Meranti

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 18.54 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 15 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q132419)
Shorea
Shorea roxburghii
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Genus:
Shorea

Sections

Lihat Klasifikasi Shorea untuk taksonomi lengkap hingga level spesies.

Shorea adalah nama marga beranggotakan sekitar 194[1] spesies, terutama berupa pohon penghuni hutan tropika, dari suku Dipterocarpaceae. Marga ini dinamai demikian untuk menghormati Sir John Shore, Gubernur Jenderal British East India Company, 1793-1798.

Shorea menyebar terutama di Asia Tenggara; ke barat hingga Srilanka dan India utara, dan ke timur hingga Filipina dan Maluku. Marga ini tidak ditemukan di Nusa Tenggara, akan tetapi fosil kayunya didapati di sana.[1] Di wilayah Malesia, marga ini dijumpai hingga sebanyak 163 spesies[1], dan umumnya mendominasi tajuk hutan hujan tropika. Pohon angiospermae tertinggi yang terdokumentasi di wilayah tropika adalah Shorea faguetiana setinggi 88,3m di Taman Nasional Perbukitan Tawau, di Sabah, dan di taman tersebut sekurangnya masih tercatat 5 spesies lain dari marga yang sama yang memiliki tinggi pohon mencapai lebih dari 80m, yakni S. argentifolia, S. gibbosa, S. johorensis, S. smithiana and S. superba[2]. Pulau Kalimantan juga merupakan pusat keragaman marga Shorea; sebanyak 138 spesiesnya didapati di sana, dan 91 di antaranya bersifat endemik[3].

Biologi Reproduksi

Kebanyakan Shorea merupakan spesies dengan musim perbungaan raya. Musim perbungaan raya adalah musim berbunga aneka (hampir semua) spesies dipterokarpa, bersama pohon-pohon suku tetumbuhan lainnya, yang berlangsung kurang lebih serentak secara berkala, dalam jangka waktu yang tidak teratur antara 3–10 tahun[4]. Diduga bahwa perbungaan, yang kemudian diikuti pula oleh perbuahan, serentak ini berevolusi untuk mengatasi gangguan hewan-hewan pemakan biji[5] atau untuk menyukseskan penyerbukan bunga[4]. Agaknya kedua-dua penjelasan itu dapat diterima[6].

Para ahli memperkirakan bahwa perbungaan raya ini dirangsang oleh musim kemarau yang terjadi pada masa-masa peralihan dari La Niña menuju El Niño[7]. Besar atau tidaknya musim perbungaan raya ini diduga kuat bertalian dengan waktu terjadinya musim kemarau yang terkait fenomena siklus ENSO (El Niño southern oscillation); musim perbungaan terbesar biasanya muncul setelah diantarai waktu beberapa tahun tanpa perbungaan[7].

Marga Shorea diserbuki oleh serangga dan aneka jenis serangga terlibat di sini; sementara untuk seksi Shorea yang sama (lihat: Klasifikasi Shorea) diserbuki oleh jenis serangga yang sama. Untuk menghindari kompetisi, jenis-jenis dari seksi Shorea yang sama yang berada pada habitat atau komunitas tumbuhan yang sama, akan mengatur saat perbungaannya sedemikian sehingga terjadi secara bergiliran[8].

Manfaat ekonomi

Shorea adalah salah satu marga penghasil kayu-kayu dipterokarpa yang terpenting. Aneka jenis kayu meranti (meranti kuning, merah, dan putih), balau, bangkirai, balangeran dan lain-lain, tergabung di sini. Di samping itu, marga ini juga menghasilkan resin yang disebut damar dari berbagai kualitas; salah satu yang terbaik kualitasnya adalah damar mata kucing. Damar terutama digunakan dalam industri pernis dan cat, serta untuk pengolahan kimiawi lainnya.

