitab tersebut ditelan/dimakan atau dalam istilah mereka dipitapkan, sehingga ajaran agama mereka akan selalu ada di hati dan ada di akal pikiran. Kata kitab pun akhirnya berubah menjadi pitap sehingga nama sungai dan masyarakat yang tinggal kawasan tersebut berubah menjadi Pitap.

Sedangkan sebutan Dayak ini mengacu pada kesukuan mereka. Oleh beberapa literatur mereka dimasukkan kedalam rumpun Dayak Bukit, namun pada kenyataanya mereka lebih senang disebut sebagai orang Pitap atau Dayak Pitap, ini juga terjadi pada daerah-daerah lain di Meratus.

Para leluhur masyarakat Dayak Pitap mula-mula tinggal di daerah Tanah Hidup, yaitu daerah perbatasan antara Kabupaten Balangan dengan Kabupaten Kotabaru (dipuncak pegunungan Meratus). Tanah hidup menjadi wilayah tanah keramat yang diyakini sebagai daerah asal mula leluhur mereka hidup.

Secara administratif, orang Dayak Pitap berada di 3 Desa yaitu Dayak Pitap, Langkap dan Mayanau pada Kecamatan Tebing Tinggi, Balangan.

Semula merupakan satu Dayak Pitap memiliki pemerintahan sendiri dengan pusat pemerintahan berada di Langkap. Dengan adanya peraturan sistem pemerintahan desa pada tahun 1979 dibentuk pemerintahan desa Dayak Pitap dengan pusat pemerintahan waktu itu berada di Langkap. Dayak Pitap terbagi terdiri dari 5 kampung besar yaitu

  1. Langkap
  2. Iyam
  3. Ajung
  4. Panikin
  5. Kambiyain.

Kemudian tahun 1982 wilayah Dayak Pitap dibagi menjadi 5 desa, berdasarkan peraturan menteri dalam negeri no 2/tahun 1980 tentang pedoman pembentukan, pemecahan, penyatuan dan penghapusan kelurahan dan peraturan menteri dalam negeri no 4 tahun 1981 tentang pembentukan, pemecahan, penyatuan dan penghapusan desa . Selanjutnya berdasarkan Sk camat tahun 1993 kampung Ajung digabung ke Iyam. Tahun 1998 kampung Iyam dan kampung Kambiyain digabungkan jadi satu dengan kampung Ajung dengan pusat pemerintahan di Ajung Hilir.

Secara geografis, wilayah Dayak Pitap berada di bentangan pegunungan Meratus yang terletak antara 115035'55" sampai 115047'43" Bujur timur dan 02025'32" sampai 02035'26" Lintang selatan. Jarak desa ke ibu kota kecamatan 35 Km, Jarak desa ke ibu kota Kab. 48 Km dan jarak desa ke ibu kota provinsi 231 Km.

Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Sungai Durian, Kotabaru, sebelah barat berbatasan dengan Desa Gunung Batu dan Desa Auh, sebelah utara berbatasan dengan Halong, Balangan dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sungai Durian, Kotabaru dan Kecamatan Batang Alai Selatan, Hulu Sungai Tengah.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Rumpun Ot Danum[sunting | sunting sumber]

Menurut Cilik Riwut, Suku Dayak Bukit merupakan suku kekeluargaan yang termasuk golongan suku (kecil) Dayak Ngaju. Suku Dayak Ngaju merupakan salah satu dari 4 suku kecil bagian dari suku besar (rumpun) yang juga dinamakan Dayak Ngaju.

Mungkin adapula yang menamakan rumpun suku ini dengan nama rumpun Dayak Ot Danum. Penamaan ini juga dapat dipakai, sebab menurut Tjilik Riwut, suku Dayak Ngaju merupakan keturunan dari Dayak Ot Danum yang tinggal atau berasal dari hulu sungai-sungai yang terdapat di kawasan ini, tetapi sudah mengalami perubahan bahasa. Jadi suku Ot Danum merupakan induk suku, tetapi suku Dayak Ngaju merupakan suku yang dominan di kawasan ini.

Silsilah suku Bukit;

Suku Dayak (suku asal), terbagi 5 suku besar / rumpun:

  • Dayak Laut (Iban)
  • Dayak Darat
  • Dayak Apo Kayan / Kenyah-Bahau
  • Dayak Murut
  • Dayak Ngaju / Ot Danum, terbagi 4 suku kecil:
    • Dayak Maanyan
    • Dayak Lawangan
    • Dayak Dusun
    • Dayak Ngaju, terbagi beberapa suku kekeluargaan (sedatuk):
      • Dayak Bukit
      • Dayak Bakumpai
      • Dayak Berangas
      • Dayak Mendawai
      • dan lain-lain

Budaya Bukit[sunting | sunting sumber]

