Aneuk Jamèë

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 08.39 oleh Addbot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 2 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q1616074)
Aneuk Jamee
Ughang Jamu
Daerah dengan populasi signifikan
Aceh
Bahasa
Bahasa Jamee
Agama
Islam
Kelompok etnik terkait
Minang, Aceh

Suku Aneuk Jamee adalah sebuah suku yang tersebar di sepanjang pesisir barat dan selatan Aceh mulai dari Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Simeulue. Suku Aneuk Jamee merupakan penduduk Minangkabau yang bermigrasi ke Aceh dan telah bercampur dengan Suku Aceh, Kluet, Singkil dan Devayan. Dari segi bahasa, bahasa Aneuk Jamee masih dianggap salah satu dialek dari bahasa Minangkabau yang telah bercampur dengan bahasa-bahasa setempat.

Nama

Nama "Aneuk Jamee" berasal dari bahasa Aceh yang secara harfiah berarti "anak tamu".

Sejarah

Konon ceritanya, ketika perang paderi berlangsung, para pejuang paderi mulai terjepit oleh serangan kolonial Belanda. Pesisir Minangkabau pada saat itu adalah bagian dari kerajaan Aceh mengirim bantuan balatentara. ketika keadaan makin kritis rakyat terpaksa di eksoduskan, pada saat itu mulailah Rakyat Minangkabau bertebaran di pantai Barat Selatan Aceh. Versi lain menyebutkan bahwa daerah Aceh Selatan merupakan persinggahan dari Syeikh Burhanuddin Ulakan, seorang Syeikh yang berasal dari dari Ulakan Pariaman Sumatera Barat) (??? - 15 Shafar 1116 H 19/20 Juni 1704). Ia adalah seorang ulama yang menyebarkan Islam di Kerajaan Pagaruyung. Selain itu ia terkenal sebagai pahlawan pergerakan Islam melawan penjajahan VOC. Ia berasal dari pantai Ulakan, Pariaman. Syekh Burhanuddin pernah menimba ilmu di Aceh kepada Syekh Abdurrauf Singkil dari Desa Singkil Aceh, yang pernah menjadi murid dan penganut setia ajaran Syekh Ahmad al-Qusyasyi Madinah. Oleh Syekh Ahmad keduanya diberi wewenang untuk menyebarkan agama Islam di daerahnya masing-masing. Menurut cerita, Aceh Selatan dulunya merupakan persinggahan kapal-kapal dari Sumatera Barat yang menuju Mekkah membawa Jamaah Haji.

Dalam Versi lain, Aneuk Jamee di Aceh Selatan menempati di daerah-daerah pesisir yang dekat dengan laut. Mungkin jalur perpindahan nenek moyang dulu adalah dari jalur ini, dulu hidup dari berkebun dan melaut. Seiring perkembangan zaman, seiring dengan kemajemukan, hidup terus berkembang sekarang ada yang jadi pengusaha, pedagang, pejabat, PNS, dan lain sebagainya. Semuanya hidup dalam porsinya masing-masing.

Penyebaran

Suku Aneuk Jamee terutama terdapat di kabupaten Aceh Selatan (lebih kurang 50 % populasi) dan sebagian kecil di kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Aceh Singkil dan Simeulue.

Kawasan-kawasan yang didiami oleh suku Aneuk Jamee:

Kabupaten Kawasan
Aceh Selatan Kecamatan: Kluet Selatan, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur, Sama Dua dan Tapak Tuan
Aceh Barat Daya Kecamatan: Susoh.
Aceh Barat Umumnya terkonsentrasi di beberapa desa dalam Kecamatan Meureubo (bercampur dengan Suku Aceh) yaitu desa Gunong Kleng, Peunaga, Meureubo, Ranto Panyang dan sekitarnya. Disamping itu, sebagian kecil juga mendiami Desa Padang Seurahet yang termasuk dalam Kecamatan Johan Pahlawan. Umumnya yang disebut terakhir ini merupakan keturunan pendatang yang berasal dari Kabupaten Aceh Selatan dan telah menetap lama di Aceh Barat secara turun temurun.
Simeulue Sinabang
Aceh Singkil Kota Singkil, kecamatan Pulau Banyak (ada 3 desa, yaitu: Pulau Balai, Pulau Baguk dan Teluk Nibung)

Bahasa

Bahasa Minang tetap digunakan dengan berasimilasi dengan bahasa Aceh jadilah bahasa “jamee”. Tidak banyak perubahan cuma beberapa konsonan dan vokal dan sedikit dialeknya yang berubah. Dari segi bahasa, diperkirakan masih merupakan dialek dari bahasa Minangkabau. Namun, akibat pengaruh proses asimilasi kebudayaan yang cukup lama, kebanyakan dari Suku Aneuk Jamee, terutama yang mendiami kawasan yang didominasi oleh Suku Aceh, misalnya di wilayah Kabupaten Aceh Barat, Bahasa Aneuk Jamee hanya dituturkan di kalangan orang-orang tua saja dan saat ini umumnya mereka lebih lazim menggunakan Bahasa Aceh sebagai bahasa pergaulan sehari-hari (lingua franca).

Lihat Pula