Beberapa spesies Shorea menghasilkan tengkawang, yakni buah meranti-merantian yang besar dan berlemak. Setelah disalai agar awet, biji tengkawang dikempa untuk mengeluarkan minyaknya yang berharga tinggi. Minyak tengkawang digunakan dalam industri kosmetika dan makanan.

Status konservasi

Eksploitasi hutan secara masif telah mengancam kelestarian marga ini di alam. Sebanyak 148 spesies Shorea telah tercatat dalam Daftar merah IUCN. Kebanyakan di antaranya tercantum dengan status kritis (CR, critically endangered)[9]. Meski demikian, ada beberapa catatan kritis yang perlu diperhatikan sehubungan dengan daftar IUCN mengenai pohon-pohon dipterokarpa. Yang pertama adalah terkait dengan kriteria tingkat keterancaman spesies yang dibangun berdasarkan karakter populasi satwa, sehingga cenderung berlebihan dalam menilai ancaman tatkala diterapkan bagi organisme yang spesifik-habitat dan berumur panjang sebagaimana lazimnya pohon[3]. Selain itu, salah satu spesies yang dilaporkan telah punah menurut daftar tersebut, Shorea cuspidata, ternyata dilaporkan masih banyak terdapat di Taman Nasional Bako dan juga dijumpai di Taman Nasional Lambir[3]. Tingkat ancaman masing-masing spesies Shorea dapat dilihat pada artikel Klasifikasi Shorea.

Status Konservasi Jenis-jenis Shorea
Kategori Daftar merah IUCN Jumlah spesies
Punah 1
Kritis 102
Terancam punah 34
Rentan 3
Berisiko rendah 6
Kurang data 2
Tidak dievaluasi ~48

Rujukan

  1. ^ a b c Soerianegara, I. dan RHMJ. Lemmens (eds.). 2002. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 5(1): Pohon penghasil kayu perdagangan yang utama. PROSEA – Balai Pustaka. Jakarta. ISBN 979-666-308-2. Hal. 415-471
  2. ^ "Borneo". Eastern Native Tree Society. Diakses tanggal 2008-06-21. 
  3. ^ a b c Ashton, P.S. Dipterocarpaceae. In Tree Flora of Sabah and Sarawak, Volume 5, 2004. Soepadmo, E., Saw, L.G. and Chung, R.C.K. eds. Government of Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia. ISBN 983-2181-59-3
  4. ^ a b Sakai, Shoko (1999). "Plant reproductive phenology over four years including an episode of general flowering in a lowland dipterocarp forest,Sarawak, Malaysia". American Journal of Botany. 86: 1414–1436. doi:10.2307/2656924. PMID 10523283. Diakses tanggal 2007-11-13. 
  5. ^ Curren, Lisa M. (2000). "Vertebrate responses to spatiotemporal variation in seed production of mast-fruiting Dipterocarpaceae". Ecological Monographs. 70 (1): 101–128. Diakses tanggal 2007-11-13. 
  6. ^ Maycock, Colin R. (2005). "Reproduction of dipterocarps during low intensity masting events in a Bornean rain forest". Journal of Vegetation Science. 16: 635–646. doi:10.1658/1100-9233(2005)016[0635:RODDLI]2.0.CO;2. Diakses tanggal 2007-11-13. 
  7. ^ a b Sakai, Shoko (2006). "Irregular droughts trigger mass flowering in aseasonal tropical forests in Asia". American Journal of Botany. 93: 1134–1139. doi:10.3732/ajb.93.8.1134. Diakses tanggal 2007-11-13. 
  8. ^ LaFrankie, James V. Jr. (1991). "Confirmation of Sequential Flowering in Shorea (Dipterocarpaceae)". Biotropica. 23 (2): 200–203. doi:10.2307/2388308. Diakses tanggal 2007-11-13. 
  9. ^ >"The IUCN Red list of Threatened Species - Shorea search results". IUCN Redlist. Diakses tanggal 2007-11-12.