Suku ini dapat digolongkan sebagai suku Dayak, karena mereka teguh memegang kepercayaan atau religi suku mereka yakni Kaharingan. Akan tetapi ada banyak ritual suku ini yang agak berbeda dengan suku Dayak di Kalimantan Tengah (Rumpun Dayak Ngaju atau Rumpun Barito), yang banyak menekankan ritual upacara kematian. Salah satu Suku Dayak di Kalimantan Selatan yang juga banyak menekankan ritual upacara kematian adalah Suku Dayak Dusun Deyah. Suku Dayak Meratus biasanya disebut lebih menekankan upacara dalam kehidupan, seperti upacara pada proses penanaman padi atau panen, sebagaimana halnya dengan suku Kanayatn yang melakukan upacara pesta panen Naik Dango di Kalimantan Barat.[27]

Upacara ritual suku Dayak Bukit, misalnya "Aruh Bawanang" yang disebut juga Aruh Ganal. Tarian ritual misalnya tari Babangsai untuk wanita dan tari Kanjar untuk pria. Suku Bukit tinggal di dalam rumah bersama yang dinamakan balai yang lebih tepat berfungsi sebagai rumah ritual adat. Istilah balai juga masih dipakai suku Banjar Hulu yang tinggal di pedalaman untuk menyebut surau/langgar, karena kesamaannya sebagai tempat ibadah/ritual.

Balai merupakan rumah adat untuk melaksanakan ritual pada religi suku mereka. Bentuk balai, "memusat" karena di tengah-tengah merupakan tempat altar atau panggung tempat meletakkan sesajen. Tiap balai dihuni oleh beberapa kepala keluarga, dengan posisi hunian mengelilingi altar upacara. Tiap keluarga memiliki dapur sendiri yang dinamakan umbun. Jadi bentuk balai ini, berbeda dengan rumah adat suku Dayak umumnya yang berbentuk panjang (Rumah Panjang).

Suku Dayak Bukit menganal tiga kelompok roh pemelihara kawasan pemukiman dan tempat tinggal yaitu:

  1. Siasia Banua
  2. Bubuhan Aing
  3. Kariau

Siasia Banua contohnya:

  1. Siasia Banua Kambat
  2. Siasia Banua Pantai Batung
  3. Siasia Banua Kambat
  4. dan sebagainya

Bubuhan Aing (= komunitas air) contohnya:

  1. Bubuhan Aing Muhara Indan
  2. Bubuhan Aing Danau Bacaramin
  3. Bubuhan Aing Maantas
  4. dan sebagainya

Kariau contohnya:

  1. Kariau Labuhan
  2. Kariau Padang Batung
  3. Kariau Mantuil
  4. dan sebagainya

Bahasa Melayu Bukit[sunting | sunting sumber]

Bahasa Dayak Bukit, menurut penelitian banyak kemiripan dengan dialek Bahasa Banjar Hulu. Ada pula yang menamakan bahasa Bukit sebagai "bahasa Banjar archais". Bahasa Bukit termasuk Bahasa Melayu Lokal yang disebut Bahasa Melayu Bukit (bvu).

Perbandingan hubungan suku Bukit dengan suku Banjar, seperti hubungan suku Baduy dengan suku Banten. Suku Banjar dan suku Banten merupakan suku yang hampir seluruhnya memeluk Islam, sedangkan suku Bukit dan suku Baduy merupakan suku yang teguh mempertahankan religi sukunya.

Populasi Suku Bangsa Dayak Bukit[sunting | sunting sumber]

Populasi suku Dayak Bukit di Provinsi Kalimantan Selatan: 35.838 (BPS - sensus th. 2000)

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), populasi suku Dayak Bukit di Kalimantan Selatan berjumlah 35.838 jiwa, yang terdistribusi pada beberapa kabupaten dan kota, yaitu:

Kekerabatan dengan Suku Banjar menurut mitologi[sunting | sunting sumber]

Mitologi suku Dayak Meratus atau Suku Dayak Bukit menyatakan bahwa Suku Banjar dan Suku Bukit merupakan keturunan dari dua kakak beradik yaitu Si Ayuh alias Datung Ayuh alias Dayuhan alias Sandayuhan yang menurunkan suku Bukit dan Bambang Siwara alias Bambang Basiwara yang menurunkan suku Banjar.[28] Dalam khasanah cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus ditemukan legenda yang sifatnya mengakui atau bahkan melegalkan keserumpunan genetika (saling berkerabat secara geneologis) antara orang Banjar dengan orang Dayak Meratus. Dalam cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus dimaksud terungkap bahwa nenek moyang orang Banjar yang bernama Bambang Basiwara adalah adik dari nenek moyang orang Dayak Meratus yang bernama Sandayuhan. Bambang Basiwara digambarkan sebagai adik yang berfisik lemah tetapi berotak cerdas. Sedangkan Sandayuhan digambarkan sebagai kakak yang berfisik kuat dan jago berkelahi.

