Sikatan cacing

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sikatan cacing
(lower two birds)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
C. banyumas
Nama binomial
Cyornis banyumas

Sikatan cacing (Cyornis banyumas) adalah spesies burung yang tersebar di beberapa negara di Asia Tenggara dan Selatan.

Deskripsi[sunting | sunting sumber]

Sikatan cacing berukuran 15 cm. Bagian atas burung berwarna biru terang/biru tua. Kening, bahu, dan juga sayap berwarna biru pucat yang terang. Kekang, daerah sekitar mata berwarna hitam. Dagu, tenggorokan, dan dada berwarna kuning jingga. Warna putih melintang di perut. Bulu penutup ekor hingga bagian tengah erut berwarna putih. Panggul berwarna jingga.[2][3]

Sikatan cacing yang dikenal secara umum oleh orang-orang terutama pecinta burung adalah sikatan cacing bakau dan sikata cacing gunung. Di Indonesia sikatan cacing lebih di kenal dengan nama tledekan. Burung ini sempat menjadi primadona burung kicau pada era 90-an bersama burung decu, tetapi pamornya semakin redup seiring berjalannya waktu dan semakin langkanya pasokan burung tersebut dari alam liar.

Pada umumnya tledekan gunung mempunyai badan yang lebih besar daripada tledekan bakau. Perbedaan antara jantan dan betina ketika dewasa mudah untuk dibedakan. Burung jantan berwarna kepala sampai ekor biru seperti metalik dan mempunyai warna orange terang dari leher sampai setengah dada dan ada yang warna orangenya sampai mendekati dubur.

Secara umum burung ini tersebar di beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia, tetapi memiliki ciri khas masing-masing di setiap daerah, seperti sikatan cacing di daerah Banyumas berbeda dengan sikatan carcing di daerah lain. Di habitatnya burung ini sudah semakin langka dan terancam punah akibat diperjualbelikan oleh manusia.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ BirdLife International (2012). "Cyornis banyumas". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.1. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 16 July 2012. 
  2. ^ Kurniawan, M.B.; Pratama, Bayu (2010). Mengenal Hewan & Tumbuhan Asli Indonesia. Jakarta: Cikal Aksara. hlm. 13. ISBN 602-8526-17-7. 
  3. ^ Jerdon, T.C. (1862). The Birds of India. 1. Kalkuta: Military Orphan Press. hlm. 466–467. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]