Sesuai dengan statusnya sebagai nenek-moyang atau cikal-bakal orang Dayak Meratus, maka nama Sandayuhan sangat populer di kalangan orang Dayak Meratus. Banyak sekali tempat-tempat di seantero pegunungan Meratus yang sejarah keberadaannya diceritakan berasal usul dari aksi heroik Sandayuhan. Salah satu di antaranya adalah tebing batu berkepala tujuh, yang konon adalah penjelmaan dari Samali’ing, setan berkepala tujuh yang berhasil dikalahkannya dalam suatu kontak fisik yang sangat menentukan.[29]

Y-DNA suku Dayak Meratus[sunting | sunting sumber]

People: Meratus, Bukit Country/Region: Indonesia Group/Language: Malay

A1a: 0.0  A1b1: 0.0      B: 0.0     B2a: 0.0     B2b: 0.0      C: 3.1   C2: 0.0
D: 3.1       E: 0.0     E1: 0.0   E1b1a: 0.0   E1b1b: 0.0     E2: 0.0
F: 3.1       G: 3.1      H: 0.0       I: 0.0       J: 0.0     J1: 0.0   J2: 0.0
 K: 6.3       L: 0.0     M: 3.1       N: 0.0       O: 9.4     O1: 9.4    O2: 34.4   O3: 21.9
P: 0.0       Q: 0.0   R/R1: 0.0     R1a: 3.1     R1b: 0.0    R2a: 0.0    S: 0.0     T: 0.0

Genetika Y-DNA Dayak Meratus

  C (3.1%)
  D (3.1%)
  F (3.1%)
  K (6.3%)
  M (3.1%)
  O (9.4%)
  O1 (9.4%)
  O2 (34.4%)
  O3 (21.9%)
  R1a (3.1%)
  G (3.1%)

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ (Inggris) The Monthly repository (and review). 1822. 
  2. ^ Istilah bukit sudah terdapat Hikayat Banjar (1663) merujuk kepada lokasi/penduduk pegunungan Meratus yang hidup terpisah dengan penduduk yang tinggal di sepanjang hilir sungai. Dalam Hikayat Banjar tertulis: "Kemudian daripada itu raja itu menyuruh Aria Magatsari menundukkan batang Tabalung dan batang Balangan dan batang Petak serta bukitnya............Sudah kemudian daripada itu maka maharaja Negara-Dipa menitahkan Tumanggung Tatah Jiwa menundukkan batang Alai dan batang Hamandit serta bukitnya."
  3. ^ (Inggris)Sellato, Bernard (1994). Nomads of the Borneo rainforest: the economics, politics,and ideology of settling down. University of Hawaii Press. hlm. 17. ISBN 0-8248-1566-1. ISBN 9780824815660
  4. ^ Nordhoff, Sebastian; Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2013). Glottolog.[1] Leipzig: Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology.
  5. ^ (Indonesia) Potensi Budaya Kabupaten Melawi Diarsipkan 2012-01-21 di Wayback Machine.
  6. ^ http://www.youtube.com/watch?v=kxapDaxDaZM
  7. ^ Good News LABUHAN People/Language Movie Trailer (Bahasa Labuhan/Bahasa Dayak Bukit di Labuhan)
  8. ^ FACEBOOK BOEBOEHAN BOEKIT LABUHAN
  9. ^ http://www.downtoearth-indonesia.org/sites/downtoearth-indonesia.org/files/R-5-Meratus.pdf
  10. ^ http://anakmeratus.blogspot.com/2011/03/profil-komunitas-dayak-meratus-kiyu.html
  11. ^ http://www.pixoto.com/images-photography/people/portraits-of-women/dayak-kiyu-71943508
  12. ^ http://www.youtube.com/watch?v=rpZ7s4WT1o8
  13. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-06-13. Diakses tanggal 2014-08-03. 
  14. ^ http://www.youtube.com/watch?v=3ZQrz3zQGic
  15. ^ http://www.youtube.com/watch?v=LJyvd5LH0mQ
  16. ^ Metro Tanjung[pranala nonaktif permanen]
  17. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-12-16. Diakses tanggal 2013-02-17. 
  18. ^ http://www.youtube.com/watch?v=RBJqBweBagY
  19. ^ http://www.youtube.com/watch?v=9DxQa9XFbeA
  20. ^ "Tokoh Dayak Meratus Minta Perebutan Diakhiri". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-26. Diakses tanggal 2011-04-17. 
  21. ^ "Pasca Diterbitkannya Keputusan MK Tokoh Paramasan Sampaikan Pernyataan Sikap". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2011-04-17. 
  22. ^ Dua Kelompok Suku Dayak Berdemo[pranala nonaktif permanen]
  23. ^ Dayak Bangkalaan Terima Ambulance Wallesta[pranala nonaktif permanen]
  24. ^ http://www.youtube.com/watch?v=AU8TUKq08qI
  25. ^ http://www.youtube.com/watch?v=riQjYGw5tEs
  26. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-02. Diakses tanggal 2013-12-06. 
  27. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-27. Diakses tanggal 2016-09-12. 
  28. ^ http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/37-Datung-Ayuh-dan-Bambang-Siwara
  29. ^ (Indonesia)Tsing, Anna Lowenhaupt. Di Bawah Bayang-Bayang Ratu Intan: Proses Marjinalisasi pada Masyarakat. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 75–79, 405. ISBN 979-461-306-1. ISBN 9789794613061

Pranala luar[sunting | sunting sumber]